Oleh: Neti Ernawati
Ibu Rumah Tangga
Gen Z perlu mendapatkan bimbingan sesuai kaidah Islam. Penanaman akidah Islam akan membentuk pribadi Gen Z yang tangguh dan tidak lagi berorientasi pada pencapaian dunia semata. Dengan memahami hakikat kehidupan bahwa manusia di dunia hanyalah untuk beribadah serta zat yang menghidupkan dan mematikan hanyalah Allah Sang Pemilik kehidupan, akan mampu mengubah Gen Z menjadi generasi yang tidak mudah berputus asa.
CemerlangMedia.Com — Bvnvh diri kembali terjadi. Kali ini dilakukan oleh seorang remaja laki-laki di area parkir sepeda motor Metropolitan Mall, Bekasi. Remaja yang diketahui berusia 18 tahun merupakan warga Kecamatan Jatikramat, Jatiasih, Bekasi (Rakyatbekasi.com, 25-10-2024).
Kasus bvnvh diri ini hanyalah satu dari sekian kasus yang terjadi di kalangan Gen Z. Bukan hanya itu, ada banyak fakta negatif yang melibatkan Gen Z, mulai dari kasus perundungan, kenakalan, kriminal, gangguan mental, FOMO, konsumerisme, hedonisme, hingga pengangguran.
Parahnya, hal-hal tersebut tidak hanya terjadi pada Gen Z dengan rentang usia 15—24 tahun, tetapi sudah merambah ke usia di bawah dan di atasnya. Fenomena fear of missing out (FOMO) atau ketakutan tertinggal tren misalnya, sudah mulai muncul di kalangan remaja usia SD hingga ibu-ibu muda usia 35-an. Bagi mereka, dapat mengikuti tren dianggap suatu pencapaian atau keberhasilan, sedangkan tidak mengikuti dianggap sebagai kegagalan.
Gen Z, Generasi Instan yang Rawan Rapuh Mental
Survei terhadap Gen Z dan milenial oleh Deloitte mengungkapkan fakta bahwa hampir setengah dari Gen Z dan milenial yang lahir 1997—2012 memiliki rasa cemas secara terus-menerus dalam berbagai aspek masa depan, terutama pada isu-isu keuangan (WEF, 2023). Kecemasan masa depan yang pada umumnya muncul di usia pertengahan, kini justru muncul di usia muda.
Kecemasan itu sendiri menurut Kadoya (2016) sangat dipengaruhi oleh tingkat literasi dan edukasi. Individu yang memiliki kemampuan literasi dan mampu menyerap informasi dan pengetahuan akan mampu lebih siap merencanakan masa depan serta tangguh menangani ketidakpastian. Dengan begitu, kecemasan dan kekhawatiran berlebih terkait masa depan mampu diredam.
Hal tersebut juga berkaitan erat dengan pemahaman Gen Z tentang prioritas. Layaknya generasi muda, Gen Z cenderung memprioritaskan tujuan saat ini dibanding tujuan masa depan. Mereka cenderung berpikir instan dalam memenuhi kepuasan sesaat, tidak berpikir panjang, dan tidak merencanakan tujuan hidup dengan matang sejak dini. Semua dilakukan untuk kegiatan konsumsi jangka pendek. Mereka juga kurang memikirkan dampaknya di masa yang akan datang dan mudah terperangkap dalam gaya hidup yang berbahaya bagi dirinya.
Fenomena FOMO sendiri telah terbukti menimbulkan dampak psikologis yang serius. Banyak generasi muda merasa tertekan karena perbandingan sosial yang tidak sehat. Seseorang yang tidak mengikuti tren akan merasa tertinggal dari aktivitas sosial orang lain yang dipamerkan di media sosial. Hal inilah yang memicu munculnya kecemasan dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri.
