Oleh: Essy Rosaline Suhendi
Aktifis Dakwah
Dalam Islam, generasi menjadi bagian penting yang keberadaannya sangat dibutuhkan umat. Mereka adalah agen perubahan yang memiliki potensi dan kekuatan untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang mengejar kehidupan akhirat.
CemerlangMedia.Com — Dahulu mungkin kita pernah familiar dengan istilah kudet (kurang update). Kini muncul istilah baru kebalikan dari kudet, yaitu FOMO (Fear of Missing Out). FOMO adalah perasaan takut ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, acara, atau pengalaman. Lifestyle FOMO menjadi tren, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.
Namun yang perlu dikritisi, ternyata FOMO berdampak negatif, seperti yang dikatakan oleh Sosiolog Universitas Airlangga Nur Syamsiyah, S.Sosio., M.Sc.. FOMO kerap memicu perilaku konsumtif yang kurang sehat sehingga belanja masyarakat melebihi kemampuan finansialnya (www.jawapos.com, 13-10-2024).
Fear of Missing Out (FOMO) merupakan fenomena yang sebetulnya sudah ada sejak 2014. Di 2013, istilah FOMO akhirnya masuk ke dalam kamus Oxford dan pada 2010 FOMO mulai eksis melalui jejaring media sosial, khususnya di kalangan generasi.
Buah Sistem Kapitalisme Liberal
Saat ini, FOMO ternyata bukan hanya sekadar fenomena biasa. Keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemasaran melalui media sosial sehingga bisa menambah penghasilan para konten kreator dan produsen barang, seperti yang terjadi baru-baru ini muncul. Diawali oleh seorang aktris K-Pop yang memamerkan boneka labubu di media sosialnya, hingga akhirnya para fans menganggap harus memiliki apa yang dipopulerkan oleh idolanya (www.jawapos.com, 13-10-2024).
FOMO ternyata juga memunculkan rasa cemas dan takut akan kehilangan kesempatan atau pengalaman jika tidak bertindak cepat. Oleh karenanya, mereka yang sudah terjerat dengan fenomena ini akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan atau memiliki hal yang diinginkan, bukan yang dibutuhkan.
Generasi saat ini makin terpengaruh dengan gaya hidup liberal yang mengakibatkan seseorang merasa bebas untuk bertindak dan melakukan apa pun tanpa melihat kerugian yang terjadi pada dirinya sendiri ataupun di sekitarnya. Terbukti dari data otoritas jasa keuangan (OJK) yang menyatakan bahwa generasi milenial dan Gen Z termasuk ke dalam penyumbang terbesar kredit macet pinjaman online (pinjol), salah satu penyebabnya adalah terjerat gaya hidup FOMO.
Liberalisasi Merusak Generasi
Arus liberalisasi yang makin menjadi-jadi saat ini tidaklah hadir ujug-ujug, tetapi dikarenakan sistem kapitalisme demokrasi yang memuja prinsip kebebasan. Dalam sistem ini, lifestyle FOMO mendapatkan pemakluman karena merupakan wilayah privasi bagi setiap individu dan tidak perlu dipermasalahkan.
Akibat terjangkit FOMO, kini generasi terperangkap dalam gaya hidup hedon yang mengakibatkan manusia terbuai dengan kesenangan duniawi sesaat tanpa memikirkan kesengsaraan yang akan ia dapat. Hal ini berimbas pada sistem finansial yang makin kacau balau karena generasi terjerat pinjol dan menjadi penikmat jasa paylater. Sungguh sangat disayangkan jika fenomena ini terus dibiarkan karena sesungguhnya kalangan milenial dan Gen Z adalah agen perubahan yang memiliki tanggung jawab untuk meneruskan cita-cita mulia bangsa.
Negara tidak akan maju jika yang melanjutkan kepemimpinan adalah generasi yang telah dirusak dengan perilaku hedonisme dan konsumeris yang menjadikan para influencer sebagai referensi hidup mereka. Selain itu, makna bahagia yang mereka pahami hanyalah ketika semua keinginan materi dapat terwujud sehingga hidup boros menjadi hal yang boleh-boleh saja dilakukan.
Mirisnya, negara justru memfasilitasi tren nir faedah ini, dengan terus mempertontonkan berbagai kesenangan hidup yang glamour, mewah, dan instan melalui media. Generasi seakan hanya diposisikan sebagai target para pebisnis yang siap dimangsa dan dibajak oleh kebahagiaan sesaat. Hal ini berimbas pada kebingungan generasi akan jati diri mereka sendiri.
Islam Menyelamatkan Generasi
Dalam Islam, generasi menjadi bagian penting yang keberadaannya sangat dibutuhkan umat. Mereka adalah agen perubahan yang memiliki potensi dan kekuatan untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang mengejar kehidupan akhirat.
Generasi memiliki kontribusi besar untuk menciptakan suasana iman dan takwa di tengah masyarakat. Oleh karenanya, negara akan turut mendorong generasi supaya hanya condong dan fokus untuk melakukan hal yang bermanfaat dan bernilai pahala.
Dalam Islam, negara akan memfilter setiap pemahaman. Tsaqafah dan opini yang tersebar di masyarakat hanyalah Islam. Dengan begitu, generasi akan mudah menjaga keimanan yang dimiliki dan akan mendorong mereka untuk berkarya dengan cara memuliakan Islam.
Dalam bidang pendidikan pun, negara memiliki tujuan yang jelas, yaitu menciptakan kepribadian Islam pada diri para pelajar. Oleh karena itu, sejak dini akan diberikan mata pelajaran yang selalu dikaitkan dengan akidah Islam. Ini karena dalam negara Islam, akidah Islam dijadikan sebagai dasar dalam setiap aspek kehidupan.
Dengan terbentuknya kepribadian Islam dalam diri, niscaya akan melahirkan generasi yang tangguh, beriman, dan bertakwa. Mereka juga akan senantiasa bahagia menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba Allah, semasa hidupnya hanya berharap mendapatkan rida Allah Swt. dan menjauhi segala macam perbuatan yang sia-sia, seperti FOMO. Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]