“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
CemerlangMedia.Com — Pernyataan di atas adalah kutipan Presiden Soekarno tentang pemuda yang dapat mengguncangkan dunia. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran pemuda dalam memajukan negara. Namun faktanya, hari ini banyak pemuda yang terjerembab dalam kriminalitas. Tentunya berita kali ini sungguh mengiris hati, yaitu beredarnya video yang menewaskan siswa SMP yang ditayangkan live via Instagram. Diketahui pelaku dari kasus tersebut adalah Tiga ABG berinisial ialah DA (14), RA alias N (14), dan AAB alias U (14). Puncak permasalahannya tiga ABG tersebut tidak terima dituduh melakukan vandalisme di gedung sekolah sang korban ARSS (14). Peristiwa ini geger karena korban merupakan target kedua kali dan ditayangkan secara langsung via Instagram. (24/3)
Bukan hanya kasus itu saja. Lagi dan lagi masyarakat disuguhkan dengan berita negatif yang menyeret nama pemuda, dengan aksi tawuran (perang sarung), yang dimodifikasi dengan batu terjadi di Jagakarsa Jaksel, 15 orang remaja pun diamankan pihak kepolisian.
Tindakan kriminal yang menjangkiti generasi muda jumlahnya semakin hari semakin banyak, dan dengan motif kejahatan yang beragam. Terlebih lagi masyarakat bersikap acuh dengan kondisi generasi muda. Hal ini tidak lepas dari sistem pendidikan saat ini yang hanya berfokus pada transfer ilmu, namun belum bisa membentuk karakter generasi yang beriman dan bertakwa.
Hal ini terjadi berawal dari sistem sekuler kapitalis yang masih diemban, yaitu pemisahan agama dari segala lini kehidupan. Tidak lagi memikirkan standar halal dan haramnya suatu perbuatan, dan mendukung generasi muda untuk hidup sekuler, liberal (bebas), dan hedonis. Inilah potret buram rusaknya sistem sekuler kapitalis, yang sudah seharusnya ditinggalkan.
Beda halnya dengan sistem Islam, yang memberikan solusi untuk segala problematika umat, termasuk mengatasi kriminalitas yang menjerat generasi muda. Dari segi sistem pendidikan, Islam mencetak generasi muda yang berkepribadian Islam, menanamkan nilai-nilai keimanan, dan ketakwaan kepada peserta didik agar terhindar dari kemaksiatan.
Dalam sistem Islam, keluarga ikut berperan langsung mendidik, dan mengasuh sang anak. Sementara kedua orang tua berkewajiban menjadikan akidah Islam dalam membimbing anak. Selanjutnya, peran masyarakat adalah wajib saling menasihati ketika terjadi suatu pelanggaran. Dengan begitu kemaksiatan dapat dicegah.
Dan komponen terpenting adalah adanya peran negara yang bertanggung jawab untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat. Terkait di bidang ekonomi, kesehatan, sosial dan pendidikan. Rasulullah saw. bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban.”
Negara wajib membumihanguskan peredaran miras, narkoba, memblokir konten negatif di jejaring media sosial yang dapat memicu tindakan kriminal. Serta menegakkan sanski Islam sebagai penindaklanjutan hukuman apabila terjadi pelanggaran hukum syarak. So, sudah saatnya kita kembali ke sistem yang sempurna, yang segala aturannya berasal dari Allah bukan dari pemikiran manusia.
Tasyati Nabilla
[CM/NA]