Penulis: Abu Zaid R
Dunia memang sungguh menarik bagi manusia sehingga sepanjang sejarah, betapa banyak manusia binasa gegara dunia. Oleh karena itulah, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam mewanti-wanti kita terhadap bahaya dunia ini.
CemerlangMedia.Com — Faktor keenam sebab-sebab gugur dari jalan dakwah adalah lemah terhadap godaan dunia. Dunia memang sungguh menarik bagi manusia sehingga sepanjang sejarah, betapa banyak manusia binasa gegara dunia. Oleh karena itulah, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam mewanti-wanti kita terhadap bahaya dunia ini.
Abu Sa’id Al Khudri mengisahkan, pada suatu hari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam naik ke mimbar, lalu beliau berkhutbah, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian ialah keberkahan bumi yang akan Allah keluarkan untuk kalian.” Sebagian sahabat bertanya, “Apakah keberkahan bumi itu?” Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Perhiasan kehidupan dunia.” Selanjutnya seorang sahabat kembali bertanya: “Apakah kebaikan (perhiasan dunia) itu dapat mendatangkan kejelekan?” Mendengar pertanyaan itu, Nabi Shallallahu alaihi wasallam menjadi terdiam, sampai-sampai kami mengira bahwa beliau sedang menerima wahyu. Selanjutnya beliau menyeka peluh dari dahinya, lalu bersabda, “Manakah si penanya tadi?” Sahabat si penanya pun menyahut, “Inilah aku.” Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadanya,
لاَ يَأْتِى الْخَيْرُ إِلاَّ بِالْخَيْرِ ، إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، وَإِنَّ كُلَّ مَا أَنْبَتَ الرَّبِيعُ يَقْتُلُ حَبَطًا أَوْ يُلِمُّ ، إِلاَّ آكِلَةَ الْخَضِرَةِ ، أَكَلَتْ حَتَّى إِذَا امْتَدَّتْ خَاصِرَتَاهَا اسْتَقْبَلَتِ الشَّمْسَ ، فَاجْتَرَّتْ وَثَلَطَتْ وَبَالَتْ ، ثُمَّ عَادَتْ فَأَكَلَتْ ، وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ حُلْوَةٌ ، مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ وَوَضَعَهُ فِى حَقِّهِ ، فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ ، كَانَ الَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ
“Kebaikan itu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan. Sesungguhnya harta benda ini tampak hijau (indah) nan manis (menggiurkan). Sungguh, perumpamaannya bagaikan rerumputan yang tumbuh di musim semi. Betapa banyak rerumputan yang tumbuh di musin semi menyebabkan binatang ternak mati kekenyangan hingga perutnya bengkak dan akhirnya mati atau hampir mati. Kecuali binatang yang memakan rumput hijau, ia makan hingga ketika perutnya telah penuh, ia segera menghadap ke arah matahari, lalu memamahnya kembali, kemudian ia berhasil membuang kotorannya dengan mudah dan juga kencing. Untuk selanjutnya kembali makan, demikianlah seterusnya. Dan sesungguhnya harta benda ini terasa manis. Barang siapa yang mengambilnya dengan cara yang benar dan membelanjakannya dengan benar pula, maka ia adalah sebaik-baik bekal. Sedangkan barang siapa yang mengumpulkannya dengan cara yang tidak benar, maka ia bagaikan binatang yang makan rerumputan, akan tetapi ia tidak pernah merasa kenyang (hingga akhirnya ia pun celaka karenanya).” (HR Bukhari no. 6427 dan Muslim no. 1052).
Dunia adalah sarana meraih kemenangan akhirat. Namun, bisa juga menjadi jebakan mematikan. Nah, jika kita pengemban dakwah terjebak pada cinta dunia atau paling tidak cenderung pada dunia lebih besar daripada berjuang di jalan Allah, maka kita akan begitu mudah mengabaikan agenda dakwah demi pekerjaan atau bisnis atau urusan keluarga. Gegara kerjaan yang masih bisa diatur, kita dengan segera meninggalkan ngaji pekanan. Demi bisnis yang masih bisa ditunda, kita begitu cepat lari dari agenda ngaji bulanan dan seterusnya.
Bahkan, apabila kecenderungan terhadap dunia ini tidak terkontrol, sangat mungkin menjadi sebab perpecahan dan permusuhan. Hal ini telah diperingatkan oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Itulah keadaan manusia, akan saling berlomba untuk meraih dunia. Dari ‘Amr bin Al ‘Ash, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ أَىُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ ». قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ تَنْطَلِقُونَ فِى مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ.
“Jika Persia dan Romawi telah ditaklukkan, lantas bagaimanakah keadaan kalian? ‘Abdurrahman bin ‘Auf berkata, “Sebagaimana Allah perintahkan kepada kami. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak seperti itu, kalian akan saling berlomba, saling dengki, saling bermusuhan, saling benci, atau semacam itu (dalam meraih dunia, pen). Kemudian kalian berangkat ke tempat-tempat tinggal kaum muhajirin dan kalian menjadikan sebagian mereka membunuh sebagian yang lain.” (HR Muslim no. 2962).
Betapa lemah hati ini bertaut dengan dakwah jika sudah bertaut dengan dunia. Begitu mudah tidak lagi hadir ngaji gegara alasan kerjaan, bisnis, keluarga. Sebab, dalam hati kita, itulah yang lebih penting, bahkan bisa jadi paling penting dibanding dakwah.
Begitulah, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sangat mengkhawatirkan kita terhadap dunia. Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
مَا أَخْشَى عَلَيْكُمُ الْفَقْرَ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمُ التَّكَاثُرَ
“Yang aku khawatirkan pada kalian bukanlah kemiskinan, tetapi yang aku khawatirkan adalah saling berbangganya kalian (dengan harta).” (HR Ahmad 2: 308).
Semoga Allah selamatkan kita dari fitnah dunia ini. Tetap menjadikan dunia sekadar alat meraih akhirat. Tidak sekali-kali menjadikan dunia terpaut di hati kita. Aamiin.
Ngaji, yuk! [CM/Na]