Oleh: Octha Dhika Rizky, S. Pd.
CemerlangMedia.Com — Puluhan tahun sudah penjajahan Zi*nis Isra3l atas tanah P4lestina. Pembantaian demi pembantaian dilakukan, serangan nuklir pun telah kerap terjadi. Ratusan ribu nyawa melayang begitu saja sedari dahulu. Sedihnya, anak-anak tidak berdosa turut menjadi korban kebiadaban sang teroris. Bahkan, tahun ini, Isra3l seolah makin tidak gentar menampakkan kebengisannya.
Mengutip data dari nu.or.id (31-5-2024), pada hari ke-237 sejak perang dimulai, militer Isra3l dilaporkan telah membunuh sedikitnya 36.690 warga P4lestina. Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS) mencatat bahwa 36.171 korban jiwa berada di Jalur Gaza, sementara 519 korban jiwa terdapat di Tepi Barat. Korban anak-anak dilaporkan mencapai 15.162 jiwa, 10.018 wanita tewas dalam serangan Isra3l, dan 7.000 orang lainnya hilang. Sungguh genosida yang dilakukan tentara Isra3l benar-benar melampaui batas, tetapi dunia internasional masih saja bungkam dan tidak berkutik.
Bukan itu saja, pasukan Isra3l juga menyerang wilayah Rafah yang diketahui merupakan lokasi pengungsian rakyat P4lestina. Hal ini memunculkan kecaman dari dunia, termasuk Indonesia. Presiden terpilih Prabowo Subianto bersuara lantang soal kekejaman yang menimpa masyarakat P4lestina di Rafah. Ia mendesak agar dilakukan investigasi komprehensif berkaitan dengan kekerasan itu. Dalam kesempatan itu, Prabowo juga mengaku siap mengirim pasukan penjaga perdamaian ke P4lestina (cnnindonesia.com, 1-6-2024).
Semua penguasa muslim sudah seharusnya menyuarakan keadilan bagi saudara seiman mereka di P4lestina. Bukan hanya kecaman, tetapi juga tindakan nyata. Sebab, P4lestina membutuhkan pembela untuk membebaskan mereka dari belenggu penjajahan Isra3l. Kalau bukan umat Islam yang menyelamatkan P4lestina, lalu siapa lagi?
Mengapa Penguasa Muslim “Diam”?
Apa yang terjadi di P4lestina bukanlah masalah perang semata, melainkan sebuah penjajahan. Keberadaan entitas Yahudi Isra3l yang merampok wilayah P4lestina merupakan inti dari masalah yang tidak kunjung usai. Oleh karena itu, menyelesaikan masalah P4lestina adalah dengan menghilangkan keberadaan entitas tersebut. Tentunya ini bukanlah suatu hal yang mudah, sebab Isra3l disokong oleh kekuatan militer yang kuat dan mendapat dukungan dari banyak negara Barat.
Satu-satunya cara untuk menumpas kekejaman Isra3l hanya dengan mengirimkan pasukan militer. Sayangnya, para penguasa negeri muslim tidak cukup berani untuk mengerahkan pasukan militer negara mereka. Kalaupun ada, pasukan yang dikirim hanya untuk menjaga perdamaian, bukan berperang melawan penjajah. Sementara hal krusial yang dibutuhkan P4lestina adalah bantuan militer untuk membebaskan mereka, tidak sebatas bantuan makanan dan obat-obatan saja.
Sangat menyedihkan ketika saudara kita di P4lestina dibunuh secara keji, justru kita tidak bisa berbuat apa-apa. Saat ini, umat muslim hanya bisa memberikan kecaman ataupun seruan boikot. Sementara para penguasanya diam seribu bahasa, tidak berani menantang keangkuhan Isra3l laknatullah.
Inilah akibat dari adanya sekat nasionalisme yang memisahkan persoalan akidah umat dengan alasan batas wilayah. Para penguasa di wilayah muslim tidak bisa berbuat banyak karena menurut mereka, masalah P4lestina-Isra3l adalah masalah dua negara, padahal kejahatan terhadap P4lestina adalah masalah besar semua umat Islam.
Di saat yang sama, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi perdamaian dunia ternyata juga tidak mampu menyelesaikan masalah P4lestina. PBB hanya berperan sebagai mediator yang berusaha untuk memediasi kepentingan antara P4lestina dan Isra3l.
