Dunia butuh kepemimpinan Islam yang mampu membungkam kepongahan Zi*nis dan negara adidaya pendukungnya. Kepemimpinan Islam di bawah satu komando khalifah telah terbukti mampu mengantarkan umat ini pada puncak kegemilangan.
CemerlangMedia.Com — Donald Trump menyatakan bahwa AS bisa “mengambil alih” Gaza dan menempatkan penduduknya di tempat lain. Hal ini menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk negara-negara Arab dan sekutu AS. Pernyataan itu muncul di tengah gencatan senjata antara Hamas dan Israel serta ketidakpastian masa depan Gaza yang sebagian besar infrastrukturnya telah hancur akibat konflik (06-02-2025).
Obsesi Donald Trump untuk mengusir warga Gaza terus bergulir dan memanas di tengah penyerangan masif di seluruh wilayah Tepi Barat oleh militer dan pemukim Zi*nis sehingga korban terus berjatuhan, padahal masih dalam fase gencatan senjata. Trump mengkritik kegagalan diplomasi AS dalam menyelesaikan konflik Isra3l-Palestina dan menilai bahwa pembangunan ulang Gaza membutuhkan pemindahan penduduknya. Ia berpendapat bahwa tanpa kehadiran warga Palestina, Gaza bisa dibangun menjadi “Riviera Timur Tengah” yang makmur. Namun, usulannya mendapat kecaman dan penolakan.
Salah satu bentuk penolakan ide gila Trump terjadi di London. Lebih dari 150.000 orang memadati jalanan London dalam aksi solidaritas besar bagi rakyat Palestina. Mereka mengecam tindakan AS dan Isra3l yang berupaya menggusur paksa warga Gaza. Para demonstran mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan tagline yang menuntut diakhirinya genosida di Gaza. Para demonstran tidak peduli cuaca dingin yang menusuk kulit demi menegaskan dukungannya terhadap rakyat Palestina.
Dunia masih diam, sementara para pemimpin Arab lebih sibuk menjaga kekuasaan mereka. Sebagian para pemimpin muslim pun bungkam terhadap genosida yang terjadi di Gaza. Meskipun Isra3l terus melakukan serangan brutal yang menewaskan ribuan warga sipil Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, respons dari negara-negara Muslim belum memadai.
Para pemimpin muslim ini terperangkap dalam nasionalisme sehingga tidak mampu bertindak tegas terhadap agresi Isra3l. Mereka tidak berkutik melihat Amerika Serikat dan para penyokong Yahudi Isra3l mengirimkan senjata dan berton-ton bahan peledak.
Jamak diketahui, genosida terhadap rakyat Gaza telah berlangsung lama, bahkan sebelum pendirian entitas penjajah Yahudi pada 1948. Meskipun demikian, hampir seluruh penguasa negeri Islam, terutama negara-negara Arab tidak sungguh-sungguh melakukan tindakan untuk menghentikan pembantaian ini. Sikap mereka hanya sebatas simpati palsu, bantuan kemanusiaan, dan kecaman tanpa aksi nyata untuk menghentikannya.
Sikap pasif ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme beserta seluruh aturannya tidak pantas memimpin dunia maupun diharapkan menciptakan kehidupan yang aman dan damai. Sistem ini telah mencabut rasa persaudaraan antar sesama muslim sehingga para pemimpinnya tidak berkutik menghadapi arogansi Amerika.
Dunia butuh kepemimpinan Islam yang mampu membungkam kepongahan Zi*nis dan negara adidaya pendukungnya. Kepemimpinan Islam di bawah satu komando khalifah telah terbukti mampu mengantarkan umat ini pada puncak kegemilangan. Peradaban Islam meraih kejayaannya dan menguasai 2/3 dunia. Musuh-musuh Islam pun gentar menghadapi kedigdayaan Khil4f4h saat itu.
Hari ini, umat Islam tersekat oleh ide nasionalisme dan konsep nation state yang membelenggu tangan dan kaki para pemimpin muslim sehingga tidak mampu menghalau arogansi Amerika. Satu-satunya cara membuat musuh Islam takut adalah dengan mempersatukan negeri-negeri muslim menjadi kekuatan besar di bawah kepemimpinan Islam.
Campur tangan Trump terhadap Zi*nis Yahudi seharusnya menjadi pelajaran bahwa umat membutuhkan kekuatan besar untuk menjaga dan melindungi saudara di Palestina. Kian nyata, umat memang membutuhkan Khil4f4h yang dipimpin seorang khalifah. Khalifah merupakan pemimpin kaum muslim sedunia yang akan menjadi junnah (perisai). Rasulullah saw. telah bersabda,
“Imam (Khalifah) adalah perisai; di belakang dia kaum muslim berperang dan berlindung.” (HR al-Bukhari Muslim).
Dengan demikian, umat Islam harus merapatkan barisan dan bahu-membahu dalam menyuarakan penegakan seluruh syariat di bawah kepemimpinan Islam. Untuk itu, harus ada kelompok Islam ideologis yang akan membongkar persekongkolan penguasa Arab dan menyadarkan umat tentang urgensi kepemimpinan Islam.
Wallahu a’lam bisshawab
Atiqoh Shamila [CM/NA]