Oleh: Ayu Diyah
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — “Dik, terima kasih ya, sudah menjenguk anakku dan memberinya terapi.”
“Iya, Mbak, semoga bisa normal lagi, ya, kayaknya Tami terkena bell’s palsy,” jawabnya di chat wa dengan emot menangis.
Itulah sekilas percakapan kami, hatiku bertanya, penyakit apakah itu?
Dia adalah adik iparku, seorang wanita lulusan kebidanan, sedikit banyak paham tentang segala penyakit. Hanya yang menjadi beban dalam pikiranku, apa itu bell’s palsy?
****
Beberapa bulan ini, anak sulungku sering sakit gigi, hampir setiap minggu penyakit itu selalu datang dan menyiksa. Sebagai ibu, terkadang merasa kasihan dan iba melihatnya. Semua kita tahu bagaimana rasanya sakit gigi, semua orang pernah merasakan, sakitnya melebihi apa pun.
Sore itu anakku pergi ke rumah karena suaminya lagi dinas malam dan sudah menjadi kebiasaannya, apabila suaminya masuk malam, anakku menginap di rumah atau aku yang menginap di rumahnya. Dan Kebetulan malam ini ada pesanan nasi kotak, jadi sulungku biasanya ikut bantu-bantu.
“Asalamualaikum.” Suara lantang cucuku memecah ruangan teras rumah.
“Walaikumussalam, Sayang,” jawabku.
Mereka berdua duduk di ruang tamu, kedatangannya membuat suasana rumah menjadi ceria. Kebiasaan cucuku setiap bertemu Kung-nya selalu berceloteh dengan gaya uniknya. Entah apa yang ia katakan, tetapi keriangan dan tingkahnya yang lucu membuat rumah kami makin berwarna- warni. Hadirnya menambah kebahagiaan dan keceriaan bagi keluarga kecil kami.
Kulihat sulungku sedang duduk bersandar menahan kesakitan. Sudah berapa hari ini sakit giginya kambuh. Dengan wajah yang bengkak dan mata memerah. Tidak seperti biasanya, hari itu kelihatan sekali wajahnya penuh rasa kesal dan seperti tidak ada semangat. Kulihat dia sedang berkeluh-kesah kepada ayahnya tentang sakit giginya.
Aku membatalkan pesanan nasi kotak yang aku terima. Aku merasa tidak nyaman melihat kondisi putriku yang sedang sakit. Akhirnya kulemparkan ke orang lain agar aku lebih fokus dan bisa merawatnya. Tidak ada perasaan apa-apa sebelumya karena kami berpikir itu hanya sakit gigi biasa.
Keesokan harinya, kulihat wajahnya makin membengkak dan matanya juga ada yang aneh, sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan sulungku, tetapi kami semua berharap baik-baik saja. Tidak ada sedikit pun berpikir tentang keburukan, walaupun hati dan pikiran sudah diracuni dengan hal-hal yang negatif.
****
Hari Ahad sehabis salat Subuh, aku mempercepat pekerjaan rumahku karena segera ingin melihat kondisi anakku yang masih dalam keadaan sakit gigi. Aku percepat langkah kakiku, setapak demi setapak sampailah di depan rumahnya. Kebetulan rumah kami bersebelahan, jadi tidak butuh waktu lama untuk sampai.
“Asalamualaikum.” Kubuka pintu dan langsung menuju sebuah ruangan, terlihat suaminya sedang menerapi putri sulungku dengan air hangat.
“Waalaikumussalam.” Jawabnya sambil bercerita tentang istrinya yang sakit dan tiba-tiba wajahnya berubah drastis.
****
Gundah-gulana rasanya hati. Kutatap terus sebuah wajah yang tak seperti biasanya. Air mataku rasanya ingin jatuh saja melihatnya. Batinku bergejolak, “Ya Rabb, ampunilah dosa-dosanya, sakit apa gerangan dia sehingga wajahnya berubah secepat itu?”
Wajah yang biasa kulihat indah telah berubah, sehingga yang melihat merasa iba. Lisanku berucap istighfar merasakan penderitaannya.
Aku duduk di sebelahnya, kucoba menyemangati dan memberikan kata-kata semangat buat anakku. Namun, perasaannya hancur, hatinya pilu, pikirannya kacau, dan terlihat sekali ada luka di hatiya. Bulir-bulir bening akhirnya berjatuhan dan seakan ingin meluapkan semua kesedihannya. Aku berusaha menenangkan pikiran dan jiwanya.
Lirih dia berkata, “Bu, ada apa dengan wajahku, kok jadi berubah?”
