Antara Kompleksitas Persoalan Guru vs. Kualitas Siswa

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Hessy Elviyah, S.S.
Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com

Dalam Islam, peran guru bukan hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga pembimbing moral anak didik. Dalam hal ini, guru harus mempunyai kepribadian Islam yang kuat agar menjadi teladan bagi murid-muridnya. Dengan demikian, guru akan dihargai sebagaimana mestinya.

CemerlangMedia.Com — Hari guru adalah momentum tahunan yang selayaknya menjadi refleksi terhadap dedikasi dan perjuangan para pendidik. Namun kini, menjadi ironi mendalam dalam dunia pendidikan di negeri ini.

Di satu sisi, guru dijadikan pilar utama pencetak generasi. Namun di sisi lain, berbagai macam persoalan melilit para guru, mulai dari jaminan kesejahteraan, beban administrasi, hingga maraknya kriminalitas terhadap guru.

Hal ini menyebabkan kualitas pendidikan menjadi terancam. Lebih jauh, kualitas generasi yang dianggap tidak mampu bersaing di tingkat internasional acap kali dikaitkan dengan kualitas pendidiknya. Hal tersebut menambah panjang daftar sikap merendahkan guru yang memang sudah tidak begitu dihargai di negeri ini.

Berkaitan dengan kesejahteraan guru, Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah mengungkapkan kenaikan upah bagi para pendidik, yakni gaji guru non ASN sebesar 2 juta perbulan dan satu kali gaji pokok untuk non ASN (Tribunnews.com, 26-11-2024).

Di sisi lain, guru hari ini banyak melakukan perbuatan kontraproduktif terhadap profesinya yang seharusnya menjadi pendidik. Sering kali di laman pemberitaan, guru diberitakan menjadi pelaku bullying, kekerasan fisik dan s3ksual, terlibat judi online, hingga skandal pers3lingkuhan, seperti yang terjadi di Sampang Madura.

Seolah menjadi “kado” di Hari Guru Nasional, seorang oknum guru diduga terlibat cinta terlarang. Meskipun mencoreng dunia pendidikan, tetapi sejauh ini belum mendapatkan sanksi apa pun dari dinas terkait (Angkatberita.id, 25-11-2024).

Menuntut Perubahan

Bukan rahasia jika kompleksitas masalah guru dan kualitas siswa saat ini menjadi sorotan tajam. Momen Hari Guru ini sepatutnya menjadi refleksi penting dalam mengevaluasi sistem yang berlaku di negara ini. Pasalnya, sistem hidup sangat memengaruhi kualitas pendidikan dan posisi guru di tengah masyarakat dan negara.

Dalam hal ini, di Indonesia banyak guru yang masih berkutat pada masalah kesejahteraan. Gaji guru, khususnya honorer sering kali tidak layak, bahkan tidak cukup untuk sekadar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini berdampak langsung pada motivasi dan kualitas pengajaran.

Dalam sistem kapitalisme, upah guru dinilai berdasarkan produktivitas dan efisiensi ekonomi, bukan berdasarkan pada nilai intrinsik profesinya. Hal ini mengakibatkan alokasi anggaran pendidikan dianggap sebagai beban, bukan investasi jangka panjang yang dapat membangun negeri.

Selain itu, tidak semua guru mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pelatihan yang berkualitas untuk meningkatkan kompetensinya. Sering kali pelatihan hanya sekadar pemenuhan birokrasi. Akibatnya, kualitas guru yang notabene menjadi ujung tombak pendidikan sering kali tidak dapat mengimbangi perkembangan zaman.

Lebih jauh, sistem sekularisme meniscayakan kompetensi guru hanya berfokus pada aspek teknik tanpa membangun integritas dan tanggung jawab moral. Media sekolah hanya dijadikan tempat untuk mentransfer ilmu pengetahuan saja, tidak pada menanamkan moral untuk menjadikan manusia seutuhnya.

Hal ini secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada kualitas pendidikan siswa. Banyak siswa amoral, bahkan sampai tega menganiaya guru. Bahkan, baru-baru ini viral seorang siswa menjebloskan gurunya ke penjara lantaran tidak terima dinasihati.

Tidak sampai di situ, banyak penelitian yang menyebutkan literasi membaca siswa rendah. Bahkan, belakangan pun viral anak sekolah menengah pertama tidak bisa membaca. Sungguh fakta mengejutkan di tengah-tengah kemajuan teknologi, generasi muda berada dalam keterpurukan terkait literasi.

Rendahnya kualitas siswa saat ini tidak lain disebabkan sistem kapitalisme sekularisme yang diterapkan di dunia pendidikan. Generasi tidak diarahkan untuk berkontribusi bagi umat melalui keilmuannya. Sistem yang selalu berorientasi pada materi sehingga tidak semua orang dapat mengakses pendidikan. Pendidikan menjadi barang mewah, infrastruktur pendidikan pun tidak merata.

Bukan hanya itu, sistem pendidikan dalam kapitalisme sekularisme lebih menekankan pada pragmatisme dan materialisme yang mendorong siswa menjadi mesin ekonomi, bukan menjadi manusia sebagai hamba Allah seutuhnya. Hal tersebut sangat berbeda dengan prinsip pendidikan dalam Islam.

Kembali pada Islam

Prinsip dasar dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam, yakni meliputi pola pikir dan pola sikap sesuai dengan Islam. Hal ini pula nantinya akan membentuk individu yang memahami Islam yang mendalam serta menjadikannya pedoman dalam menjalani hidup.

Di samping itu, peran guru bukan hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga pembimbing moral anak didik. Dalam hal ini, guru harus mempunyai kepribadian Islam yang kuat agar menjadi teladan bagi murid-muridnya. Dengan demikian, guru akan dihargai sebagaimana mestinya.

Berkaitan dengan Hari Guru, Islam tidak secara khusus merayakan Hari Guru pada momen-momen tertentu. Namun setiap hari, Islam menganjurkan untuk menghormati guru, sebab hal ini termasuk bagian integral adab islami. Hal ini sebagaimana terungkap dalam sabda Rasulullah saw.,

ليس منَّا مَنْ لم يرحمْ صغيرَنا، وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا، ويَعْرِفْ لعالِمِنا حقَّهُ

“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda, tidak menghormati yang tua, dan tidak mengetahui hak orang-orang alim di antara mereka.” (HR Ahmad).

Lebih jauh, penghormatan terhadap guru dalam Islam bukan hanya dalam bentuk seremonial. Akan tetapi diwujudkan melalui penghargaan yang nyata, misalnya memastikan kesejahteraan guru dan memberikan posisi mulia di masyarakat.

Khatimah

Kacaunya dunia pendidikan, mulai dari beragam masalah yang menimpa guru sampai pada kualitas siswa yang rendah tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh sistem hidup yang diemban negara ini. Sistem yang tidak berlandaskan akidah Islam.

Dengan demikian, untuk menyelesaikan masalah ini haruslah kembali kepada sistem Islam yang berlandaskan akidah Islam yang menekankan pembentukan kepribadian Islam dan kesejahteraan guru. Peringatan Hari Guru seharusnya menjadi momentum untuk introspeksi bahwa penghormatan terhadap guru harus diwujudkan dalam bentuk penerapan sistem Islam secara menyeluruh. Wallahu a’lam. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *