CemerlangMedia.Com — Pandemi Covid-19 yang disusul lonjakan inflasi tahun lalu mendorong hampir 68 juta penduduk Asia ke jurang kemiskinan. Menurut laporan Bank Pembangunan Asia (ADB), diperkirakan sekitar 152,2 juta penduduk Asia hidup dalam kemiskinan ekstrem. Jumlah tersebut meningkat 67,8 juta dibandingkan masa sebelum pandemi dan inflasi tinggi (23-08-2023).
Berdasarkan fakta tersebut, kita bisa mengetahui bahwa angka kemiskinan saat ini mengalami peningkatan yang signifikan di Asia Pasifik. Hal ini berdampak juga pada kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di negeri ini. Bisa jadi angka kemiskinan di negeri ini juga mengalami peningkatan pasca pandemi dan lonjakan inflasi.
Fakta ini terjadi di saat Asia Pasifik menjadikan kapitalisme sekularisme sebagai pedoman dalam perekonomian. Makanya ada inflasi maupun penurunan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Alhasil, banyak masyarakat di Asia Pasifik yang mengalami penurunan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, adanya pemutusan hubungan kerja pada saat pandemi sehingga tingkat kemiskinan di Asia Pasifik mengalami kenaikan yang signifikan.
Hal ini merupakan hasil dari sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan hari ini dan sistem ekonomi kapitalisme sekuler ini gagal mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Terlebih lagi, ekonomi kapitalisme sekuler membuat ketimpangan maupun kesenjangan kekayaan yang cukup besar sehingga butuh solusi untuk mengatasinya.
Islam memiliki sistem ekonomi yang meniscayakan terwujudnya sejahtera individu per individu. Islam memiliki mekanisme untuk mewujudkannya. Dalam Islam, ada aturan tentang muamalah untuk bisa mengatasi kesenjangan kekayaan antara si kaya dan si miskin dan Islam juga memiliki aturan tentang zakat yang bisa dijadikan sebagai solusi untuk masalah kemiskinan ekstrem.
Puji Yuli
Lamongan, Jawa Timur [CM/NA]