“Sejatinya, manusia membutuhkan sebuah aturan yang mengacu pada Al-Qur’an. Kita mengimani bahwa Allah Swt. adalah Zat Yang Maha Kuasa, pembuat aturan, dan senantiasa harus ditaati.”
CemerlangMedia.Com — “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim [66]: 6)
Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) setiap 29 Juni, belum lama ini dilaksanakan di Jawa Tengah. Kota Semarang mendapat kesempatan menjadi tuan rumah pada peringatan Harganas 2024 karena mampu menurunkan angka stunting sampai 10 persen. Pada kesempatan itu, penanganan stunting menjadi isu utama dalam Harganas karena komponen terkecil dari sebuah negara yang hebat, yakni adanya keluarga-keluarga yang berkualitas (29-6-2024).
Dalam peringatan Harganas, Hasto Wardoyo selaku kepala BKKBN menyampaikan bahwa keluarga adalah komponen terkecil masyarakat, tempat berlindung, saling mencintai, dan juga tempat bernaung. Dari sebuah keluarga inilah nanti akan lahir generasi penerus, penentu pembangunan bangsa dan negara.
Tema yang diangkat pada Harganas kali ini adalah “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas”, merupakan sebuah komitmen dari pemerintah untuk mengatasi persoalan yang menghambat pencapaian dari cita-cita sebuah pembangunan. Pada kesempatan ini juga pemerintah ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya sebuah keluarga (29-6-2024).
Sampai saat ini, pemerintah terus berupaya untuk menyiapkan Indonesia Emas dengan perbaikan dari lapisan paling bawah, yakni sebuah keluarga. Keluarga yang berkualitas adalah memiliki daya saing, kokoh, dan bertanggung jawab.
Akan tetapi, pada kenyataan, fungsi keluarga pada zaman sekarang sudah tidak semestinya. Bagaimana tidak, semua jenis permasalahan sudah bisa kita temui di setiap lini kehidupan keluarga, seperti pinjol, kemiskinan, stunting, perceraian, peran anggota keluarga yang tidak ideal, dan lain-lain.
Agaknya upaya pemerintah dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas dan berdaya saing yang dimulai sebelum masa kehamilan (prenatal), masa kehamilan, dan 1000 hari pertama kehidupan melalui pemberian tablet penambah darah untuk menjamin para perempuan siap dibuahi/hamil setelah adanya pernikahan. Pun, adanya pelayanan kesehatan dan juga intervensi gizi terhadap para remaja putri merupakan aksi nyata dari pemerintah.
Oleh karena itu, peran dari seorang ibu menjadi sangat penting karena sematan ibu sebagai tiang negara menjadi tonggak sebuah beradaban. Dengan adanya fungsi ibu yang semestinya sehingga akan terwujud keluarga yang berkualitas.
Berbeda dengan hari ini, fungsi atau peran ibu telah berubah. Ibu harus berperan ganda, yakni sebagai ummun warabbatul bait sekaligus sebagai tulang punggung keluarga karena impitan ekonomi sehingga memaksanya harus bekerja. Inilah bentuk tumpang tindih tugas seorang ibu dalam sistem rusak sekarang ini.
Begitu juga dengan para calon ibu. Mereka belum paham hakikatnya menjadi seorang istri dan ibu. Hal ini mengakibatkan kondisi mental menjadi lemah akibat adanya perubahan secara signifikan.
Tidak hanya itu, fenomena baby blues (ibu baru tidak mau mengurus anaknya), mom shaming (mentalnya ibu terganggu dengan adanya cibiran dari para tetangga terhadap pengasuhan anak), dan kasus stunting karena faktor kemiskinan pada keluarga merupakan contoh persoalan bahwasanya keluarga berkualitas yang didambakan untuk mewujudkan Indonesia emas sangat sulit untuk digapai.
Pemerintah abai dengan faktor yang menjadi dasar dari sebuah keluarga yang berkualitas, salah satunya dengan pengokohan fondasi beragama. Sebab, keluarga yang berkualitas, tidak hanya berorientasi terhadap kehidupan dunia semata, tetapi lebih dari itu, yakni kehidupan abadi di akhirat.
Pengokohan agama yang dimaksud adalah berupa penguatan akidah. Fondasi akidah yang kuat bagi setiap individu merupakan salah satu solusi dalam menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah sehingga tercipta keluarga berkualitas.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim [66]: 6).
Dari ayat ini, kita sebagai manusia tentu membutuhkan sebuah aturan yang mengacu pada Al-Qur’an. Kita mengimani bahwa Allah Swt. adalah Zat Yang Maha Kuasa, pembuat aturan, dan senantiasa harus ditaati.
Aturan inilah yang menjadikan sistem Islam baik dan benar sehingga akan tercipta individu-individu yang bertakwa dan keluarga yang berkualitas, sebagaimana tokoh-tokoh besar yang lahir dari sebuah keluarga dalam sistem Islam, di antaranya Abdullah bin Umar ra., Abdullah bin Amru ra., Imam Syafi’i, Shalahuddin al-Ayyubi dan Muhammad al-Fatih. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mengupayakan tegaknya sistem Islam sehingga keluarga berkualitas bisa terwujud.
Wallahu a’lam.
Umi Salamah
(Ibu Rumah Tangga, Aktivis Muslimah) [CM/NA]