CemerlangMedia.Com, NASIONAL — Sejumlah nasabah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengeluh adanya gangguan layanan mobile banking mesin ATM, dan teller di kantor cabang bank, mulai Senin (8/5/2023). Layanan tersebut sempat diakui pulih dalam beberapa hari, tetapi beberapa nasabah mengaku tetap mengalami gangguan. Belakangan tersiar kabar bahwa kelompok hacker LockBit diduga telah meretas jutaan data nasabah BSI. Mereka disebut telah menyebarkan data itu di pasar gelap internet atau dark web, bahkan kelompok tersebut mengaku telah mengajukan tawaran sebesar Rp 295,61 miliar agar pihak BSI dapat menebus data nasabah. (Kompas.com, 17/5/2023)
Dalam pernyataaan di akun Instagram resminya, @banksyariahindonesia, manajemen BSI menjelaskan bahwa BSI tengah melakukan perawatan sistem, sehingga untuk sementara layanan mobile banking dan lainnya nonaktif. BSI pun meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi karena nasabah tidak bisa melakukan transaksi keuangan.
Bukan hanya BSI
Pengamat politik sekaligus aktivis muslimah Ustazah Iffah Ainur Rochma memberikan tanggapan bahwa alasan perbaikan sistem adalah hal yang rutin terjadi, dan tidak perlu dijelaskan. Namun nonaktifnya layanan BSI bukan hanya terjadi beberapa menit, tetapi satu hari penuh, bahkan berhari-hari. Ustazah Iffah, begitu beliau disapa, menyebutkan bahwa masyarakat mempunyai hak atas jaminan perlindungan nyawa, kehormatan, dan lain sebagainya, maka apa yang terjadi dengan BSI seyogyanya ada penjelasan terhadap masyarakat, “Seolah-olah publik diajak menyimpulkan bahwa BSI sedang proses perbaikan sistem,” tegasnya kepada Tim Redaksi CemerlangMedia.Com pada Rabu (17-5-2023).
Merugikan Masyarakat
Ustazah Iffah memaparkan bahwa nonaktifnya BSI dan kemudian juga BCA dalam melayani masyarakat pada layanan mobile banking dan lain sebagainya tentunya merugikan masyarakat. Beliau menyampaikan bahwa dana yang disimpan atau dititipkan di kedua bank tersebut semestinya bisa diambil kapan saja untuk kebutuhan seperti biaya pendidikan, kesehatan, utang pada tempo yang sudah disepakati, bahkan biaya makan dan minum, yang sifatnya mendesak dan darurat.
Kelemahan Sistemik
Ustazah Iffah menjelaskan jika hal tersebut merupakan sebuah pembajakan data, tentu tidak mustahil dan tentu tidak bisa kita buktikan, dan hal tersebut tidak hanya terjadi pada BSI, tetapi juga pada bank-bank lain dan bisa terjadi pada siapa saja. “Penyalahgunaan data yang sudah disimpan menunjukkan adanya kelemahan secara sistemik, tegasnya.
Beliau menuturkan bahwa di negeri ini orang berbisnis ataupun memberikan tawaran layanan-layanan dengan menggunakan perbankan atau lembaga keuangan secara secara digital, tetapi pemerintah tidak cukup siap untuk menanggung risiko-risikonya. “Pemerintah belum menyiapkan teknologi yang memadai untuk menghindarkan dari pembajakan,” cetusnya.
Tanggung Jawab Negara
Oleh karena ini, menurut Ustazah Iffah, BSI haruslah memperbaiki sistemnya dan memperbaiki cara dalam menyelesaikan masalah-masalah pada BSI. Sementara itu, negara haruslah mendorong dan memberikan supporting sistem agar masyarakat dalam kehidupannya bisa mendapatkan hak-haknya. Negara juga semestinya mengambil tindakan agar perlindungan dan jaminan terhadap hak-hak rakyat tersebut terpenuhi sebagaimana mestinya. [CM/Vovi]