Oleh: Nunik Umma Fayha
CemerlangMedia.Com — Saat ini, Zi*nis Isr*el di Gaza makin kesetanan. Mereka betul-betul ingin mengusir bangsa P4l3stin4. Bahkan, dua orang menteri kabinet Netanyahu menyatakan akan membuat penduduk Gaza melakukan emigrasi ke Kongo (nasional.republika.co.id, 06-01-2024). Zi*nis meyakini bahwa tanah P4l3stin4 adalah warisan dan hak mereka, maka tidak boleh bangsa lain memiliki.
Kemampuan finansial dan kecerdasan yang mengandung kelicikan seperti sudah menjadi trademark bangsa ini. Bagaimana suatu negara yang hampir bangkrut bisa mereka beri pinjaman finansial sehingga memberikan kesetiaan yang bersifat no reserve, bahkan sampai sekarang. Apa pun tingkahnya, mereka tetap akan menjadi bumper dan mendukung.
Pada tahun 1800-an Rothscild, klan terkuat Yahudi yang sampai saat ini menguasai perekonomian dunia sudah menjadi penyandang dana perang Britania Raya. Begitu kuatnya pengaruh keluarga ini sampai-sampai mereka bisa mendapat informasi tentang kemenangan dalam peperangan pada masa itu sehari lebih cepat dari pemerintah Britania. Dengan berbekal informasi inilah mereka terus bergerak menancapkan kekuatan.
Pada 1907, klan ini, melalui usaha keuangan mereka yang makin kuat juga mengeluarkan obligasi perang untuk membiayai perang Jepang. Mereka mengeruk keuntungan dari adanya perang.
Yahudi Menjaga Bara Permusuhan
Sebelum mengenal Islam, Yatsrib sering mengalami pertikaian antar suku besar Aus dan Khazraj. Seperti tawuran pelajar saat ini, masalah yang sebenarnya sudah lama berlalu, tetapi bara apinya terus dijaga agar mudah dinyalakan. Di belakang kedua suku berdiri para Yahudi yang selalu siap memasok senjata. Merekalah yang menjaga bara api itu karena mereka berkepentingan mengambil keuntungan darinya.
Kelicikan dan khianat mereka pun tertulis dalam tinta hitam kala umat muslim harus menghadapi Perang Ahzab. Bani Quraizah yang terikat perjanjian dengan Rasulullah berani berkhianat dengan mengikuti bujukan licik Huyay untuk menyerang kaum muslimin dari arah belakang, padahal saat itu kaum muslimin tengah bersiaga penuh di depan menghadapi kepungan pasukan Ahzab.
Si Tamak
Sudah diselamatkan dari Fir’aun, diberikan manna dan salwa saat tidak menemukan makanan, tetapi mereka terus meminta lebih. Persis seperti difirmankan Allah dalam QS Al Baqarah: 96 berikut,
“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”
Tidak berbeda dengan apa yang terjadi di P4l3stin4 saat ini. Mereka yang ditolak di mana pun berada, tiba-tiba mendapat tempat di tanah P4l3stin4, tanah yang mereka yakini hak mereka karena diberikan bangsa Inggris. Mereka berduyun-duyun dari berbagai belahan dunia, beremigrasi ke P4l3stin4. Lalu, merampas tanah, penghidupan, dan hak bangsa P4l3stin4, pemilik sah tanah ribath.
Meski sudah dibagi wilayahnya, tetapi sifat tamaknya tidak juga terpenuhi. Mereka dengan berani merangsek ke negeri sekitar. Mesir, Yordania, pernah menjadi korban. Wilayah P4l3stin4 terus mereka klaim sepihak. Bagaimana bisa seseorang tiba-tiba datang mengusir penghuninya dan mengatakan, “Hei, ini rumah dan tanahku. Kalian harus pergi dari sini karena ini bukan hak kalian.”
Bangsa P4l3stin4 diusir paksa dari tanah mereka yang tinggal secuil. Ibarat berada di sebuah ruangan, mereka sudah digiring sampai ke sudut. Di depan, pasukan IDF yang buas menghancurkan semua tempat yang mereka tinggalkan sambil tetap berusaha menghabisi rakyat sipil. Begitu pula perbatasan Mesir yang ada di belakang, sedari awal sudah disampaikan tidak akan dibuka bagi pengungsi P4l3stin4.
Sementara dunia hanya bisa berteriak dan mengutuk setengah hati. Rakyat menyeru perdamaian, tetapi penguasa mereka asyik masyuk dengan Isr*el dan pendukungnya. Tidak terkecuali dari dunia Islam. Tampak gagah mengirim bantuan pangan dari udara, diliput semua media dengan hiruk-pikuknya, tetapi mereka tetap mengirim air bagi bangsa pembunuh demi menjaga kehidupan mereka. Bentuk pengkhianatan seperti apa lagi yang lebih keji dari ini.
Para penjajah dan kaum munafik lupa bahwa sehebat apa pun makar mereka, makar Allah akan berlaku untuk menghancurkannya. Sesungguhnya, setiap mereka menyalakan api peperangan, berusaha berbuat kerusakan di muka bumi, maka Allah-lah yang akan menghentikannya, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Mereka tahu, tetapi tidak mau tahu dan bersikukuh berada dalam kebebalan.
Mereka sangat paham bagaimana kondisi dunia saat ini, khususnya dunia Islam. Saat semua bisa dibeli dengan uang dan kemewahan, maka kebenaran dan keadilan berada di bawahnya. Penguasa pun berada dalam pengaruh duli paduka penguasa ekonomi dan informasi dunia. Berani melawan berarti berani kehilangan semua ‘kewibawaan.’
Isr*el yang didukung penguasa ekonomi dunia, pemilik media dunia, bisa tenang melenggang sembari tidak mengacuhkan apa pun teriakan dunia. Deklarasi Perdamaian DK PBB, putusan Mahkamah Internasional, semua tidak lebih dari lembaran kertas tak bermakna. Untaian kalimat dan serapah hanya memberikan gema, lalu terus menghilang karena semua hanya sandiwara bagi warga dunia yang sudah gerah melihat kepongahan, kekejian, kebiadaban Zi*nis Isr*el.
Sungguh, ketika umat terus berada dalam perpecahan seperti saat ini yang justru ditopang sebagian umat Islam sendiri, maka semua jalan bagi kemerdekaan P4l3stin4 hanyalah ilusi. Gencatan senjata yang diseru hanyalah obat pereda sakit saja. Saatnya umat bangun, bangkit dari keterpurukan, dan tidak lagi tercerai-berai. Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]