Penulis: Siti Rima Sarinah
Sejatinya, Ramadan adalah bulan untuk meraih ketakwaan, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183. Ramadan bukan ditujukan untuk ketakwaan individu, melainkan ketakwaan seluruh umat Islam dengan penerapan syariat Islam secara kafah dalam seluruh lini kehidupan.
CemerlangMedia.Com — Ramadan baru saja menghampiri umat Islam di seluruh dunia. Setiap muslim tentu sangat bersyukur telah diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan mulia ini. Sebab, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan berharga ini karena telah berpulang sebelum sempat bertemu dengan syahru mubarak.
Bulan yang sangat istimewa ini, Allah melipatgandakan pahala untuk semua amal kebaikan yang tidak bisa didapatkan di bulan lainnya. Sungguh sangat disayangkan apabila umat Islam tidak menggunakan momen ini sebagai wasilah untuk makin meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Menjalankan ibadah Ramadan dengan suasana syahdu penuh keimanan tentu menjadi dambaan bagi setiap muslim agar mereka fokus untuk ibadah dan melaksanakaa amal kebaikan tanpa ada halangan apapun. Namun, berbagai persoalan seakan tidak pernah hilang dalam kehidupan, termasuk kala Ramadan tiba.
Pemerintah Kota Bogor mengantisipasi 3 masalah rawan yang kerap kali terjadi pada Ramadan, yaitu ketersediaan pangan dengan harga tetap stabil, penertiban aturan berjualan selama Ramadan dan tawuran, mabuk-mabukan, serta perang sarung yang bisa mengganggu kenyaman masyarakat dalam menjalankan ibadah Ramadan (radarbogor, 26-02-2025).
Sekularisasi Ramadan
Persoalan kenaikan harga pangan kerap kali terjadi menjelang Ramadan. Momen ini sering digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan penimbunan agar dapat keuntungan, padahal pangan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, apalagi menjelang Ramadan.
Pemerintah hanya memastikan ketersediaan harga pangan dan kenaikan harga agar tetap stabil. Akan tetapi, pemerintah tidak memerhatikan pendistribusian kebutuhan pangan di tengah masyarakat. Alhasil, kenaikan hargan pangan terus terjadi tanpa ada kebijakan dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut.
Sama halnya dengan persoalan keamanan dan ketertiban saat Ramadan yang kerap kali dijanjikan oleh masyarakat, tetapi faktanya tidaklah demikian. Masih saja ada warung atau restoran yang berjualan di siang hari tanpa diberikan sanksi apa pun. Ditambah lagi, maraknya tawuran, mabuk-mabukan, dan perang sarung terus terjadi walaupun saat Ramadan. Tidak adanya sanksi yang memberi efek jera sehingga Ramadan tidak menjadi penghalang untuk melanggar aturan.
Tidak dimungkiri, suasana Ramadan memunculkan semangat spiritual sebagian umat Islam makin meningkat. Namun di sisi lain, persoalan yang muncul di tengah masyarakat masih banyak yang melanggar syariat Islam. Berbagai aturan yang diterapkan oleh pemerintah tidak mampu mengatasi berbagai persoalan yang ada. Sebab, aturan yang diterapkan berasal dari asas pemisahan antara agama dari kehidupan.
Aturan Islam dipilih dan pilah untuk diterapkan. Untuk perkara ibadah seakan difasilitasi dan menjadikan syariat Islam sebagai aturannya. Sementara aturan sosial kemasyarakatan menggunakan sistem buatan manusia.
Tempat hiburan malam tetap beroperasi di saat Ramadan dan banyak restoran yang buka di siang hari dengan dalih menghormati non muslim yang tidak berpuasa. Belum lagi aturan kehidupan lainnya, semuanya berasal dari sekularisme. Alih-alih dapat mengatasi persoalan, justru sebaliknya, sistem ini terus memunculkan beragam persoalan kehidupan.
Tolak Sekularisme
Sejatinya, Ramadan adalah bulan untuk meraih ketakwaan, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183. Ramadan bukan ditujukan untuk ketakwaan individu, melainkan ketakwaan seluruh umat Islam dengan penerapan syariat Islam secara kafah dalam seluruh lini kehidupan.
Umat Islam tidak boleh menjadikan Ramadan sebagai ibadah seremonial. Umat tidak boleh pula hanya mau terikat pada syariat terkait ibadah, sedangkan selain ibadah membuat aturan sendiri.
Paham sekularisme yang telah mendarah daging di tubuh umat Islam harus segera disingkirkan dengan mengembalikan umat Islam kepada pemahaman yang benar tentang kehidupan dan tujuan penciptaan manusia di dunia ini, yakni untuk ibadah. Dengan demikian, umat sadar bahwa selama ini mereka terperangkap dalam jebakan sekularisme yang melenakan dan menjauhkan dari ajaran agamanya.
Umat Butuh Junnah
Umat Islam tentu tidak ingin termasuk ke dalam golongan orang-orang fasik, zalim, munafik, dan kafir. Untuk itu, umat Islam harus membuang jauh-jauh pemahaman sekularisme dan melakukan perubahan total terhadap sistem yang diterapkan hari ini dengan sistem yang mampu menjadi junnah/perisai bagi umat. Perubahan total dan menyeluruh ini bukan hanya pergantian pemimpin, melainkan juga pergantian sistem yang benar dengan penerapan syariat Allah Yang Maha Sempurna.
Walhasil, suasana Ramadan dengan nuansa ketakwaan dan keimanan terwujud nyata dan bisa dirasakan oleh setiap individu muslim. Umat Islam pun bisa keluar dari berbagai persoalan kehidupan yang dapat merusak suasana ibadah Ramadan. Dengan demikian, Allah senantiasa memberikan ampunan, pahala, dan keberkahan yang berlipat ganda.
Sepatutnya Ramadan ini menjadi wasilah dikabulkannya doa-doa umat Islam agar Khil4f4h yang akan menjadi junnah/perisai segera hadir di tengah umat. Melalui penerapan sistem Islam dalam naungan Khil4f4h, umat akan mampu menjalankan seluruh perintah dan menjauhi larangan-Nya sehingga terwujud khairu ummah (umat terbaik) di muka bumi ini. Wallahu a’lam [CM/Na]