Oleh: Rina Herlina
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
“Pembangunan dalam Islam merupakan tanggung jawab negara. Penguasa dalam Islam adalah pelayan rakyat yang akan mendedikasikan dirinya untuk kepentingan rakyat. Negara akan menyediakan berbagai fasilitas umum dengan kualitas terbaik yang diperuntukkan untuk semua kalangan, tanpa terkecuali.”
CemerlangMedia.Com — Baru-baru ini, Gubernur Sumbar Mahyeldi meminta Badan Amil Zakat (BAZ) bersinergi dengan Pemerintah Daerah dalam pendistribusian zakat. Menurutnya, jika kedua lembaga tersebut dikolaborasikan, manfaatnya tentu akan jauh lebih besar. Pemprov Sumbar berencana merangkul semua pihak untuk berkolaborasi guna membangun daerah, salah satunya BAZ (padek.jawapos.com, 18-07-2024).
Tidak dapat dimungkiri, pemerintah saat ini memang terus berbenah, melakukan berbagai pembangunan di setiap lini. Hanya saja, tujuan pembangunan yang dilakukan tersebut belum mampu mewujudkan kondisi masyarakat adil dan makmur secara merata.
Jangankan makmur dan sejahtera, ketimpangan justru kian terpampang nyata. Hanya segelintir orang yang bisa menikmati berbagai fasilitas, hasil dari pembangunan yang katanya diperuntukkan untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Rakyat menengah ke bawah tetap saja tidak mempunyai akses untuk menikmati berbagai fasilitas yang tersedia. Mereka justru harus gigit jari menyaksikan beragam SDA yang ada dinikmati oleh para oligarki.
Rakyat Jadi Kacung di Negerinya Sendiri
Rakyat yang seharusnya menikmati hasil dari SDA negerinya, justru harus puas menjadi kacung di tanah kelahirannya sendiri. Bukan negara yang menghidupi rakyat, tetapi rakyatlah yang menghidupi negara melalui berbagai pajak yang ditetapkan secara sepihak, tanpa memedulikan nasib rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan.
Rencana pemerintah yang ingin berkolaborasi dengan Badan Amil Zakat (BAZ) guna kepentingan pembangunan adalah sebuah wacana yang patut diwaspadai. Betapa tidak, dana di BAZ sejatinya hanya diperuntukkan bagi kebutuhan masyarakat, apalagi yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan, bukan untuk membiayai pembangunan negara.
Inilah realita penguasa yang menganut sistem kapitalisme, yakni asas hidup materi. Mereka selalu punya cara dan cukup jeli mencari peluang yang dapat menguntungkan kantong pribadi dan kelompoknya dari sektor manapun, contohnya ya, dari dana BAZ ini.
Nyaris semua lini kehidupan di negeri ini dikapitalisasi. Rakyat tidak mampu berbuat apa-apa, kecuali pasrah akan nasibnya, padahal rakyat selalu menaruh harapan besar terhadap para pemimpin yang terpilih dari proses pemilu yang katanya jujur dan adil.
Nyatanya, lagi dan lagi rakyat harus kecewa karena setiap kebijakan yang diambil penguasa tidak pernah menguntungkan rakyat. Sebaliknya, kebijakan tersebut hanya menguntungkan segelintir orang dan para pemilik modal. Rakyat juga harus puas dengan bansos yang nilainya tidak seberapa, bahkan tidak pernah merata.
Beragam program kerja dan kebijakan yang sering kali memakan anggaran fantastis, justru menjadi celah bagi para koruptor menjalankan aksinya. Berbagai anggaran yang sudah dicanangkan untuk pembangunan, faktanya tidak sepenuhnya sampai. Jika pun sampai, nilai dari anggaran tersebut tidak lagi sama karena sudah banyak “disunat” oleh tangan-tangan jahil para koruptor.
Sungguh menyedihkan nasib rakyat. Hidup di negara yang kaya SDA, tetapi realitanya, semua kekayaan tersebut tidak dapat dinikmati. Rakyat tetap dalam kemiskinan, mencari pekerjaan sulit, biaya pendidikan juga mahal, bahan kebutuhan pokok melambung tinggi, dan masih banyak lagi segala kesulitan hidup yang harus dijalani. Jika sudah seperti ini, tidak heran kriminalitas pun meningkat tajam karena beban hidup yang makin mengimpit sehingga sebagian orang berpikir pragmatis.
Islam Solusi Hakiki
Pembangunan dalam Islam merupakan tanggung jawab negara. Penguasa dalam Islam adalah pelayan rakyat yang akan mendedikasikan dirinya untuk kepentingan rakyat. Negara akan menyediakan berbagai fasilitas umum dengan kualitas terbaik yang diperuntukkan untuk semua kalangan, tanpa terkecuali.
Sementara itu, keuangan negara berasal dari berbagai sumber, salah satunya dari beragam SDA yang dimiliki dan dikelola langsung oleh negara. Semua hasil dari pengelolaan SDA tersebut akan digunakan untuk kepentingan rakyat, seperti membangun berbagai infrastruktur yang akan berguna untuk meningkatkan perekonomian negara.
Tolok ukur hidup dalam Islam adalah halal dan haram. Hal ini menjadikan penguasa dalam Islam senantiasa amanah dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
Dalam sistem Islam, segala tindak kejahatan bisa diminimalkan. Mereka akan bekerja sebaik mungkin dengan ketaatan penuh kepada Allah Swt.. Pemimpin dalam Islam akan bekerja dengan penuh keikhlasan demi mendapat keridaan Allah Taala, Sang Pencipta.
Kesejahteraan masyarakat akan tercipta karena penguasa senantiasa memprioritaskan kepentingan rakyat. Perekonomian membaik, pengangguran dapat diminimalkan, angka kemiskinan mengecil, dan masih banyak lagi keunggulan yang dapat dirasakan saat hidup dalam naungan sistem Islam.
Pemimpin juga akan selalu mendorong rakyatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan beramar makruf nahi mungkar sehingga tidak ada celah bagi pelaku kejahatan untuk menjalankan aksinya. Rakyat akan merasakan hidup aman, nyaman, tenteram, dan jauh dari segala macam hiruk-pikuk yang menyesakkan. Rakyat akan didorong untuk selalu dalam ketaatan, tidak ada celah bagi mereka melakukan kelalaian, apalagi kemaksiatan.
Betapa indahnya hidup di dalam naungan Islam. Untuk itu, marilah kita sama-sama berjuang untuk tegaknya kembali sistem Islam di dalam kehidupan.
Hanya sistem Islamlah yang bisa memberikan solusi menyeluruh terhadap problematika kehidupan yang saat ini dihadapi. Kegemilangan pengaturan Islam sudah terbukti selama hampir 13 abad. Sudah saatnya memperjuangkan kembalinya kejayaan Islam di tengah umat. Jika tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi? [CM/NA]