Oleh: Yesi
(Siswi SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)
CemerlangMedia.Com — Awal perjalananku masuk SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan pada 2022. Aku bertemu dengan teman-teman semasa SD. Waktu itu, kami sekolah memakai sesi/shift karena covid-19.
Aku orang yang pendiam sejak dari SMP. Tidak lama kemudian, kami mulai belajar normal. Setelah itu, saya naik ke kelas XI.
Di kelas XI, aku mulai punya teman. Di kelas XI pula, aku punya masalah sampai masuk ruang BK hanya gara-gara hal sepele. Masalah itu sangat menyakiti hati sehingga aku tidak semangat turun ke sekolah.
Akan tetapi, di kelas XI, aku merasa sangat bahagia karena punya banyak teman. Dahulu waktu di kelas X, bukannya tidak mau berteman, tetapi memang karena aku ini pendiam. Dari sekolah SMP 1 Mentaya Hilir Selatan.
Setelah naik ke kelas XII, aku ada masalah baru lagi, masalahnya sepele seperti di kelas XI. Hanya saja, masalahnya berbeda. Di kelas XII ini aku tidak semangat sekolah, padahal kelas ini sama aja dengan kelas X dan kelas XI. Bedanya, di kelas XII lebih ketat, tetapi bukan pelajarannya yang ketat, melainkan ketat dalam hal presensi.
Di kelas XII ini, aku punya teman yang sangat baik, namanya Ameliya. Dia baik dan mau mendengarkan masalahku. Dia menasihatiku supaya tidak terus-menerus mengingat masalah itu.
Dialah yang mengerti perasaanku selama aku sekolah di kelas XII ini. Dia yang terus-menerus menasihatiku. Betapa sedihnya aku karena sebentar lagi akan berpisah dengannya.
Tinggal menghitung hari, aku dan teman-temanku akan berpisah. Kami mencari jalan masing-masing, aku tidak akan pernah melupakan temanku di masa SMA ini. Pasti ada banyak kenangan, saat bersama ke kantin, makan bersama, semua itu akan menjadi kenangan.
Di kelas XII ini, jujur, aku tidak semangat sama sekali. Aku tidak tahu kenapa, mungkin karena ada yang mengolok-olok sehingga membuat hatiku merasakan kecewa yang sangat berat. Aku bukan orang pendendam, tetapi aku akan ingat orang yang sudah menyakitiku di sekolah. Aku bukan pula orang yang membalas ketika di-bully. Jika aku balas dendam kepada orang itu, berarti aku sama saja dengan orang yang mem-bully aku.
Kuncinya, aku harus sabar dan jangan membalas perkataan apa yang keluar dari mulut para pembenci. Kita doakan saja semoga orang itu sadar akan kesalahannya sendiri.
Nanti kalau lulus dari sekolah ini, aku ingin membuka usaha sendiri karena tidak ada uang untuk biaya kuliah. Jika pun ada uang, tetapi orang tuaku menginginkan aku untuk membuka usaha saja. Tentu aku tidak mau memaksa orang tuaku karena menurutku, mencari uang itu tidak mudah, banyak hal yang dikorbankan untuk sebuah usaha. [CM/NA]