“Sangat urgen untuk menghadirkan sistem pendidikan yang sahih, yakni sistem pendidikan Islam. Dalam hal ini, akidah Islam menjadi dasar pemikiran sehingga output yang dihasilkan adalah pelajar yang berkepribadian Islam.”
CemerlangMedia.Com — Kasus bvnvh diri seolah tidak pernah habis dari pemberitaan media saat ini. Pelakunya beragam, mulai dari pelajar usia SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Pun latar belakangnya bermacam-macam.
AR, seorang peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anastesi di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro meninggal dunia. Diduga, penyebab meninggalnya dipicu oleh tekanan dan perundungan selama menjalani studi sebagai PPDS di fakultas kedokteran tersebut. Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono mengatakan, korban ditemukan tidak bernyawa di kamar kosnya pada Senin (12-8-2024) sekira pukul 23.00 WIB (16-08-2024).
Mengakhiri hidup akibat perundungan atau bullying sebenarnya bukan fakta baru, tetapi sudah sering terjadi dan berulang-ulang. Sementara pada kasus di kalangan pelajar, menjadi PR besar dalam dunia pendidikan. Kasus ini masih menjadi masalah yang krusial dan belum bisa diselesaikan secara tuntas.
Bahkan, perundungan di kalangan PPDS sudah menjadi atensi Kemenkes. Beberapa waktu lalu, Kemenkes merilis hasil survei skrining kesehatan jiwa dokter residen yang menunjukkan banyak di antara responden mengalami gejala depresi. Skrining kesehatan jiwa calon dokter spesialis ini dilakukan di 28 RS vertikal pendidikan dengan jumlah sebanyak responden 12.121 peserta PPDS. Hasil survei tersebut mengungkapkan, ada sekitar 3,3 persen dokter residen yang teridentifikasi ingin mengakhiri hidup atau melukai diri sendiri, selebihnya mereka depresi dari yang ringan hingga depresi berat (15-08-2024).
Beban pendidikan yang dialami calon dokter spesialis terlihat sudah cukup lama dirasakan, tetapi baru muncul setelah hasil skrining dilakukan. Mereka menghadapi jalinan tekanan kompleks yang membuat kewalahan. Belum lagi biaya UKT program dokter spesialis, terbilang cukup mahal.
Memang, kasus bvnvh diri akibat perundungan belum sebanyak korban yang hanya menderita trauma. Sayangnya, pemerintah saat ini hanya fokus pada penanggulangan aktivitas bullying saja, padahal jika tidak ditanggulangi secara benar dan sungguh-sungguh, kasus bvnvh diri akibat tekanan perundungan akan terus terjadi di kalangan remaja, terlebih dunia pendidikan.
Inilah potret suram dari penerapan sistem pendidikan ala kapitalisme sekuler. Adanya pemisahan agama dengan kehidupan, tidak mampu melahirkan generasi yang diharapkan. Ya, generasi hari ini bermental rapuh, tidak memiliki jati diri, bahkan bisa berperilaku zalim.
Oleh karena itu, sangat urgen untuk menghadirkan sistem pendidikan yang sahih, yakni sistem pendidikan Islam. Akidah Islam menjadi dasar pemikiran sehingga output yang dihasilkan adalah pelajar yang berkepribadian Islam.
Sejarah menorehkan bahwa ada banyak generasi emas yang dilahirkan, salah satunya adalah Ibnu Sina. Dia adalah sosok bapak kedokteran modern yang memiliki 450 kitab yang berisi tentang pengobatan dan kedokteran.
Hebatnya lagi, dalam Islam, masyarakat memiliki jaminan untuk mendapatkan pendidikan hingga level perguruan tinggi, seperti pendidikan dokter spesialis dan dibiayai oleh negara dari dana baitulmal. Dengan kata lain, pendidikan bisa didapatkan secara cuma-cuma alias gratis. Ini karena negara mampu secara finansial melakukan fungsi politiknya dalam mencetak dokter maupun dokter spesialis yang memadai dari segi kualitas dan kuantitas. Wallahu a’lam
Eli Ermawati
(Pembelajar) [CM/NA]