Oleh: Lia Widayanti
CemerlangMedia.Com — Siapa yang tidak kenal hari ibu? Pasti semuanya sudah familier, ya. Satu hari yang dikhususkan untuk mengapresiasi jasa-jasa seorang wanita yang kita panggil dengan sebutan “Ibu”.
“Hayoo sebentar lagi Hari Ibu nih, udah siapkan apa untuk Ibu?” Biasanya percakapan ini akan sering kita dengar terutama menjelang akhir Desember.
Mulai berpikirlah seorang anak, apa ya, yang bisa diberikan untuk ibu tercinta? Mulailah dia bergerilya ke sana ke mari mencari kado atau hadiah yang pas buat ibu. Biasanya setiap tahun, kadonya harus beda, tidak boleh sama, biar spesial katanya.
Trend Peringatan Hari Ibu
Ada banyak cara untuk memperingati Hari Ibu. Menariknya, peringatan Hari Ibu yang biasa kita kenal hanyalah sebatas seremonial memberikan sesuatu yang spesial pada ibu di hari itu. Satu hari saja dalam setahun. Entah itu hadiah berupa barang dan lain-lain yang sekiranya membuat ibu senang di hari itu. Mulai dari memberikan ucapan, pesta kecil-kecilan, traktir makan di luar, hingga hadiah. Ya, peringatan Hari Ibu identik dengan pemberian hadiah.
Di zaman sekarang, mencari kado untuk peringatan Hari Ibu sangatlah mudah. Berbagai kalangan bisnis pun sepertinya sudah bisa melihat pangsa pasar yang besar untuk peringatan Hari Ibu ini. Banyak pilihan hadiah yang disediakan dengan berbagai kriteria dan ucapan, mulai yang murah sampai mahal. Hari Ibu pun menjadi ladang seremonial komersial tersendiri setiap tahunnya.
Akan tetapi, pernahkah kita berpikir, sebenarnya apa sih esensi Hari Ibu itu? Apa benar hanya sekadar memberi hadiah dan ucapan selamat Hari Ibu? Tahu tidak, sejarah lahirnya Hari Ibu? Mengapa menjadi begitu penting?
Sejarah Lahirnya Hari Ibu
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa) menjelaskan bahwa sejarah Hari Ibu di Indonesia diawali oleh pergerakan perempuan Indonesia yang melahirkan sebuah Kongres Perempuan Pertama pada (22-12-1928) silam di Yogyakarta. Poin utama dalam Kongres Perempuan tersebut adalah memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, baik itu dalam hal perkawinan, pendidikan, dan semua yang berkaitan dengan hak perempuan dalam keluarga dan lingkungan sosial.
Ibu dan Apa yang Dia Inginkan?
Pernahkah kita mempertanyakan ini kepada ibu? Sebenarnya apa yang beliau inginkan dan harapkan dari kita anak-anaknya? Mungkin secara umum kita sudah tahu bahwa yang diharapkan seorang ibu pastilah kebahagiaan anak-anaknya. Akan tetapi, pernahkah kita bertanya langsung kepada beliau? Cobalah tanyakan, kamu akan terkejut dan tidak menyangka. Mungkin seperti saya yang terkejut ketika bertanya kepada ibu saya.
Ternyata sangat sederhana, yang beliau inginkan hanyalah lebih sering bersama saya. Meminta saya untuk senantiasa menghadirkan doa untuk ibu di dalam setiap doa-doa. Ibu berkata bahwa dalam sehari dia bisa mendoakan semua anaknya setiap waktu, tetapi berapa kali seorang anak bisa mendoakan ibu atau orang tuanya?
Dan aku pun terdiam tidak bisa menjawab. Hanya air mata yang menetes membenarkan. Benarlah, seorang ibu adalah lautan cinta tanpa batas yang tak kan pernah mampu kita selami apalagi membalasnya. Sekali-kali coba tanyakan kepadanya dan bahagiakan ibunda kita seperti yang beliau mau, bukan seperti yang kita tahu.
Sebagai muslim, Islam memiliki konsep sendiri tentang birrul walidain, yaitu etika Islam berupa adab atau akhlak dan cara berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Dalam Islam, tidak saja ditekankan harus menghormati kedua orang tua saja, tetapi juga harus memiliki akhlak. Mengharuskan yang lebih muda menghargai yang lebih tua dan yang tua harus menyayangi yang muda.
Dasar hukum disyariatkannya berbakti kepada orang tua banyak tercantum di dalam Al-Qur’an dan hadis. Misalnya dalam QS An-Nisa ayat 36, Allah Swt. berfirman,
“Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ibu bapak.”
Saking utamanya berbakti kepada orang tua sampai-sampai keridaan Allah disejajarkan dengan keridaan orang tua.
“Keridaan Rabb (Allah) ada pada keridaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua.” (HR Tirmidzi).
Dengan memahami ini, setiap anak akan paham posisinya sebagai anak dan mengetahui cara berbakti terbaik kepada orang tuanya. Bukan cuma seremonial sehari minim makna. Akan tetapi, lebih kepada bakti yang akan bermanfaat bagi keduanya dalam jangka panjang tanpa batas waktu, fiddunya wal akhirah. Dengan begitu akan terbangun konsep berbakti dalam diri anak untuk senantiasa memuliakan kedua orang tuanya, sekali lagi bukan seperti yang kita tahu, tetapi seperti yang Allah mau. [CM/NA]
One thought on “Esensi Hari Ibu, Tidak Semua Orang Tahu!”
Jd teringat Ibu. Benar kasih Ibu sepanjang hayat. Ibu yg selalu menyayangiku tanpa pernah meminta balasan… masyaAllah