Air mataku tak sanggup kubendung, aku menangis di hadapannya.
“Ibu, semalam aku sulit berbicara, untuk menyebut nama Allah saja, bibirku susah.” Bulir-bulir bening kembali berjatuhan. Hanya Allah terus yang kusebut dalam batinku.
Sudah hampir empat hari ini aku menginap di rumahnya. Sakit yang dia derita membuat batin dan jiwanya drop, aku terus memberinya semangat dan menemaninya. Sambil mencoba mencari informasi tentang sakit yang dia derita, lewat Youtube, lewat saudara, juga sahabat- sahabatku dan yang pasti ikhtiar ke dokter.
****
Jam satu lebih anakku pulang bersama suaminya dari dokter spesialis saraf. Rasa penasaranku makin memuncak. Penyakit apa sebenarnya yang sedang diderita anakku?
Kali ini terlihat raut wajah anakku lebih pasrah, tidak seperti pada awal penyakit itu menyerangnya. Dia lebih tenang menerima ujian ini, hatinya berusaha ikhlas dengan takdir yang diberikan Allah Swt. dan berharap Allah memberikan kekuatan dan kesembuhan untuk dirinya.
Di rumah kecil, sederhana, dan mungil itu, ia terlihat pasrah dengan takdirnya. Didampingi suami juga anaknya yang lagi duduk santai, sambil membuka sebungkus obat yang telah ia tebusnya dari apotik. Tiba-tiba saja dia berkata, “Tidak pernah menyangka, bisa secepat itu terkena penyakit ini, padahal beberapa hari ini, aku baik-baik saja, Bu.”
“Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi jika ini sudah menjadi kehendak-Nya, terimalah dengan ikhlas dan sabar, Nak,” jawabku.
“Iya, Bu, mungkin ada yang salah dengan diriku, aku harus lebih mendekat kepada Allah, dan menjadi hamba yang lebih baik lagi,” jawabnya.
****
Dengan kejadian yang menimpa anakku, hubungan kami makin akrab, sering ngobrol berdua, saling bertukar pikiran, saling bercerita juga menguatkan. Dalam setiap obrolan, kami selalu membahas tentang apa itu bell’s palsy dan harus tetap semangat untuk sembuh.
Bagiku, kata bell’s palsy adalah kata yang aneh di telingaku. Ternyata aku adalah seorang ibu yang gaptek, kurang paham tentang bahasa kedokteran, maklumlah ibu- ibu rumahan. Padahal bell’s palsy adalah penyakit yang menyerang bukan hanya kepada para lansia, tetapi juga para ibu-ibu muda. Semua orang bisa saja terkena, tanpa melihat umur dan usia.
Bell’s palsy adalah kondisi lumpuhnya saraf wajah pada salah satu sisi, bisa jadi yang kiri atau yang sebelah kanan sehingga mengkibatkan wajah tidak simetris. Dan itu dikarenakan akibat peradangan akibat virus.
Yang jelas, bell’s palsy berbeda dengan stroke, jika stroke menyerang pembuluh darah otak, sedangkan bell’s palsy menyerang saraf ke 7 di area wajah (yang mempersarafi wajah). Akhirnya aku pun tahu apa itu bell’s palsy.
Alhamdullillah, sujud syukurku kepada Allah Swt. yang masih menyayangi putriku. Sungguh tidak pernah membayangkan, anakku akan terkena penyakit secepat itu, padahal sulungku aktif dalam berbagai kegiatan. Selain kesibukannya menjadi seorang pengajar, dia juga tak pernah meninggalkan olahraga secara rutin. Dan waktunya dia gunakan untuk hal yang bermanfaat.
Masyaallah, sungguh Allah itu Maha Baik terhadap hamba-Nya. Begitu besar kasih sayang-Nya. Dan sesungguhnya Allah sedang menguji keimanan dan keikhlasan. Melalui ujian pula, Allah akan menaikkan derajat seseorang jika ia ikhlas.
“Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta’ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR Muslim).
Setiap manusia pasti mendapatkan ujian dari Allah dan ujian itu tidak akan melebihi batas kemampuan hamba. Insyaallah, ada hikmah di balik kejadian ini dan lebih dekat lagi kepada Allah Subahallah wa Ta’ala. [CM/NA]
One thought on “Anakku Terkena Bell’s Palsy”
Tidak ada manusia yang sedang baik-baik saja didunia ini
Semua sedang berjuang dengan ujiannya masing-masing.
Satu yang pasti..Kita harus tetap semangat menghadapinya & ikhlas menerima.
Akan ada hikmah dibalik semua ini🤲🤲
💪💪🥰🥰