Oleh: Irsad Syamsul Ainun
(Creative Design CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Saya selalu mendengar, bahkan membaca tulisan-tulisan terkait pilihan hidup. Saking seringnya, sampai saya memiliki progres untuk memiliki bukunya yang tentu saja ditulis oleh orang yang menurut saya luar biasa. “Beyond The Inspiration” buku ini, selalu terlintas di benak, hingga saya mencari sebuah referensinya di salah satu aplikasi. Si penulis begitu lihai menyampaikan isi bukunya.
Saya tipikal orang yang harus membaca, maka saya coba menyisihkan sedikit uang untuk membelinya. Alhamdulillah, bukunya nggak jadi dibeli, malah dibelikan sama sahabat yang jauh di seberang. Masyaallah, tabarakallah, semoga Allah limpahkan berbagai keberkahan untuknya.
Berbicara soal pilihan hidup, ternyata tidak hanya sekadar memilih A ini benar, B salah. Akan tetapi, dari semua lini kehidupan, manusia harus bisa menentukan pilihan. Meski sekadar duduk atau pun makan. Intinya, bukan hanya basa-basi karena konsekuensi pilihan ini tentu saja berdampak pada kehidupan manusia di hari esok dan nanti.
Ngomongin soal pilihan hidup, ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi jika pilihan yang ditetapkan sedang berada di fase futur alias malas untuk dikerjakan. Jangan tanyakan alasan apa yang akan diutarakan. Pokoknya ada saja alasan, dari yang masuk akal sampai yang masuk khayalan bakal diungkapkan.
Apakah ada cara yang harus dilakukan agar futuristik ini segera minggat dari hidupmu? Ibaratnya gini ya, kita berjalan di bawah terik, bagaimana agar teriknya tidak menyinari kita? Apakah menunggu matahari tenggelam di ufuk barat kemudian melanjutkan perjalanan? Jawabannya, tentu saja tidak karena bisa saja, ketika teriknya hilang, manusia juga akan dihadapkan dengan gelapnya malam. Begitulah masa futur kita.
Agar bisa menikmati teriknya matahari, tentu saja kita bisa mencoba minuman untuk menghilangkan dahaga, kemudian bisa juga beristirahat untuk mengumpulkan tenaga. Lalu lanjut lagi. Jadi apa yang bisa dilakukan saat futur ini mangkir dalam dirimu?
Pertama, ingat kembali tujuan utama dari pilihan kita. Ini biasanya berkaitan dengan tujuan akhir yang akan dicapai ketika memilih pilihan yang dimaksudkan. Jika pilihan ini tujuannya hanya sekadar mengecap pujian makhluk, maka hilangnya pujian akan mengantarkan seseorang pada hilangnya ia dari aktivitas tersebut. Akan tetapi, ketika aktivitas ini tujuannya adalah menggapai kebaikan dari Allah, maka apa pun hambatannya, semangat akan selalu terpatri dalam dirinya.
Kedua, memulai tidak menunda. Kebiasaan menunda dan menunggu adalah sifat manusia yang paling suka dilakoni. Alasannya, masih ada hari esok. Padahal, hari esok belum tentu menjadi miliknya, pun hari esok juga bisa saja ada aktivitas lain yang harus dijalani. Kebiasaan ini lagi-lagi membutuhkan konsistensi, bukan basa-basi.
Ketiga, menemukan kawan sejalan. Wah, ini nih. Selain dua poin penting di atas, menurut saya, ya kita kudu punya kawan sejalan. Kawan sejalan ini bukan berarti kamu ke A dia ke A juga atau kamu ke B kamu juga ngikut alias mengekor. Hehehe…
Kawan sejalan ini maksudnya adalah kumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang jika pun tidak sama persis, bisa saja mirip-mirip. Intinya, ada kesamaan tujuan. Kenapa? Ya, untuk menguatkan dirimu. Saat kamu jauh, maka ia akan datang untuk mengingatkan bahwa apa yang sedang dijalani itu salah, jika kita jauh dari tujuan hidup. Pun saat kita di atas, maka ia akan mengingatkan agar tidak membanggakan diri.
Kawan sejalan ini, bukan berarti pula harus satu profesi dan kesibukan, ya. Akan tetapi, apa pun kesibukan dan profesinya, tujuannya tetap sama, mencari rida Allah.
Sebagaimana Umar bin Khattab mengingatkan kita, “Tidaklah seseorang diberi kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara seislam yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh, maka peganglah erat-erat.”
Imam Syafi’i juga menyampaikan hal yang sama, “Jika engkau memiliki teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia. Jangan engkau lepaskan. Sebab, mencari teman yang baik itu susah, tetapi melepaskannya amatlah mudah.”
Nah, kan betul. Jadi, pastikan dirimu memiliki salah satu atau berada di tengah-tengah kawan sejalan. Jangan sampai kawan sejalan kita ini memiliki hobi yang justru membuat diri lalai dari berbuat baik. Berteman sih tak dilarang, sama siapa saja boleh. Akan tetapi, ingat, jangan sampai dirimu terwarnai. Melainkan kamulah yang harus mewarnai. Kan sudah ada tu hadisnya mengenai ikatan pertemanan. Ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi.
Ingat ya, pilihan hidup kita adalah hal yang akan dimintai pertanggungjawaban. Sekalipun kita tak memilih juga, ya bakal dimintai tu pertanggungjawaban. Kok bisa? Lah, iya, kan situ manusia bukan benda.
Sampai jumpa di sesion selanjutnya… [CM/NA]