Bara Kedua

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Rini Sulistiawati

CemerlangMedia.Com — Strong Why.
Alasan kenapa harus menulis yang pada akhirnya hasil tulisan bukan tulisan asal-asalan.

Iqra’
(Bacalah)

Pertama belajar itu membaca, baru kemudian belajar menulis. Kalau Anda belum bisa membaca, bisa dipastikan tulisan (redaksi dan narasi) Anda berantakan.

Dilansir dari SuaraSurabaya.net, minat baca ibu rumah tangga masih sangat rendah (21-10-2021). Padahal ibu adalah ummu madrasatul ula (madrasah pertama) dan ibu memiliki peran yang sangat penting sebagai pusat pendidikan anak sebelum anak-anaknya mengenyam pendidikan di sekolah.

Kehadiran saya di Kelas WAG Opini Indepth CemerlangMedia.Com pada Senin (3-9-2023) pukul 19.00 WIB untuk mendobrak hasil survei diatas. Karena saya seorang ibu rumah tangga yang punya mimpi untuk menjadi penulis, tetapi bagaimana bisa menulis kalau tidak mau membaca.

Terlebih semua materi yang Mbak Rahma share di Kelas Menulis Opini Indepth ini adalah hal yang menuntut seluruh anggota untuk mau membaca. PPT yang mbak Rahma sajikan sudah didesain sedemikian rupa agar menarik untuk dibaca.

Gambar disertai bacaan yang pertama kali Mbak Rahma tegaskan di awal kelas adalah “Tulislah”. Disertai footnote di bawah gambar, “Strong Why Bara Kebenaran Pemantik Motivasi”.

Membaca membutuhkan netra, panca indera yang paling utama dalam membaca. Dalam penyampaian materi di kelas malam ini Mbak Rahma memadupadankan penyampaian materi dengan 14 voice note (pesan suara WA). Pesan suara ini tentunya membutuhkan kesabaran. Menjadi pendengar yang baik adalah kunci dari pemahaman materi di kelas ini dan panca indera yang dibutuhkan untuk menyimak voice note adalah telinga.

Seseorang tidaklah mungkin menggenggam bara api (motivasi menulis) tanpa memiliki kesabaran yang ekstra. Pada saat meramu tulisan, penulis tentunya akan menemui kesulitan yang luar biasa. Kesulitan akan hilang bila penulis mampu bersabar. Bersabar membaca, mendengarkan, kemudian mampu menulis.

Di pesan suara pertama materi strong why (kekuatan mengapa) yaitu apa yang memotivasi calon-calon penulis berada di WAG Opini Indepth. Yang pertama, Mbak Rahma ingatkan adalah niat kita menulis itu untuk apa. Mendengar pesan suara pertama, saya teringat sabda Rasulullah saw.,
“Innamal a’malu binniyat yang artinya.” (Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya).” (HR Bukhari dan Muslim)

Makna hadis di atas artinya setiap kegiatan, pekerjaan, dan ibadah yang kita lakukan harus karena Allah Swt., bukan karena hal lainnya. Ketika kita memiliki niat baik dan dilakukan untuk mencari rida Allah, maka insyaallah akan menghasilkan sesuatu yang baik.

Dalam Kitab Riyadus Sholihin yang ditulis oleh seorang alim ulama yaitu Imam Nawawi. Dalam bab 1 kitab tersebut alias bab awal dibahas tentang keikhlasan dan menghadirkan niat. Sebegitu pentingnya niat hingga seorang alim ulama menempatkan niat di bagian awal kitabnya.

Dan kitab ini menjadi bukti bahwa ulama terdahulu membiasakan menulis ilmu yang telah didapatnya. Menulis adalah aktivitas para ulama. Identitas mukmin yang cerdas adalah yang mau menulis. Karena menulis juga merupakan rangkaian dakwah. Ketika lisan kita tidak mampu mencapai banyak orang maka tulisanlah jalan dakwah alternatif agar tugas dakwah yang kita emban bisa disampaikan kepada umat. (Hal ini disampaikan juga oleh Mbak Rahma di pesan suara WA dan ppt yang kedua, kisah seorang ulama yang bernama at-Tabari)

Menulis tidak akan sulit bila sudah diniatkan, diazzamkan, dijadikan visi hingga berbentuk misi. Menulis bisa dimulai dari satu kata kemudian menjadi kalimat. Jadikanlah menulis sebagai kebiasaan. Apa yang diingat harus langsung ditulis walaupun itu hanya satu kata. Karena kata-kata itulah yang akhirnya menjadi paragraf. Istikamahlah menulis karena apa yang suatu saat kita tidak bisa mengingatnya, maka dengan menulis, hal yang kita lupa bisa kita ingat kembali.

Dakwah lewat tulisan yang baik adalah menulis sesuatu hal yang mampu mengubah pemikiran pembaca dan bisa membuat pembaca melakukan perubahan dalam hidupnya. Penulis yang cerdas akan mampu mengajak umat untuk bergerak melakukan perubahan sistem kehidupan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR Tirmidzi)

Makna hadis tersebut adalah seseorang tidak mampu menggenggam bara api karena tangannya bisa terbakar sama halnya dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Islam saat ini, ia sampai tak kuat ketika ingin berpegang teguh dengan agamanya. Hal itu lantaran banyaknya maksiat di sekelilingnya, pelaku maksiat pun begitu banyak, kefasikan pun makin tersebar luas, juga iman pun makin lemah.

Agar kefasikan tidak merajalela, agar kemaksiatan tidak menggurita, agar iman selalu kokoh di dalam dada, maka menulislah. Oleh karena menulis itu menebar ilmu bermanfaat sebagai bentuk amal jariyah yang insyaaallah berbuah pahala dari Sang Penggenggam jiwa.
Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *