Islam melalui ajarannya mengajarkan keseimbangan di seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam hal keuangan. Harta dalam Islam adalah amanah yang harus dikelola dengan bijaksana. Islam juga mengajarkan beberapa prinsip utama berkaitan dengan perilaku konsumsi.
CemerlangMedia.Com — Istilah doom spending saat ini sedang menjadi tren dan menjadi fenomena di tengah masyarakat global. Doom spending merupakan istilah yang merujuk terhadap perilaku seseorang yang melakukan belanja tanpa pikir panjang (impulsif). Berdasarkan survei yang dilansir laman Psychology Today, ditemukan bahwa kecenderungan untuk membeli barang-barang yang tidak ada manfaatnya sedang umum terjadi saat ini. Parahnya, fenomena ini juga melanda orang-orang yang terkategori belum memadai secara finansial (06-10-2024).
Doom spending merupakan istilah baru untuk menggambarkan sebuah pengeluaran yang dilakukan di luar tarif normal seseorang, meski ada rasa khawatir dalam ekonomi. Singkatnya, doom spending adalah fenomena pengeluaran uang yang dilakukan dengan sia-sia. Istilah ini pertama kali muncul di media sosial dan langsung menjadi perbincangan hangat setelah lembaga survei Intuit Credit Karma menyampaikan hasil survei sekaligus mengaitkan istilah tersebut dengan serangkaian statistik baru terkait belanja masyarakat Amerika.
Hasil survei pada November 2023 oleh Intuit Credit Karma menyebutkan bahwa mayoritas penduduk Amerika, yaitu sekitar 96% responden khawatir mengenai keadaan ekonomi yang terjadi saat ini. Beberapa alasan utama yang membuat orang Amerika khawatir tentang masalah keuangan hingga memicu stres, yaitu meliputi kenaikan biaya hidup (50%), inflasi (56%), dan harga perumahan yang cenderung mahal (23%). Hasilnya menunjukkan, sebanyak 30% koresponden mengaku takut menghadapi masa depan. Mereka memiliki kekhawatiran tidak mampu menghabiskan uang untuk hal-hal yang bisa membuat hidup mereka bahagia. Kemungkinan besar hal inilah yang memicu peningkatan pengeluaran atau doom spending seperti adanya saat ini.
Parahnya, doom spending juga menjadi tren di kalangan generasi muda Indonesia. Mereka cenderung latah sehingga mudah ikut-ikutan dengan beragam tren yang sedang viral. Para generasi muda tersebut seolah tidak peduli meskipun tren-tren tersebut mengandung sisi negatif. Bagi mereka, yang terpenting adalah tidak ketinggalan dengan berbagai tren yang sedang berkembang, termasuk doom spending.
Miris memang jika melihat fenomena generasi muda tanah air. Mereka cenderung mudah terbawa arus perkembangan zaman. Hal ini merupakan salah satu pengaruh dari kemajuan teknologi yang makin pesat, tetapi tidak dibarengi kontrol negara. Akibatnya, generasi muda tidak memiliki kreativitas dan jati diri. Meski cenderung melek teknologi, tetapi generasi saat ini lemah, rapuh, bahkan mengalami krisis kepercayaan diri sehingga membuat mereka dijuluki generasi stroberi.
Islam melalui ajarannya mengajarkan keseimbangan di seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam hal keuangan. Harta dalam Islam adalah amanah yang harus dikelola dengan bijaksana. Islam juga mengajarkan beberapa prinsip utama berkaitan dengan perilaku konsumsi antara lain:
Pertama, menghindari israf (pemborosan). Islam menekankan tentang pentingnya menghindari israf atau pemborosan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al-Isra’ [17]: 26-27).
Kedua, qanaah. Umat Islam diajarkan untuk memiliki sifat qanaah, yaitu rasa cukup dan bersyukur atas apa yang dimiliki. Rasulullah saw. bersabda,
“Bukanlah kekayaan itu banyaknya harta benda, tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa (merasa cukup).” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam konteks doom spending, qanaah merupakan kunci guna melawan dorongan untuk terus membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Dengan adanya rasa syukur atas apa pun yang dimiliki, tentu saja bisa membuat seseorang menjadi lebih bijak dalam menggunakan hartanya serta tidak mudah terpengaruh oleh godaan konsumsi yang tidak penting.
Ketiga, zuhud (kesederhanaan). Ini bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi sikap menghindari kecintaan berlebihan terhadap dunia dan harta benda.
Keempat, berbagi dan bersedekah sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an,
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri.” (QS Al-Baqarah [2]: 195).
Perilaku doom spending sejatinya bisa diubah menjadi aktivitas yang lebih produktif dengan mengarahkan sebagian harta di jalan kebaikan, seperti sedekah dan zakat. Wallahu a’lam
Rina Herlina
Payakumbuh, Sumbar [CM/NA]