Adapun mediasi yang dilakukan PBB adalah usaha diplomatik untuk menyelesaikan sengketa yang sudah terjadi selama lebih dari 100 tahun ini. Nyatanya, usaha diplomatis PBB hanyalah formalitas belaka karena pada faktanya, organisasi PBB dipegang oleh negara yang pro pada kepentingan Isra3l. Alhasil, negeri muslim di dunia tidak bisa berkutik sebab harus tunduk kepada aturan PBB.
Inilah alasan mengapa sampai detik ini kita masih menyaksikan diamnya para penguasa muslim. Ketakutan mereka kepada Isra3l dan para anteknya telah mengalahkan ketakutan mereka kepada Allah. Mereka pun memilih untuk menutup mata dan telinga dari penderitaan yang dirasakan rakyat P4lestina. Lantas, bagaimana lagi cara kita menolong dan menyelamatkan P4lestina? Haruskah kita terus menunggu atau cukup berdoa saja?
Khil4f4h, Selamatkan Palestina!
Islam sebagai agama dengan pengikut terbesar kedua di dunia, sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk membebaskan P4lestina. Begitupun Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan penduduk mayoritas muslim, juga punya andil besar untuk menolong P4lestina.
Bukan hanya itu, negeri muslim juga dilengkapi dengan kekuatan militer yang besar dan kuat. Bahkan, beberapa negara dengan mayoritas muslim memiliki indeks kekuatan militer jauh di atas militer Isra3l. Indonesia, misalnya, di 2023 dan 2024, Indonesia naik ke posisi 13 dari 140 negara berdasarkan indeks kekuatan militer yang dirilis situs Global Fire Power (GFP).
Sayangnya, wilayah yang luas dan kekuatan militer yang kuat ternyata tidak mampu membuat negeri muslim berani untuk melawan Isra3l. Inilah akibat dari terpecah belahnya umat Islam oleh paham nasionalisme. Jika semua negeri muslim bertekad menyatukan kekuatan, pastilah mereka bisa mengalahkan Isra3l dan dayang-dayangnya.
Namun, negeri muslim hari ini tidak memiliki kekuatan ideologi yang akan menyatukan mereka menjadi umat yang satu. Kekuatan akidah pun dikalahkan oleh kepentingan negara masing-masing dan mengesampingkan nasib saudaranya sendiri.
Dalam sejarah peradaban Islam, dahulunya umat muslim adalah umat yang besar dan disegani dunia. Islam dahulunya menjadi mercusuar peradaban yang wilayahnya terbentang luas hingga dua per tiga dunia. Kekuatan militer Islam juga tidak terkalahkan dan menggentarkan musuh. Sejarah telah mencatat kemenangan Islam dalam kancah perperangan dan penaklukan banyak wilayah.
Pembebasan Baitulmaqdis, misalnya, terjadi pada bulan Rajab di masa kekuasaan Shalahuddin Al-Ayyubi. Ketika itu, Baitulmaqdis dikuasai oleh tentara Salib. Selama hampir 90 tahun berada di bawah kekuasaan kaum Nasrani, penduduk Islam di Baitulmaqdis terlalu banyak mendapat perlakuan yang buruk. Masjidilaqsa pun dijadikan tempat ternak babi. Tentu saja hal ini sangat tidak pantas, mengingat Masjidilaqsa yang berada di Kota Al-Quds termasuk salah satu tempat suci kaum muslimin. Sampai akhirnya, terjadilah pembebasan Baitulmaqdis di bulan Rajab oleh Shalahuddin Al-Ayyubi.
Penaklukan seperti yang dilakukan Shalahuddin Al-Ayyubi rasanya tidak mungkin terjadi dalam kondisi umat Islam yang terpecah belah seperti sekarang. Oleh karena itu, umat Islam harus bersatu, menyatukan kekuatan yang diikat dengan ideologi yang benar, yaitu Islam. Umat juga harus memiliki perisai untuk melindungi mereka, yakni khalifah (pemimpin). Mereka juga harus memiliki sebuah negara yang mampu menggentarkan dunia dan para musuh. Itulah Daulah Khil4f4h, yang akan datang menyelamatkan kembali P4lestina. Wallahu a’alam bisshawwab [CM/NA]