Oleh: Irwan
(Siswa SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)
CemerlangMedia.Com — Saya Irwan, begitulah sapaan saya. Setiap orang memiliki kisahnya masing-masing, tidak terkecuali anak yang bersekolah. Masing-masing memiliki kisahnya sendiri, mulai dari kisah unik, sedih, marah, hingga bahagia, perasaan yang campur aduk, serta labil.
Cerita sangat berkesan bagi sebagian orang, termasuk cerita masa SMA. Mungkin semua orang pernah merasakan masa SMA, mempunyai pengalaman berkesan maupun pengalaman yang tidak menyenangkan.
Saat pertama masuk sekolah ada rasa takut karena aku tidak memiliki teman yang cukup akrab. Semuanya terasa baru dan asing karena itu membuatku tidak nyaman di sana.
Pembagian kelas sudah tiba. Hati rasa cemas ketika sudah masuk kelas. Rasa canggung pun menyelimuti. Ketika satu minggu sekolah, rasa canggung pun mulai hilang. Satu per satu nama-nama teman di kelas mulai kukenal.
Lama-kelamaan pergaulan makin tidak terkontrol. Banyak sekali kesalahan yang dibuat. Puncaknya ketika aku mulai malas bersekolah. Membolos pun menjadi pilihan ketika sekolah membosankan. Lama-kelamaan perilaku tersebut diketahui oleh teman maupun guru yang ada di sekolah. Akhirnya, pada pertengahan kelas X, saya menerima risiko perbuatan tersebut.
Secarik kertas undangan yang tidak diinginkan diberikan guru kepadaku. Aku pasrah dan menyerahkan kertas tersebut kepada orang tuaku. Pada akhirnya, perbuatanku selama ini diketahui juga.
Saat itu, aku merasakan kesalahan pada diriku. Aku pun berjanji dengan orang tua maupun guru kalau aku tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.
Waktu terus berjalan. Tidak terasa, aku sudah kelas XI. Janji kepada diriku sendiri dan kedua orang tuaku, serta orang terdekat tidak kutepati. Mereka pun merasa kecewa.
Tidak bisa dimungkiri, teman maupun diri sendiri menjadi masalah utama yang membuat pergaulan tidak terkontrol. Sesungguhnya ada hal baik maupun buruk yang bisa diambil dari sebuah pertemanan. Tidak hanya senangnya saja yang menjadi acuan kita berteman dengan seseorang.
Kita memang harus berteman baik dengan semua orang, tetapi tetap harus memberi batasan dalam diri masing-masing. Perilaku yang tidak ada batasan akan membuat seseorang merasa dirinya berkuasa terhadap orang lain sehingga menimbulkan perilaku bullying.
Peran orang terdekat cukup memengaruhi kepribadian masing-masing. Begitu pula dengan peran guru maupun sekolah, juga memengaruhi perilaku seseorang. Ini karena karakter seseorang terbentuk di sekolah dan sedari kecil, kita berada di sekolah.
Tidak hanya di sekolah, para orang tua pun menjadi penyebab anaknya salah pergaulan. Untuk itu, anak beserta orang tua harus menyadari bahwa perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. [CM/NA]