Toleransi Bukanlah Berpartisipasi

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Dibutuhkan pemimpin seperti Rasulullah yang akan menjaga akidah umatnya. Memberikan nasihat takwa agar umat tetap terikat dengan aturan Islam, khususnya dalam momen krusial yang sangat berpotensi membahayakan akidah umat.

CemerlangMedia.Com — Toleransi adalah kata yang acap kali digaungkan, terutamanya pada Desember ini. Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga keharmonisan antarumat beragama menjelang perayaan Nataru 2024/2025 (15-12-2024).

Narasi toleransi memang kerap kali ditujukan kepada umat muslim, apalagi jelang Nataru. Bagaimana umat muslim bersikap pada perayaan Nataru seolah menjadi tolok ukur sikap toleransi antar umat beragama.

Jika umat muslim ikut berpartisipasi dalam perayaan Nataru, mereka akan disebut sebagai muslim yang berjiwa toleran dan cinta damai. Pun sebaliknya, apabila umat muslim tidak mau ikut campur dalam perayaan, akan dicap sebagai muslim yang intoleran. Ini merupakan pengerdilan dalam menyikapi makna toleransi.

Dalam kamus Al-Munawir halaman 702, toleransi atau tasamuh diartikan sebagai sikap membiarkan (menghargai), lapang dada. Untuk itu, toleransi yang harus dilakukan kepada non muslim adalah dengan tidak ikut dalam kegiatan ibadah dan tradisi agama mereka. Praktik toleransi yang mengharuskan umat muslim ikut serta dalam peribadatan agama lain dapat menjerumuskan ke dalam dosa karena bertentangan dengan akidah dan ajaran Islam.

Islam telah jelas mengajarkan perihal toleransi. Toleransi terhadap non muslim tidak boleh mengurangi keyakinan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar sehingga berpengaruh pada semangat dakwah mengajak non muslim untuk memeluk Islam. Toleransi terhadap non muslim dilakukan dengan cara membiarkan mereka memeluk agamanya, melaksanakan ibadah, tidak menghina Tuhan mereka, dan tidak merusak tempat ibadahnya. Hanya sebatas itu saja.

Rasulullah dengan tegas menolak model toleransi dalam bentuk ikut berpartisipasi, terlibat, atau bahkan mengamalkan ajaran agama lain. Ini pernah terjadi ketika tokoh kafir Quraisy mendatangi Rasulullah untuk menawarkan toleransi dengan cara saling mengamalkan ibadah mereka secara bersama-sama. Rasulullah langsung menolak dengan tegas, kemudian dari kejadian tersebut turunlah QS Al-Kafirun ayat 1—6.

Oleh karena itu, dibutuhkan pemimpin seperti Rasulullah yang akan menjaga akidah umatnya. Memberikan nasihat takwa agar umat tetap terikat dengan aturan Islam, khususnya dalam momen krusial yang sangat berpotensi membahayakan akidah umat.

Sosok pemimpin seperti ini hanya dapat terwujud ketika sistem Islam ada di tengah umat. Hanya dalam Islam seluruh aspek kehidupan diatur secara terperinci dan tidak ditemui pada agama lain. Wallahu a’lam bisshawwab.

Heny Era
Bekasi [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *