Setiap mukmin semestinya melakukan perubahan atas kondisi yang dialami Indonesia saat ini sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya. Pemerintah sebagai penguasa wajib menetapkan kebijakan aturan sesuai dengan syariat Islam, sementara masyarakat melakukan amar makruf nahi mungkar, termasuk juga para mahasiswa.
CemerlangMedia.Com — Tajuk “Indonesia Gelap” sedang menjadi sorotan publik dalam negeri dan asing. Media Malaysia, The Star, menggambarkan demonstrasi bertajuk “Indonesia Gelap” yang serentak dilakukan di berbagai daerah, seperti Aceh, Lampung, Bandung, Surabaya, Malang, Bali, Samarinda, Banjarmasin, dan Jakarta adalah bentuk protes rakyat dari kalangan Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) terhadap kebijakan yang dinilai “makin gelap” di era pemerintahan saat ini dan kepemimpinan sebelumnya (22-2-2025).
Kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang membawa rakyat Indonesia ke dalam situasi ekonomi sulit, dinilai sebagai kelanjutan era Presiden Joko Widodo. Kekhawatiran dan ketidakpuasan masyarakat inilah yang kemudian memicu aksi unjuk rasa tersebut.
Rakyat sudah jengah dengan kehidupan yang berjalan di tempat, bahkan terasa mundur. Kebijakan dari kepemimpinan mereka tidak juga mengubah nasib rakyat. Kebijakan efisiensi anggaran untuk mendanai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi anak-anak tidak tepat sasaran, sementara bapak-bapak mereka berjibaku dengan lapangan kerja sempit yang tidak diurus dengan apik.
Kebijakan pemberlakuan pembatasan gas elpiji 3 kg sempat membuat rakyat kalang kabut. Walaupun akhirnya dianulir, seolah tidak memikirkan jangka panjang akan dampaknya terhadap rakyat. Negara juga tidak mampu berlaku adil dan menghukum berat para perampok uang rakyat -dari para pelaku korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Belum lagi kejadian terbaru dan masih hangat di tengah masyarakat, kasus korupsi pertamina, mengoplos pertamax dan dijual dengan harga tinggi, mampu mereka tutupi dengan cermat bertahun-tahun lamanya. Rakyat telah dibohongi habis-habisan dengan keserakahan pemangku kuasa negeri ini. Sungguh, hati nurani rakyat benar-benar tersakiti. Bahkan, aspirasi rakyat demi kemajuan negeri, mereka bungkam dengan kebijakan-kebijakan di luar batas logika.
Namun, sayangnya, solusi yang ditawarkan para mahasiswa bukanlah solusin hakiki. Sistem demokrasi kapitalisme sebagai biang kerok tidak mereka gugat, padahal pelik dan ruwetnya permasalahan yang dihadapi bangsa disebabkan oleh kegagalan sistem yang mengatur negeri. Sistem demokrasi tidak mampu mengatasi problematika yang dihadapi.
Para mahasiswa semestinya lebih jeli dalam memandang setiap persoalan. Apabila masalah yang dihadapi adalah masalah sistemik, maka sistem aturan yang mengatur negara saat ini adalah permasalahan utamanya. Sistem sekuler yang turut diadopsi negara telah menampikkan agama sebagai aturan hidup dan merenggut iman serta kejujuran dari hati dan pikiran penguasa. Kerusakan dan kebinasaan banyak terjadi di mana-mana. Kehidupan yang jauh dari kata sejahtera tengah dialami bangsa.
Oleh karena itu, setiap mukmin semestinya melakukan perubahan atas kondisi yang dialami Indonesia saat ini sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya. Pemerintah sebagai penguasa wajib menetapkan kebijakan aturan sesuai dengan syariat Islam, sementara masyarakat melakukan amar makruf nahi mungkar, termasuk juga para mahasiswa.
Mahasiswa sebagai pemuda dan agen perubahan mesti menyuarakan solusi hakiki dengan aturan Islam dan melakukan dakwah ideologis untuk melakukan perubahan masyarakat, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.. Hanya dengan menerapkan sistem Islam, cahaya akan terpancar dari bumi Indonesia, mengganti Indonesia gelap dengan cahaya Islam yang benderang. Allah Swt. berfirman,
أَفَحُكْمَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah bagi orang-oraang yang yakin?” (QS al-Baqarah: 50).
Wallahu a’lam bisshowab.
Nilma Fitri, S.Si.
Bekasi [CM/NA]