Rezeki Tertakar, Tidak Tertukar

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Hetti Rachmiyati
(Kontributor CemerlangMedia.Com)

CemerlangMedia.Com — Siang itu Mia baru saja ditelepon Dindin, kakak sulungnya. Proses penjualan sebidang tanah warisan sudah selesai dan akan dibagikan ke para ahli waris. Mia salah satunya. Keesokan harinya, uang hasil penjualan sudah ditransfer ke rekening Mia.

Suta, suami Mia setuju uang tersebut akan dipakai untuk menambah dana renovasi rumahnya yang bocor parah. Beberapa hari kemudian mereka bertemu dengan tukang bangunan langganannya. Setelah diukur dan dihitung, Mia dan Suta sepakat jumlah biaya yang diajukan tukang bangunan.

Namun, sayang, renovasi belum bisa segera terlaksana dikarenakan tukang masih bekerja di tempat lain dan baru bisa dilakukan dua bulan mendatang. Mia dan Suta tidak keberatan karena sudah cocok dengan pekerjaannya.

Tiga hari setelah itu, Mia bertemu dengan Ida teman baiknya, mereka sering bertemu dalam berbagai kesempatan. Pertemanannya sudah bisa dikatakan dekat. Ketika itu mereka mengobrol, sampailah pada perbincangan Ida menawarkan kerja sama usaha atau bisnis, semacam investasi pengadaan seragam bagi seluruh Majelis Taklim di kota ini.

Mia memperhatikan benar-benar penjelasan Ida. Dan ada rasa ketertarikan dirinya akan bisnis ini. Di samping keuntungannya yang akan disetor setiap dua pekan sekali, dia merasa sedang memiliki uang. “Apa salahnya kalau dicoba,” batinnya, tetapi dia teringat suaminya.

Kemudian dia katakan pada Ida, bahwa obrolan ini akan disampaikan dulu pada Suta. Ida setuju dan akan menunggu kabar berikutnya, berharap Mia bisa ikut bergabung. Bahkan dia katakana, banyak teman-teman Mia yang sudah bergabung dan sudah banyak merasakan keuntungannya.

Setelah Mia menjelaskan kepada suaminya, Suta pun meminta Mia untuk menanyakan kepada yang ahli apakah bisnis semacam ini benar-benar halal dan tidak ada unsur pelanggaran syariat. Saat itu Mia katakan bahwa Ida sudah menanyakannya pada seorang ustaz bahwa bisnis ini halal dan tidak ada pelanggaran syariat. Lantas Suta menyerahkan kepada Mia, apakah akan ikut bisnis atau tidak yang jelas berhati-hati saja.

Karena sudah diizinkan Suta, akhirnya Mia memutuskan untuk bergabung bisnis itu. Jadilah Mia ‘investornya’ Ida.

Awal setor investasi dengan nominal yang rendah. Setelah rutin, setiap dua pekan sekali, Mia memperoleh keuntungannya. Ada rasa ketagihan dan ingin menambah nominal investasinya. Tentu saja itu yang diharapkan Ida.

Kemudian Mia menambah lagi nominalnya. Lagi-lagi keuntungan setiap dua pekan sekali dia peroleh dan lebih besar. Mia makin ketagihan dan ingin menambah investasinya agar keuntungan yang diperolehnya lebih besar lagi. Fix, dia akan tambah lagi nominalnya.

Namun, dua hari kemudian, tiba-tiba ada telpon dari Dindin. Dan sangat mengejutkan Mia. Bagaimana tidak. Ternyata tanah warisan yang dijual itu salah pengukuran.

Lo, kok bisa? Bukankah yang mengukurnya petugas-petugas khusus, kalau aku yang mengukur mungkin bisa jadi salah,” debat Mia pada Dindin.

“Baru seumur-umur ada kasus seperti ini,” batin Mia. Walhasil, ahli waris harus mengembalikan sejumlah uang kepada pemilik tanah di sebelah tanah warisan karena ikut terukur dan terjual.

Setelah berunding dengan seluruh ahli waris, akhirnya mereka harus rela mengembalikan sebagian uang kepada pemilik tanah sebelah. Namun, permasalahannya, uangnya dari mana. Seluruh ahli waris sudah tidak memegang uang lagi. Ada yang sudah dipake membayar hutang, ada yang untuk bayar sekolah, ada yang sudah dibelikan tanah lagi, intinya semua sudah terpakai uangnya.

Tinggal Mia yang masih memegang uang tersebut karena rencana renovasi rumah sekitar dua bulan ke depan, dan baru dipakai sebagian kecil untuk bisnis dengan Ida.

Akhirnya, untuk kebaikan bersama, Mia merelakan hampir semua uang yang masih ada di tangannya dipakai menalangi uang saudara-saudaranya untuk dikembalikan ke pemilik tanah sebelah.

Kecewa, marah, sedih, dan perasaan lainnya berkecamuk di dalam pikirannya. Baru berniat akan menambah nominal investasi kepada Ida supaya keuntungan bertambah. Yah, tinggal lamunan.

