Sejatinya, sistem Islam adalah solusi menyeluruh untuk seluruh problematika kehidupan. Hal ini karena hukum dan aturan dalam Islam bersumber dari Allah Swt. Sang Pencipta kehidupan. Hakikatnya, tidak ada yang mampu memahami kebutuhan ciptaan-Nya, kecuali Pencipta-nya.
CemerlangMedia.Com — Hidup di Indonesia apa-apa dipajakin, seperti baru-baru ini. Kabar menyebutkan bahwa mulai tahun depan, membangun rumah sendiri atau tanpa kontraktor akan dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 2,4 persen dari sebelumnya 2,2 persen. Kenaikan tersebut sejalan dengan rencana kenaikan PPN secara global, yakni dari 11 persen menjadi 12 persen. Semua itu sudah disesuaikan dengan Undang-Undang No. 7/2021 terkait Harmonisasi Persatuan Perpajakan (HPP) (15-09-2024).
Dambaan hidup sejahtera dengan memiliki rumah sendiri yang nyaman di negeri ini seolah mimpi yang sangat sulit untuk diwujudkan, apalagi setelah adanya aturan yang tertuang dalam UU No. 7/2021. Hal ini makin membebani rakyat. Semua itu seakan memupuskan keinginan rakyat untuk bisa memiliki rumah sendiri yang layak huni dengan biaya terjangkau. Rakyat terus-menerus dibebani dengan beragam pajak yang membuat hidup mereka kian jauh dari kata sejahtera. Beginilah kenyataan hidup dalam sistem kapitalisme, beragam kesulitan hidup adalah keniscayaan.
Terkadang tidak habis pikir dengan munculnya berbagai aturan dari pemerintah, nyaris semuanya hanya menyengsarakan rakyat. Hampir semua jenis barang dikenai pajak. Kondisi rakyat yang serba sulit malah jadi kian sulit. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Lengkap sudah derita rakyat. Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab tingginya angka kemiskinan di tanah air. Biaya hidup makin tinggi, sedangkan pendapatan tidak seberapa. Bahkan, tidak jarang pekerjaan pun tidak ada. Inilah akhirnya yang menyebabkan di kota-kota besar, banyak orang yang memilih hidup di bawah kolong jembatan.
Semua persoalan tersebut tidak lepas dari sistem ekonomi yang diadopsi penguasa. Sistem ekonomi hari ini adalah berbasis ribawi. Sementara pajak merupakan sumber pendapatan negara. Keadaan tersebut diperparah oleh tolok ukur hidup masyarakat dalam sistem kapitalisme, yaitu asas manfaat. Alhasil, bisa disaksikan dan rasakan sekarang, yaitu kesengsaraan demi kesengsaraan. Dampak juga dapat terlihat dari kesenjangan sosial yang makin nyata terlihat antara si miskin dan si kaya, antara anak pejabat dengan anak rakyat jelata.
Sementara sistem ekonomi Islam justru sebaliknya, yakni bertujuan untuk menyejahterakan rakyat. Fokus penguasa adalah menciptakan berbagai lapangan pekerjaan agar setiap laki-laki (para pencari nafkah) bisa mencukupi kebutuhan pokok keluarganya, termasuk membangun rumah. Dengan begitu, tidak ada lagi ketimpangan sosial di tengah masyarakat.
Hidup rakyat akan tenang karena tidak dibebani dengan urusan keduniawian. Rakyat akan selalu didorong dalam melakukan ketaatan, tanpa harus resah memikirkan kebutuhan perutnya. Negara menjamin kehidupan yang layak untuk setiap masyarakat. Negara menyadari betul tugasnya, yakni menjadi garda terdepan dalam melindungi dan memenuhi kebutuhan rakyat.
Semua itu hanya bisa terjadi saat sistem Islam diterapkan secara menyeluruh di dalam kehidupan. Sejatinya, sistem Islam adalah solusi menyeluruh untuk seluruh problematika kehidupan. Hal ini karena hukum dan aturan dalam Islam bersumber dari Allah Swt. Sang Pencipta kehidupan. Hakikatnya, tidak ada yang mampu memahami kebutuhan ciptaan-Nya, kecuali Pencipta-nya. Wallahu a’lam
Rina Herlina
Payakumbuh, Sumbar [CM/NA]