“Islam sejatinya bukan sekadar agama, tetapi juga ideologi. Islam akan menjadi solusi yang relevan untuk seluruh persoalan yang terjadi sejak dahulu, kini, bahkan nanti. Urusan sampah plastik tentu akan menjadi perhatian pemimpin. Melalui kebijakannya, seluruh elemen masyarakat akan berupaya keras melakukan berbagai cara, baik secara persuasif, kuratif, dan preventif guna menjaga lingkungan.”
CemerlangMedia.Com — Sungguh mengejutkan. Berdasarkan penelitian terungkap bahwa masyarakat Indonesia menjadi negara yang paling banyak menelan mikroplastik dan nanoplastik. Dalam studi yang dipublikasikan Environmental Science & Technology mengatakan bahwa ada sekitar 15 gram mikroplastik yang dikonsumsi masyarakat Indonesia setiap bulannya. Disusul Malaysia dan Filipina sebagai negara dengan tingkat “mengonsumsi” mikroplastik terbanyak (11-07-2024).
Mikroplastik adalah partikel plastik yang ukurannya diperkirakan kurang dari 5 milimeter dan berasal dari sampah plastik yang mengalami dekomposisi. Partikel tersebut bisa ditemukan pada peralatan berbahan plastik, bahkan bisa juga ditemukan di laut, sungai, tanah, dan udara yang dihirup.
Parahnya lagi, anak-anak justru memiliki risiko tinggi menelan mikroplastik, yaitu pada saat mereka memasukkan objek berbahan plastik yang sering dipakai ke dalam mulut. Jika mikroplastik tertelan, dapat mengakibatkan berbagai persoalan kesehatan, seperti masalah pencernaan, inflamasi, menghambat penyerapan nutrisi, hingga mengganggu proses tumbuh kembang anak.
Selain berbahaya untuk kesehatan, mikroplastik juga dapat membahayakan kondisi lingkungan. Mikroplastik bisa menyebabkan tercemarnya lingkungan, kerusakan habitat, bahkan tertelan oleh hewan sehingga sulit makan atau bergerak.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari masalah lingkungan dan kesehatan akibat paparan mikroplastik. Langkah-langkah tersebut di antaranya adalah dengan tidak menggunakan plastik sekali pakai, tidak memanaskan makanan yang dibungkus dengan kemasan plastik, mengurangi alat makan berbahan plastik, apalagi yang sekali pakai, menggunakan produk bebas microbeads, dan mendaur ulang produk plastik.
Langkah-langkah tersebut hanya sebagian cara dari sekian banyaknya cara yang dapat dilakukan. Sebab sejatinya, ada hal yang jauh lebih penting, yaitu bagaimana masyarakat sadar untuk mengurangi timbulan sampah, membiasakan berbelanja dengan membawa kantong sendiri, dan bertanggung jawab penuh terhadap apa yang dihasilkan sehingga tidak membuang sampah sembarangan.
Untuk itu, agar bisa menyelematkan bumi tercinta ini, tidak ada cara lain, kecuali bersatunya semua kalangan, seperti pemerintah dan pihak industri untuk melestarikan lingkungan. Saat ini, dunia benar-benar membutuhkan sebuah sistem yang nyata-nyata peduli terhadap kelestarian lingkungan sehingga diharapkan mampu memberikan solusi menyeluruh atas banyaknya sampah di muka bumi.
Islam yang sejatinya merupakan agama sekaligus ideologi, menawarkan solusi terbaik. Sebab, Islam akan menjadi solusi yang relevan untuk seluruh persoalan yang terjadi sejak dahulu, kini, bahkan nanti. Urusan sampah plastik tersebut tentu akan menjadi perhatian pemimpin (khalifah). Melalui kebijakannya, seluruh elemen masyarakat akan berupaya keras melakukan berbagai cara, baik secara persuasif, kuratif, dan preventif guna menjaga lingkungan.
Khalifah sebagai pengurus dan pelindung akan membuat aturan yang disandarkan pada hukum syarak agar sistem pemerintahan dan ekonominya tidak sekadar memberikan dukungan akomodatif (kemajuan), tetapi lebih dari itu, mendorong penjagaan lingkungan. Wallahu a’lam
Rina Herlina
Payakumbuh, Sumbar [CM/NA]