CemerlangMedia.Com — Ramadan akan pergi, hiruk-pikuk tentang hari kemenangan kian terasa. Ada yang sudah mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk membeli baju baru satu bahkan dua bulan sebelum Ramadan. Puasa belum dimulai tapi persiapan menuju hari nan fitri telah dipersiapkan. Salahkah bila kita berbahagia?
Tidak salah jika setiap umat muslim berbahagia untuk menyambut hari raya sebagai kemenangan, dan kabar bahagia bahwa ia dinyatakan seperti bayi yang baru lahir. Suci, tanpa dosa. Ibarat kertas putih yang baru dibuka dari boxnya. Tidak ada lagi noda. Itu gambaran kemenangan untuk mereka yang mampu melewati Ramadan ini dengan kesungguhan, dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah semata-mata karena mencari rida Allah Swt..
Kini, Ramadan memasuki detik-detik untuk dilepaskan. Kurang lebih 13 hari lagi Ramadan akan pergi meninggalkan umat muslim. Sampai saat ini, masih ada di antara saudara muslim kita yang enggan berpuasa, salat malam dilewatkan begitu saja, tarawih diabaikan. Terkadang memilih mengejar rupiah, ketimbang memperbanyak ibadah. Katanya Ramadan adalah bulan omset. Jika para sahabat dan sahabiyyah berlomba-lomba mengencangkan sabuk kekuatan fisik dan mental untuk menjalani aktivitas Ramadan, beda jauh dengan umat hari ini.
Umat muslim hari ini dilenakan oleh perkara dunia. Semua dipandang atas dasar materi. Dan ini menjadi penyakit kronis umat saat ini, yang hidup berlandaskan pada asas sekuler kapitalis. Kehidupan umat dijauhkan dari agamanya, serta materi penyokongnya. Jangankan menjadi penyelamat dan memberi syafaat untuk orang lain, untuk diri sendiri saja masih dipertanyakan.
Begitu banyak persoalan yang tak mampu dituntaskan. Lantas apakah kita pantas merayakan kemenangan untuk dilahirkan sebagai manusia tanpa dosa, jika ibadah-ibadah wahiba saja kita lalaikan? Apakah merayakan kemenangan itu sebatas modal Islam dalam KTP?
Iya, Islam KTP. Hidup tidak mau memakai aturan Islam, saat kematian menjemput ingin dikebumikan dengan cara Islam. Jika demikian, apakah Islam hanya sebatas itu? Ramadan, sungguh sebentar lagi engkau akan pergi. Aroma Syawal tercium, kemenangan yang dijanjikan akan nampak. Namun, apakah kami umat muslim, sebagai tuan yang dimuliakan dengan berbagai kebaikan berlimpah telah sempurna berlomba mengumpulkan kebaikan?
Ramadan … Kemenangan itu apakah pantas kami cicipi? Apakah kami sudah memuliakan bulan agung ini?
Irsad Syamsul Ainun
(Aktivis Muslimah Papua)
[CM/NA]