Ibu, Fitrah dan Nalurimu Terjaga dalam Islam

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Diana Soepadi

CemerlangMedia.Com — Ibu, benarkah sebuah kata yang menyimpan berjuta cinta dan kasih? Tidak, bahkan tidak cukup bilangan triliun mewakili sebesar apa kasih seorang ibu. Hingga dalam sebuah lirik lagu dilukiskan kasihnya sebanding dengan mentari yang menyinari dunia, yang selalu memberi dan tidak mengharap kembali. Tentu tidak bisa dimungkiri besar dan tulusnya kasih seorang ibu. Mengalir tidak terhingga sepanjang masa kehidupan buah hatinya, sejak dalam kandungan hingga dewasa. Bahkan, saat sang anak telah pergi pun, tidak surut doa penuh sayang dan harapan kebaikan dari ibu teruntai untuknya.

Ibu, sosok yang telah Allah Swt. fitrahkan kepadanya sebagai muara lahirnya generasi peradaban. Dia tidak hanya berjuang dalam kepayahan saat mengandung, tetapi terus dan harus bersabar dalam masa tumbuh kembang buah hatinya. Tidak sebatas menyelesaikan dan membantu hajat hidup sang anak dari sisi dimensi fisik, semisal menyuapi, memandikan, merawat, mengobati kala sakit, dan melindungi dari bahaya fisik. Namun, lebih dari itu, seorang ibu selama hidupnya tidak lepas dari tanggung jawab dimensi spiritual, emosional, sosial, intelektual, finansial, dan juga lingkungan bagi anaknya.

Ibu, dia adalah maha guru yang Allah Swt. siapkan untuk mengantarkan manusia kepada kemuliaan hidupnya. Dalam pengasuhannya, sang anak akan kokoh keimanannya, meyakini Rabb-nya, dan menuntunnya menuju taat. Dalam kelembutan hatinya, sang anak akan terasah jiwanya sehingga emosi dan kecenderungannya hanya condong kepada tuntunan agama. Dalam bimbingannya, sang anak menata interaksi sosialnya secara bersih dan lurus. Dalam didikannya, sang anak terasah akal dan pikirannya secara imani. Dalam kebijakannya, sang anak belajar makna kebutuhan dan keinginan dari sisi materi. Dalam penjagaannya, sang anak mengenal sunatullah, tumbuh menjadi generasi peletak kebaikan, bukan pembuat kerusakan.

Ibu, di bawah kakinya Allah Swt. letakkan surga. Oleh karena itu, dialah yang harus mengawali keimanan kokoh pada dirinya sehingga berhak menyandang “ridanya menjadi jalan surga” bagi anaknya. Tidak berlebihan kala sang baginda Nabi saw. memberikan penghormatan tiga kali lebih tinggi kepada ibu dibanding ayah. Begitu besar tanggung jawabnya dalam melahirkan generasi terbaik, maka Allah Swt. melindunginya dalam perwalian suaminya. Nafkah dan kecukupan kehidupannya wajib dipenuhi suami. Jika suami tidak mampu, beralihlah kepada anak lelakinya, saudara laki-lakinya, ayahnya, ataupun kakeknya. Andai semua tidak mampu, maka beban itu haruslah dipikul negara.

Ibu, dia berhak menuntut apa yang menjadi haknya. Kisah Khalifah Umar bin Khattab yang memanggul sekarung tepung untuk wanita yang menanak batu untuk anaknya karena tidak ada makanan menjadi contoh bagaimana sigapnya penguasa melayani kebutuhan ibu. Dia tidak ditinggalkan sendirian menyelesaikan masalah kehidupannya. Jaminan kebutuhan, keamanan, kesehatan, dan pendidikannya dipenuhi oleh negara dengan mekanisme yang adil.

Ibu, dia tidak dibebankan kewajiban bekerja dan mencari nafkah. Bahkan, selamanya dia dalam perwalian dan penjagaan. Jiwanya selalu terayomi, fitrah sabarnya terselamatkan karena masyarakat di sekelilingnya terdidik dalam sistem pendidikan yang berlandaskan tauhid. Tidak ada egoisme di antara anggota masyarakat. Jiwa-jiwa penolong dalam kebaikan dan takwa karena janji Allah Swt. berupa kemudahan di akhirat saat dia memudahkan urusan saudaranya di dunia menancap kuat dalam akal dan hati masyarakat.

Ibu, sosok yang seharusnya terjaga, kini berada dalam ancaman keburukan sistem buatan manusia. Kapitalisme sekuler telah menggerus fitrah keibuan para perempuan. Seorang ibu yang lembut dan penyayang kini justru tega terhadap buah hatinya. Kasus penjualan darah dagingnya sendiri karena impitan ekonomi menjadi pilihan kotor seorang ibu di Tambora, Jakarta Barat. Tragisnya, bayi yang baru dilahirkannya hanya dihargai Rp4 juta, jauh lebih murah dari harga sepaket skincare, astaghfirullah.

Ibu tidak lagi terlindungi di kehidupan keji liberalisme. Dia bisa dijebak dan terjebak sebagai pelaku maupun objek kejahatan. Kasus perdagangan perempuan dan anak, yang mana perempuan sebagai pelaku TPPO (Tindak Pidana perdagangan Orang) sangat mengiris hati. Bagaimana tidak, sosok yang di masa kekhalifahan dilindungi dengan pasukan yang mengular lintas negara karena dilecehkan Yahudi, kini telah melacurkan diri dalam kejahatan. Tidak lagi terselamatkan akibat sistem sanksi manusia yang lemah dan tidak mampu memberikan perlindungan. Sistem sanksi batil yang tidak menimbulkan efek jera sehingga tidak mampu menghentikan kriminalitas.

Ibu, sungguh fitrah dan naluri keibuanmu akan terjaga dalam naungan kehidupan Islam yang mulia. Apakah tidak ingin kau bergegas meraihnya? Padahal Allah Swt. telah menjanjikan keberkahan dan rahmat untuk seluruh alam kala kita mengambil aturannya dalam seluruh aspek kehidupan. Untuk itu, hanya ada satu pilihan terbaik bagimu. Bergegaslah menuju seruan yang memberikan kehidupan mulia dunia dan akhirat. Insyaallah.

Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *