Masalah Palestina bukan tentang perbatasan, tetapi penjajahan yang isinya pengusiran dan pembinasaan warga Palestina dari tanahnya sendiri. Jadi, selama Zi*nis Yahudi masih di sana, selama itu juga persoalan Palestina tidak akan berujung.
CemerlangMedia.Com — Kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Isra3l yang berlangsung sejak 19 Januari 2025 yang digadang-gadang bisa menghentikan perang di Gaza ternyata tidak berjalan mulus. Kedua belah pihak saling menuding tidak menepati perjanjian. Pemerintah Isra3l memblokir jalan utama dan mencegah ribuan warga Palestina di koridor Netrazim yang akan kembali ke rumah mereka di jalur Gaza Utara (26-01-2025).
Theodor Herzl, Bapak Zi*nis Internasional menginginkan berdirinya negara Yahudi dan mengeklaim bahwa tanah Palestina adalah Tanah Terjanji. Tuhan menyerahkan wilayah Palestina dan sebagian Mesir, Suriah, dan Lebanon yang membentang dari sungai Nil di Mesir hingga sungai Eufrat di Irak, dan wilayah Palestina dianggap memiliki kedekatan sejarah dengan kaum Yahudi.
Berbagai upaya dilakukan Herzl demi mewujudkan negara Yahudi hingga meminta langsung kepada Khalifah Sultan Abdul Hamid II sebagai penguasa atas wilayah itu, tetapi ditolak mentah-mentah. Lalu akhirnya, Herzl dkk. mengambil kesimpulan bahwa cita-citanya akan terwujud jika pelindung wilayah, yakni Khilafah Utsmani dihancurkan lebih dahulu. Itulah yang terjadi kemudian, Khil4f4h dihancurkan pada 1924 dengan bantuan Barat dan antek Yahudi, lalu merampas tanah Palestina.
Bagi umat Islam, Palestina tidak bisa dipisahkan dari ajaran Islam. Di sana terdapat kiblat utama umat Islam, yaitu Masjidilaqsa. Dalam sejarah Islam, Palestina adalah tanah kaum muslim. Khalifah Umar bin Khaththab ra. mendapatkan kunci Yerussalem dari Uskup Sophronius sebagai bentuk ketundukan penduduk setempat di bawah naungan Islam. Itulah mengapa Palestina dikatakan sebagai tanah kharajiyah (hasil penaklukan).
Setelah masa Khalifah Umar ra., tanah ini sempat jatuh ke tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium, tetapi berhasil direbut kembali oleh Panglima Shalahuddin Al Ayyubi. Oleh karena itu, sangat wajar jika kaum muslim mengusir siapa saja yang ingin merampas Palestina.
Ratusan ribu saudara muslim di Palestina menjadi syahid dan syahidah. Mereka juga kehilangan tempat tinggal, anak-anak menjadi yatim piatu, dilanda kelaparan, setiap hari dalam ketakutan. Namun sayangnya, sikap yang diambil para pemimpin Arab dan dunia Islam tidak ada yang bisa diharapkan.
Kecaman dan kutukan tidak akan bisa menyudahi kekejaman di sana. Mereka sibuk mempertahankan singgasananya daripada membela air mata dan darah warga Gaza. Bahkan, terlihat mesra dengan AS yang nyata adalah sekutu setia Zi*nis.
Masalah Palestina bukan tentang perbatasan, tetapi penjajahan yang isinya pengusiran dan pembinasaan warga Palestina dari tanahnya sendiri. Jadi, selama Zi*nis Yahudi masih di sana, selama itu juga persoalan Palestina tidak akan berujung.
Perundingan damai sudah dilakukan, tetapi hasilnya nol besar. Ini karena karakteristik Yahudi adalah tidak bisa menepati janji. Two-state solution juga bukanlah solusi.
Sikap seharusnya terhadap Isra3l adalah sebagaimana yang telah Allah Swt. perintahkan, yakni perangi dan usir! Dengan kata lain, jihad fii sabilillah wajib dilancarkan dengan mewujudkan kekuatan Islam yang berlandaskan akidah dan syariah, yaitu Khil4f4h. Khil4f4h akan menyatukan potensi umat yang sebenarnya sangat besar yang ada di seluruh dunia dengan jutaan tentaranya.
Jika umat muslim berada dalam satu komando, maka bukan hal sulit untuk bisa membebaskan Palestina dari cengkeraman Zi*nis Yahudi Laknatullah beserta para pendukungnya. Wallahualam bissawab
Mia Kusmiati
Bekasi, Jawa Barat [CM/NA]