Suta berupaya menghiburnya bahwa rezeki itu sudah Allah takar dan tidak akan tertukar. Perlahan Mia bisa move on dari keterpurukan dan kekecewaan atas kasus ini.
**
Seminggu berlalu, pagi-pagi telpon berdering, Mia mengangkat telpon. Ternyata dari Haya teman mengajinya. Dia juga salah satu yang bergabung di bisnis Ida. Dia bertanya, apakah Mia sudah tau tentang Ida.

“Oh, Ida. Memang apa yang terjadi dengan Ida?” desak Mia.
Haya menceritakan bahwa Ida sedang berurusan dengan polisi. Usaha yang dijalankannya yang berkedok investasi itu adalah penipuan belaka, atau investasi bodong.

“Apa?” teriak Mia pada Haya. Ya, sekarang Ida sudah berada di kantor polisi, rumahnya banyak didatangi orang. Investasi yang dia tawarkan ke banyak orang, salah satunya pengadaan seragam majelis taklim itu semua fiktif belaka, tidak pernah ada. Uang-uang yang disetor para investor itu di-over lagi untuk membayarkan ‘keuntungan’ ke investor lain.

Setelah telpon ditutup, tanpa ba bi bu, Mia bergegas tancap gas menuju rumah Ida. Begitu sampai di sana, kerumunan orang banyak sekali di depan rumah, ada beberapa yang dikenalnya.

Mia berusaha meringsek menerobos dan masuk ke dalam rumah. Setelah berada di dalam tampak orang-orang yang tertunduk lesu, tidak sedikit yang menangis. Bergegas Mia menghampiri salah satu temannya, yaitu Uli yang tengah tertunduk di pojok kursi.

Penjelasan Uli hampir sama dengan yang diceritakan Haya tadi di telpon. Uli menambahkan bahwa sekarang akan dibentuk kordinasi di antara mereka para korban investasi bodong ini.

Kemudian Mia mengobrol dengan beberapa orang yang ada di dalam rumah tersebut. Dia kaget ternyata banyak yang mengalami kerugian jauh lebih besar darinya. Bahkan ada yang mencapai milyaran karena mengajak orang banyak untuk menjadi down line-nya.
Astaghfirullah, pantesan dia menangis terus dari tadi,” gumam Mia.

Tiba-tiba Mia pun tersedu menangis, bukan karena kerugian uang dari bisnis ini, tetapi dia teringat bahwa dia sudah diselamatkan oleh Allah Swt. supaya tidak melanjutkan bisnis ini, dengan cara ‘mengambil’ uang yang ada pada Mia dan diberikan kepada pemilik tanah sebelah. Padahal sebelumnya Mia sudah fix mau menambah nominal investasinya supaya keuntungannya lebih banyak lagi.

Bisa dibayangkan kalau itu terjadi, mungkin saja Mia sekarang sama seperti orang-orang yang tertunduk lesu di rumah itu akibat mengalami kerugian yang besar. Allah sangat sayang pada Mia dan melindunginya. Di situlah Mia menangis, yakin dengan pertolongan dan perlindungan-Nya, asalkan kita sebagai hamba-Nya harus benar-benar bertakwa dan taat kepada aturan-Nya.

Selain itu pula yang membuat Mia menangis adalah memohon ampun kepada Allah karena sudah kecewa atas kasus pengembalian uang yang ternyata di balik itu ada hikmah yang luar biasa.

Tidak berapa lama kemudian Mia menghubungi guru mengajinya, yakni Ustazah Ulfah dan menceritakan semua ini. Beliau kaget, terlebih-lebih muridnya ada beberapa yang ikut bergabung selain Mia.

Kesesokan harinya ustazah memanggil Mia dan murud-murid lain yang tersandung kasus ini. Kemudian disampaikanlah oleh ustazah bahwa mereka sudah melakukan pelanggaran syariat, yaitu tersandung bisnis batil. Maka segeralah bertaubat dan tidak mengulangi bisnis-bisnis semacam ini.

Menjadi pelajaran ke depannya agar berhati-hati, jika ada yang menawarkan kerja sama bisnis. Dan harus langsung ditanyakan kepada guru yang memahami syariat Islam terkait usaha tersebut, apakah batil atau tidak. Jangan percaya begitu saja kepada yang menawarkannya.

Kemudian ustazah menyampaikan pula bahwa untuk menghitung berapa keuntungan yang sudah diperoleh masing-masing dikurangi modal yang sudah disetor dan segera harus dikembalikan kepada Ida karena itu bukan hak mereka.

Dengan kejadian kasus ini, pelajaran yang bisa diambil Mia adalah makin yakin bahwa Allah selalu melindungi hamba-Nya yang benar-benar bertakwa dan taat kepada-Nya, kapan dan dimana pun berada. Sepatutnya kita senantiasa harus terikat dengan hukum syarak di dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi, salah satunya usaha atau bisnis.

Bogor, 12 November 2023 [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *