Food Loss and Waste Bertentangan dengan Ajaran Islam

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

“Islam melarang keras perilaku konsumtif. Apalagi di tengah kondisi saat ini, masih banyak masyarakat yang hidupnya jauh dari kata sejahtera, bahkan untuk makan pun susah.”


CemerlangMedia.Com — Sungguh sebuah ironi! Di tengah angka kemiskinan, bahkan kelaparan yang masih tinggi di negeri ini, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) baru-baru ini justru menyampaikan sebuah catatan bahwasanya negara berpotensi mengalami kerugian akibat susut dan sisa makanan (food loss and waste) yang mencapai Rp213 triliun-Rp251 triliun per tahun. Angka tersebut diperkirakan setara dengan 4—5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia (03-07-2024).

Food loss adalah berkurangnya jumlah bahan pangan karena proses produksi. Sementara food waste adalah makanan konsumsi yang terbuang. Penyebab terjadinya adalah karena penanganan proses produksi serta perilaku masyarakat yang cenderung konsumtif.

Bukan itu saja, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya food loss and waste, terutama pada food loss, yakni kurangnya good handling practices serta kurang baik dalam memperlakukan makanan pada saat didistribusikan atau ketika setelah panen.

Lebih lanjut, penyebab terbuangnya bahan pangan lainnya karena proses penyimpanan yang kurang baik sehingga berakibat pada rusak dan terbuangnya pangan tersebut. Menurut hasil kajian, tidak sedikit masyarakat yang menyimpan bahan makanan di dalam kulkas hingga busuk dan akhirnya terbuang.

Preferensi konsumen dalam memilih bahan pangan atau makanan juga bisa menjadi pemicu food loss dan food waste. Hal tersebut biasanya terjadi di pedagang atau toko bahan pangan di mana bahan baku makanan yang tidak lazim oleh masyarakat Indonesia tidak dibeli sehingga akhirnya terbuang.

Kurangnya edukasi terhadap masyarakat, baik dari sisi konsumen maupun petani yang memproduksi bahan pangan, juga dapat menyebabkan kedua persoalan tersebut. Ya, masyarakat perlu banyak diedukasi. Sebab, mereka dan pekerja pangan di lapangan masih belum begitu paham sehingga pada akhirnya mengakibatkan cara menyimpan yang salah dan perlakuan kurang baik dalam proses produksi.

Lebih parah lagi adalah perilaku konsumen yang sering kali kalap dalam mengambil porsi sehingga banyak makanan tersisa dan pada akhirnya terbuang. Masyarakat harusnya lebih banyak mengevaluasi pola pikirnya ketimbang membudayakan perilaku konsumtif, apalagi dalam hal makanan yang pada akhirnya dapat menyebabkan food waste.

Jika sekiranya tidak sanggup menghabiskan, sebaiknya tidak dipesan dalam jumlah banyak. Seandainya memang bersisa, usahakan dibawa pulang untuk dikonsumsi kembali. Sikap seperti ini jauh lebih baik ketimbang membuangnya, mengingat betapa masih banyak orang-orang yang kelaparan di luar sana.

Perilaku berlebih-lebihan dalam makan, sejatinya merupakan salah satu bentuk perilaku konsumtif yang banyak dipengaruhi oleh budaya kapitalisme. Dalam budaya kapitalisme, konsumsi merupakan titik sentral kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. Perilaku konsumtif tersebut makin diperparah dengan berbagai macam iklan di berbagai jenis media, baik cetak maupun online.

Food loss and waste sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan Islam, terutama terkait dengan pola konsumsi. Rasullullah saw. melarang umatnya menyisakan makanan. Sebaliknya, dianjurkan untuk menjilati jari-jari setelah selesai makan, sebab tidak seorang pun mengetahui di mana letak keberkahan yang Allah berikan dalam makanan yang dikonsumsi.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا, فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ, حَتَّى يَلْعَقَهَا, أَوْ يُلْعِقَهَا». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Apabila salah seorang dari kalian makan, janganlah menyisakan dia mengusap (membersihkan) tangannya sampai dia menjilatinya atau meminta orang lain untuk menjilatinya.” (Muttafaqun ‘alaih).

Perilaku konsumtif merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Sayangnya, dari tahun ke tahun, budaya tersebut makin berakar dan sulit diubah, padahal perilaku tersebut dapat mengantarkan kita pada sikap mubazir. Sementara Islam melarang keras umatnya bersikap mubazir dalam menggunakan harta yang dimilikinya. Pasalnya, mubazir adalah perilaku berlebihan atau bersikap boros dan Allah Swt. tidak menyukai itu.

Dalam Islam, kaum muslimin harus pandai mengatur pengeluarannya dengan perhitungan yang cermat. Tujuannya agar apa yang dibelanjakan sesuai dengan keperluan dan pendapatan mereka. Kaum muslimin juga dilarang menginfakkan harta kepada orang-orang yang tidak berhak menerimanya atau memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.

Intinya, Islam melarang keras perilaku konsumtif. Apalagi di tengah kondisi saat ini, masih ada masyarakat yang hidupnya jauh dari kata sejahtera, bahkan untuk makan pun sulit.

Islam pun menganjurkan umatnya untuk saling berbagi dalam segala hal dan saling memudahkan urusan saudaranya yang lain. Begitulah indahnya Islam. Sudah seharusnya kaum muslimin bangga dengan keislamannya karena hanya Islam satu-satunya agama yang diridai di sisi Allah Swt.. Wallahu a’lam

Rina Herlina
Payakumbuh, Sumbar [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *