“Sebagai penanggung jawab penuh terhadap warganya, hendaknya negara menjamin ketersediaan lapangan kerja, misalnya mendirikan industri alat yang nantinya akan menumbuhkan industri-industri lainnya. Dengan begitu, negara mempunyai spektrum industri yang sangat luas.”
CemerlangMedia.Com — Badan Pusat Statistik (BPS) per (Februari 2024) merilis data yang masuk dalam golongan hopeless of job, tercatat sebanyak 369.5 ribu kaum muda dengan rentang usia 15 sampai 29 tahun. Data ini menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir (11-08-2024).
Keadaan mengkhawatirkan ini terjadi lantaran anak muda menjadi pendorong utama laju ekonomi dan inovasi suatu bangsa. Namun nyatanya, hari ini anak muda tidak memiliki daya saing di dunia kerja. Akibatnya, mereka terombang-ambing dalam keputusasaan dalam mencari pekerjaan.
Ada beberapa penyebab kondisi ini terjadi, di antaranya kurang tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka. Di sisi lain, daya saing di bursa kerja juga ketat.
Mereka tidak hanya bersaing dengan sesama fresh graduate, tetapi juga dengan mereka yang sudah berpengalaman kerja. Tak ayal, anak muda merasa kalah saing karena sering kali tempat kerja mengutamakan pengalaman kerja bagi pelamar.
Selain itu, perubahan dalam tren dan kemajuan teknologi menyebabkan skill yang dahulu dianggap penting menjadi usang saat ini. Masalah ini kerap menimpa anak muda yang tidak cepat beradaptasi dengan teknologi akan makin kalah dalam persaingan di dunia kerja.
Dengan demikian, maraknya kaum muda yang hopeless of job membuktikan negara ini tidak berhasil membangun sumber daya manusia akibat diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme liberal. Sistem ini telah menjadikan generasi yang lemah di tengah kemajuan teknologi dan materi.
Lebih jauh, menurut penelitian Randstad Workmonitor pada 2022 ditemukan bahwa sebanyak 41% responden yang tersebar di Amerika, Eropa, dan Asia Pasifik lebih memilih untuk menganggur daripada mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan dan tidak membuat mereka bahagia.
Hal ini membuktikan bahwa daya juang mereka lemah. Mereka tidak memiliki kemauan untuk mengorbankan kebahagiaannya demi mendapatkan pekerjaan.
Tentu saja tingginya pengangguran kaum muda berdampak buruk. Bagi kaum muda secara individu, pengangguran menjadikannya kehilangan mata pencaharian sehingga menyebabkan kemiskinan. Bagi masyarakat, dapat memicu tindakan kejahatan atau kriminalisasi karena adanya kesenjangan ekonomi, sedangkan bagi negara menjadi beban karena pertumbuhan ekonomi menurun.
Oleh karena itu, sebagai penanggung jawab penuh terhadap warganya, hendaknya negara menjamin ketersediaan lapangan kerja, misalnya mendirikan industri alat yang nantinya akan menumbuhkan industri-industri lainnya. Dengan begitu, negara mempunyai spektrum industri yang sangat luas.
Berapapun lulusan dunia pendidikan akan terserap dalam industri. Alhasil, tidak ada lagi pengangguran, kecuali mereka yang lemah secara fisik sehingga wajib dinafkahi oleh negara atau kerabatnya.
Industrialisasi ini dapat dimulai dari pengembalian sumber daya alam yang selama ini dikuasai oleh asing. Hal ini sangat penting karena seluruh rakyat akan menikmati hasilnya dan turut serta dalam proses industrinya.
Walaupun merekrut lulusan sekolah dan perguruan tinggi dalam dunia industri, tetapi negara tidak boleh mendesain kurikulum pendidikan untuk mencetak tenaga kerja semata. Namun, harus berlandaskan pada akidah Islam sehingga terbentuk individu yang berkepribadian Islam.
Oleh karenanya, individu yang dihasilkan mampu menguasai agama sekaligus pakar dalam teknologi. Dengan begitu, teknologi yang ada akan digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan umat.
Hal ini akan meminimalkan penyalahgunaan teknologi karena berada pada individu, masyarakat, dan sistem negara yang tepat. Kaum muda akan melejit dan menjawab semua tantangan dengan sistem sahih ini.
Sistem itu adalah Islam kafah. Satu-satunya sistem yang mampu menanggulangi pengangguran atau keputusasaan dalam mencari kerja serta segala problematika hidup manusia. Sebab, sistem ini menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sistem Islam adalah sistem yang sempurna dan paripurna, sebab bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Berasal dari Allah Swt. sebagai Pencipta sekaligus Al-Mudabbir (Pengatur).
Jadi, penerapan sistem Islam secara kafah dalam kehidupan sehari-hari jelas sekali urgensinya. Tidak hanya untuk kenyamanan hidup di dunia, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat. Insyaallah. Wallahu a’lam.
Hessy Elviyah, S.S.
Bekasi, Jawa Barat [CM/NA]