Oleh: Badali Ismail
(Siswa SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)
CemerlangMedia.Com — Sebelumnya, saya adalah siswa MTsN dan ingin melanjutkan sekolah ke SMA pilihan saya, yaitu SMA N 1 MHS yang tidak jauh dari rumah dan itulah salah satu alasan saya memilih SMAN 1 MHS.
Saya bernama Badali Ismail, tinggal tidak jauh dari sekolah, yaitu di Jaya Kelapa, Samuda. Pertama kalinya masuk di SMAN 1 MHS, saya malu-malu, saya takut kepada guru, saya juga tidak memiliki teman di dalam kelas.
Namun, saya memberanikan diri untuk berteman sampai akhirnya saya memiliki teman. Pikiran pertama saya salah, ternyata guru di SMAN 1 MHS sangatlah baik kepada saya. Saya mendapatkan perhatian yang sama dengan murid-murid lain. Saya belajar dengan giat sehingga saya mendapatkan juara 3 di kelas. Namun, saat semester selanjutnya, peringkat saya menurun ke 4 karena saya orang yang mudah puas.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya naik ke kelas XI. Di sini saya makin dekat dengan teman-teman, saya sering menghabiskan waktu bukan hanya di kelas, tetapi juga sering bermain di lapangan, mencuri buah, dan kenakalan-kenakalan lainnya.
Kami sering menghabiskan waktu di luar, misalnya makan-makan di tempat teman dan lain-lain. Namun, dari sekian banyaknya teman, saya jatuh hati kepada salah seorang teman saya. Saya tidak berani mengungkapkan perasaan tersebut kepadanya, saya hanya memandangnya dan memerhatikannya dari kejauhan, terkadang timbul rasa cemburu karena dia dekat dengan yang lain, tetapi saya hanya diam saja melihatnya.
Saat berada di kelas XI, saya tidak lagi serius dalam belajar. Saya lebih banyak bermain dengan teman-teman hingga tidak ingat waktu, seperti bermain playstation di depan rumah saya hingga senja. Alhasil, peringkat saya menurun drastis dari semester ke semester.
Dengan menurunnya nilai, saya sering diremehkan. Saya dianggap tidak bisa melakukan berbagai hal, pendapat saya sering tidak dihiraukan oleh teman-teman saya. Namun, saya tidak menghiraukan itu karena saya masih berprasangka baik kepada mereka, mungkin mereka tidak mendengar apa yang saya katakan.
Tibalah waktu saya naik ke kelas XII, saya dan teman-teman tidak lagi banyak bermain. Kami disibukkan oleh pelajaran, masa depan, dan cita-cita yang harus kami capai.
Dalam kurun waktu yang singkat saya akan berpisah dari teman-teman dan wanita yang saya kagumi. Saya akan kangen dengan momen-momen menyenangkan, menyedihkan, sulitnya pelajaran yang kemudian menjadi mudah ketika saya dan teman-teman bekerja sama.
Namun, mereka tetap saja memandang rendah karena saya tidak lagi fokus dalam belajar, perkataan saya sering tidak didengar. Apabila ada tugas, saya tidak boleh melihat apa yang mereka kerjakan, tetapi teman yang lain boleh melihatnya. Di pikiran saya, mereka hanya memperlihatkan kepada yang dianggap pintar saja.
Mulai saat itu, saya bertekad bahwa harus bisa lebih dari mereka. Saya giat belajar, bahkan hingga larut malam. Pada saat ulangan semester, saya memokuskan diri untuk berubah sehingga akhirnya saya memperoleh hasil yang memuaskan. Saya dapat membuktikan kepada mereka bahwa saya juga bisa. Saya pun lebih dihargai dari sebelumnya. Saya merasa puas karena dapat membuktikan kepada mereka.
Tibalah seperti saat sekarang, kami disibukkan dengan berbagai tugas, ujian praktik, ujian sekolah yang harus kami selesaikan dengan baik, ini titik terakhir perjuangan saya dan teman-teman. Saya hanya bisa berdoa supaya saya dan teman-teman berhasil menggapai apa yang dicita-citakan. [CM/NA]