Gen Z Materialis, Jauh dari Nilai Spiritual
Kebutuhan mengikuti tren (FOMO) membuat orientasi Gen Z cenderung kepada materialistik semata. Dalam memenuhi kebutuhan materi ini, Gen Z yang lahir dari keluarga yang tidak berpunya akan mudah terperangkap dalam kriminalitas dan gaya hidup yang tidak sehat dibandingkan dengan Gen Z yang lahir dalam keluarga kaya.
Mereka akan mengejar materi dengan berbagai cara instan, seperti melakukan aksi kriminal, judi, hingga prostitusi. Tidak sedikit pula dari mereka, ketika tidak mampu mencapai keinginan, akhirnya mencari pelampiasan dengan merokok atau mengonsumsi zat-zat memabukkan.
Namun, dalam hal kekuatan dan kestabilan mental, hampir sebagian besar Gen Z mengalami hal yang sama. Dari luar mereka terlihat baik-baik saja, tetapi bisa jadi mereka menyimpan luka batin yang mampu menimbulkan petaka. Ini karena Gen Z yang terbiasa instan dan tidak terlatih memiliki bersikap sabar. Kecenderungan ini membuat Gen Z mudah putus asa.
Sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan membuat Gen Z lemah iman. Pemahaman tentang hakikat kehidupan tidak merasuk dengan sempurna. Ibadah hanya dianggap sebagai ritual. Semua problematika kehidupan mereka analisis dan kelola sendiri sesuai pemahaman bahwa kehidupan adalah pilihan tanpa kesadaran bahwasanya segala sesuatu yang terjadi adalah karena rida Allah Swt..
Hal inilah yang sering menciptakan rasa putus asa akut. Mereka tidak percaya bahwa Allah akan memberi jalan keluar atas segala permasalahan. Kurangnya kesabaran membuat Gen Z memilih jalan pintas dalam menghilangkan penderitaan, termasuk dengan bvnvh diri.
Sistem demokrasi kapitalisme yang ada saat ini tidak memberi ruang bagi Gen Z. Gen Z seolah dibiarkan bergelut sendiri menghadapi tekanan kehidupan, seperti UKT yang mahal, minimnya lapangan pekerjaan, tuntutan kebutuhan hidup yang tinggi, gaya hedon dan flexing pejabat dan konglomerat, serta banyak lagi masalah yang ditimbulkan sistem rusak demokrasi kapitalisme. Semua itu makin menggerus mental Gen Z yang rapuh.
Wujudkan Generasi Tangguh dengan Islam
Di balik semua sisi negatifnya, Gen Z sebenarnya memiliki modal besar sebagai agen perubahan. Dengan dukungan kemajuan teknologi, Gen Z mampu menyerap informasi lebih cepat dan memiliki peluang meraih kemampuan intelektual yang lebih besar daripada generasi lain. Usia muda Gen Z turut menjadi aspek pendukung yang tidak bisa dimungkiri. Seseorang jelas memiliki kekuatan lebih besar ketika berusia muda dibanding dengan yang lebih tua.
Oleh karena itu, Gen Z perlu mendapatkan bimbingan sesuai kaidah Islam. Penanaman akidah Islam akan membentuk pribadi Gen Z yang tangguh dan tidak lagi berorientasi pada pencapaian dunia semata. Dengan memahami hakikat kehidupan bahwa manusia di dunia hanyalah untuk beribadah serta zat yang menghidupkan dan mematikan hanyalah Allah Sang Pemilik kehidupan, akan mampu mengubah Gen Z menjadi generasi yang tidak mudah berputus asa.
Gen Z memerlukan partai yang sahih, mampu menempa dan membina Gen Z secara sahih sehingga siap membangun peradaban Islam. Kekuatan dan kemampuan Gen Z inilah yang diperlukan umat Islam saat ini untuk membangun sistem kehidupan yang sahih, yaitu sistem yang mampu menegakkan Islam kafah. Hanya dengan menegakkan sistem Islamlah generasi dan umat manusia akan selamat. [CM/NA]