CemerlangMedia.Com — Tahun baru Masehi 2024 menjadi moment yang menyenangkan karena bersamaan dengan liburan anak sekolah. Tentu arah pandangan terfokus pada acara seputar mengisi acara libur semester, seperti pergi ke tempat rekreasi, atau berkunjung ke famili.
Masih lekat dalam ingatan kita dan kaum muslimin tentang peristiwa sebelumnya, yaitu genosida oleh Zionis laknatullah. Hari berganti bulan dan tahun bertambah memasuki 2024, perang masih berulang. Bahkan makin bertambah jumlah korban. Namun, rupanya, pandangan beralih kepada suasana hingar-bingar pergantian tahun.
Kini, kurang lebih tiga bulan lamanya warga P4l3stin4 telah syahid sebanyak 22.185 jiwa. Otoritas Hamas mengatakan bahwa sebanyak 165 orang meninggal dan 250 jiwa terluka parah akibat bombardir Zionis terhadap Gaza selama 24 jam terakhir (31-12-2023).
Kebanyakan kaum muslimin cenderung terombang-ambing dan tidak memiliki pendirian yang kokoh. Mudah terbawa suasana dan tidak mampu memilah mana yang bernilai wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Padahal seharusnya mampu mengambil sikap yang tepat agar semua perbuatan bernilai pahala, seperti ikut meramaikan tahun baru masehi. Hal ini karena sekularisme telah menjadi pola pikir dan sikapnya sehingga tak mampu memilah apakah perbuatan itu berbuah pahala atau dosa.
Media pun menjadi pendukungnya. Tak sedikit media atau akun-akun dibungkam karena menampilkan berita pembantaian warga P4l3stin4 sehingga melupakan dan menjadi kendur dalam menyuarakan kebiadaban yang dilakukan penjajah.
Terlebih lagi seiring tahun baru, pemboikotan terhadap produk pendukung Yahudi tak lagi selantang waktu sebelumnya. Sekularisme telah menyebabkan muslim tak berdaya. Kualitas iman minimalis, padahal kuantitas terbanyak di dunia.
Sebagaimana sabda Rasulullah, “Hampir orang-orang kafir membinasakan kalian, seperti halnya orang yang menyerbu makanan di atas piring,” seseorang bertanya, “Apakah jumlah kami sedikit waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan jumlah kalian banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di lautan.”
Maka, selayaknya, hati nurani seorang muslim terluka dan bersedih selama masih berlangsungnya genosida. Hanya saja, umat menjadi melemah akibat nasionalisme (nation state). Kelemahan ini menjadi senjata bagi kaum kafir untuk mencerai-beraikan persatuan muslim di seluruh dunia.
Oleh karena itu, umat Islam butuh sebuah perisai sebagai pelindung harta, jiwa, dan kehormatan. Sebab, jika tidak, maka seperti inilah kondisi kaum muslim, tersekat dan tidak mampu menghentikan kezaliman di belahan dunia.
Umat butuh junnah dalam sebuah sistem kekhilafahan Islam, yang menyeru umat kepada ketakwaan dan memiliki akidah yang kokoh. Tujuannya bukan mencapai kekuasaan, tetapi mencari rida Allah dan tidak berbuat kerusakan di bumi.
Untuk itu, peran penting negara dalam Islam sangat diharuskan demi kejayaan negara. Hal ini tidak ada dalam mabda lain selain Islam sehingga tercipta manusia berkekuatan tangguh bagai karang di dasar lautan, bukan buih di tepi lautan.
Hendaknya, masa Rasulullah hingga Kekhilafahan Turki Ustmani menjadi contoh, bagaiamana Daulah Islam menjadi negara adidaya, melahirkan pemimpin, ilmuwan, dan pahlawan andal yang hanya takut kepada Allah semata. Rasulullah bersabda, “Sebaik-baiknya generasi adalah pada masaku (sahabat), kemudian berikutnya (tabi’in) dan berikutnya (tabiut tabi’in).” (HR Bukhari dan Muslim).
Wallahu a’lam
Hanimatul Umah
Bekasi [CM/NA]