Oleh: Dewi Khoirul
CemerlangMedia.Com — Kebakaran hutan terjadi di Hawai, Amerika Serikat (AS). Hampir 100 orang diperkirakan tewas di Lahaina, pesisir kota Pulau Maui. Bencana itu terjadi sejak awal Agustus (CNBCIndonesia.com, 14-8-2023)
Bencana, jika kita mendengar kata ini, apakah yang terlintas dalam benak kita? Ngeri, menakutkan, badan lemas, dan seterusnya. Bagi sebagian manusia, bencana adalah sebuah kejadian luar biasa yang membuat sedih bahkan putus asa karena beban berat yang dialami dan seolah tak kuasa menahan deritanya.
Bagi sebagian yang lain, bencana adalah bahan muhasabah diri bahwa Sang Kuasa alam semesta memberi peringatan atau teguran atas sekian banyak tindakan menyimpang yang dilakukan manusia di bumi ini. Lalu di manakah posisi kita ketika memandang realita bencana yang bertubi-tubi hadir menyapa manusia? Tentunya butuh sebuah pemahaman supaya kita tidak terjerumus dalam penyesalan dan kesesatan.
Sebagai seorang muslim, selayaknya mengambil pelajaran dari Al-Qur’an, termasuk dalam hal memahami mengapa begitu sering terjadi bencana. Dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 41, Allah berfirman,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Allah Swt. telah jelas memberikan pelajaran kepada hambanya bahwa kerusakan yang kita saksikan baik itu di daratan, bisa berupa gunung meletus, tanah longsor, banjir, kebakaran hutan sebagaimana terjadi di Hawai, begitupun di lautan seperti, badai, pergeseran lempeng bumi sampai terjadinya tsunami adalah karena ulah tangan manusia. Ini berarti manusia itu telah melakukan suatu tindakan yang menyalahi aturan Sang Pengatur jagad raya ini.
Betapa banyak aturan Allah yang dilanggar, setiap hari bahkan setiap menit kita akan saksikan terjadinya pelanggaran hukum Allah di sana-sini, mulai dari banyaknya pria maupun wanita yang menyalahi kodrat penciptaannya, sampai aturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang tidak sesuai dengan ketentuan Sang Pencipta. Bisa dibilang, manusia banyak menggunakan aturan buatan manusia ketimbang menggunakan hukum dari Sang Pencipta.
Salah satunya hukum buatan manusia yang saat ini masih menjadi super power, yaitu kapitalisme. Kapitalisme adalah ideologi yang mendewakan pemikiran manusia. Dalam ideologi ini manusia dibiarkan bebas memilih akidah, bebas untuk berpendapat, bebas untuk berekspresi, dan bebas dalam kepemilikan. Dari paham kebebasan inilah manusia lepas kendali dalam bertindak. Tak lagi memikirkan halal atau haram, tak lagi memahami mana yang benar dan salah, tak lagi merasa takut jika melanggar hukum-hukum Allah. Inilah yang menjadikan Allah murka sehingga turun bencana yang terus-menerus.
Semestinya umat ini bisa mengambil pelajaran dari umat-umat terdahulu, yakni tertimpa bencana yang dahsyat bahkan hampir memusnahkan sebuah peradaban. Sebagaimana banyak dikisahkan dalam Al-Qur’an, adalah umat Nabi Nuh alaihissalam yang ditenggelamkan oleh derasnya air yang turun dari langit dan keluar dari bawah tanah dalam waktu 7 hari berturut-turut sebagai akibat kedurhakaan mereka karena tidak mengimani Allah dan nabi yang diutus di tengah-tengah mereka.
Peristiwa umat Nabi Luth alaihissalam yang dibinasakan Allah dengan gempa bumi, angin kencang, serta dihujani batu akibat perbuatan mereka yang menyukai sesama jenis. Juga Fir’aun yang ditenggelamkan oleh Allah Swt. ke dalam lautan akibat dari kesombongannya yang tidak mau menerima dakwah Nabi Musa alaihissalam yang mengajak menuju keimanan kepada Allah, justru sebaliknya Fir’aun menganggap dirinya adalah Tuhan.
Perlu kita pahami, ketika suatu bencana melanda, maka yang hancur tidak hanya orang-orang yang fasik, kafir, dan zlim saja. Namun, orang yang baik dan saleh pun akan ikut terkena dampaknya. Oleh karenanya, kita tidak bisa tinggal diam berpangku tangan saja melihat kemungkaran demi kemungkaran yang terjadi. Harus ada upaya menyampaikan dakwah di tengah-tengah umat sehingga umat tersadar dan segera kembali ke jalan yang benar, yaitu dengan berhukum kepada apa-apa yang telah diturunkan oleh Allah Swt..
Dakwah adalah menyeru atau mengajak kepada umat untuk menjalankan kemakrufan, yaitu terkait hal-hal yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan dan menyeru umat untuk meninggalkan kemungkaran, yakni apa-apa yang telah dilarang oleh Allah Swt..
Jadi jika manusia mau mengambil apa-apa yang telah diturunkan oleh Allah Swt., yakni berupa hukum-hukum Islam untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, maka Allah akan menurunkan dan mengeluarkan berkah-Nya dari langit dan bumi.
Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]
One thought on “Dakwah Dapat Menghentikan Bencana?”
Masyaallah keren artikelnya,
Jazakillah khairan