Kurikulum pendidikan Islam bertujuan mencetak generasi yang memiliki akidah kuat, berkepribadian Islam, dan memiliki pengetahuan serta keahlian/keterampilan dalam menjalani kehidupan. Selain itu, pendidikan Islam berorientasi pada keselamatan dunia akhirat, tidak sebatas untuk mendapatkan ijazah dan menghasilkan materi semata.
CemerlangMedia.Com — Bekerja menjadi pilihan sebagian lulusan SMA di tujuh kecamatan Kabupaten Bekasi. Pengawas Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah III Jawa Barat Rojali menyatakan minimnya minat untuk melanjutkan kuliah terjadi di beberapa daerah seperti Muara gembong, Cabang Bungin, Sukawangi, Tembelang, Bojongmangu, Tarumajaya, dan Sukakarya. Masalah ekonomi menjadi penyebab utama lulusan SMA memilih bekerja daripada melanjutkan kuliah.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Sukakarya Acep Hadi membenarkan bahwa minat siswa untuk melanjutkan kuliah masih rendah. Acep pun menyatakan, hanya 22 siswa yang berminat melanjutkan kuliah dari 367 calon lulusan sehingga masih banyak kuota yang tersedia untuk siswa eligible yang berjumlah 148 siswa (20-01-2025).
Minimnya minat lulusan SMA untuk melanjutkan kuliah menunjukkan tidak tercapainya target pendidikan untuk siswa lulusan SMA. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti cara pandang masyarakat terhadap pendidikan, kondisi ekonomi, hingga minimnya peran negara dalam bidang pendidikan.
Sebagian masyarakat masih memandang bahwa tujuan pendidikan sebatas mendapat ijazah untuk bekal mencari pekerjaan. Akibatnya, tidak sedikit siswa yang mengenyam pendidikan minimal untuk mendapatkan pekerjaan di sektor industri dengan penghasilan UMR.
Sementara itu, sulitnya kondisi ekonomi membuat orang tua siswa tidak mampu membayar mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini mendorong siswa lulusan SMA memilih bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Selain itu, minimnya peran negara dalam bidang pendidikan terlihat dari terbatasnya beasiswa, orientasi tujuan pendidikan mencetak lulusan siap kerja, hingga swastanisasi dalam bidang pendidikan.
Minimnya peran negara terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme yang memberi karpet merah kepada swasta maupun asing untuk menguasai sumber daya alam (SDA). Akibatnya, negara tidak mempunyai cukup dana untuk mendukung bidang pendidikan. Selain itu, kapitalisme pun berdampak pada sempitnya lapangan pekerjaan serta tingginya biaya hidup sehingga masyarakat kesulitan untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
Berbeda dengan sistem Islam yang mendukung dunia pendidikan. Dalam Islam, menyediakan pendidikan gratis hingga perguruan tinggi adalah kewajiban negara terhadap rakyat. Negara dalam Islam tidak kesulitan menyediakan dana untuk pendidikan karena SDA dikelola negara sepenuhnya. Selain itu, pemasukan negara sangat banyak, seperti zakat, jizyah, ganimah, fa’i, kharaj, hasil SDA, dan lainnya.
Di sisi lain, kurikulum pendidikan Islam bertujuan mencetak generasi yang memiliki akidah kuat, berkepribadian Islam, dan memiliki pengetahuan serta keahlian/keterampilan dalam menjalani kehidupan. Selain itu, pendidikan Islam berorientasi pada keselamatan dunia akhirat, tidak sebatas untuk mendapatkan ijazah dan menghasilkan materi semata. Inilah bentuk tanggung jawab negara dalam Islam terhadap rakyat, sebagaimana hadis Rasulullah saw.,
“Imam/khalifah itu laksana penggembala dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian, sudah saatnya menerapkan sistem Islam secara menyeluruh (kafah) agar para siswa bisa mendapatkan pendidikan terbaik hingga jenjang pendidikan tinggi. Wallahualam bissawab.
Neni Nurlaelasari
Bekasi, Jawa Barat [CM/NA]