Oleh. Rahma
(Pegiat Literasi)
CemerlangMedia.Com — Setelah muncul wabah antraks yang mematikan, puluhan warga di kabupaten Gunung kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi perbincangan. Yang menggegerkan, ketika 3 orang meninggal dunia di dusun Jati Desa Candirejo diduga karena penyembelihan daging sapi yang sudah mati. Salah satu dari mereka yang meninggal pada 4 Juni yang lalu dites positif terkena antraks.
Penularan antraks sebenarnya bukan berita baru di Gunungkidul dalam beberapa tahun terakhir. Kepala bidang kesehatan hewan DPKH Gunung Kidul Retno Widyastuti menyatakan berdasarkan penelusurannya terhadap 6 sapi dan 6 kambing di padukuhan Jati Semanuk yang terkontaminasi antraks sejak November 2022 lalu semua tidak ada wujudnya, semuanya dikonsumsi (TribunJatim.com, 8-7-2023).
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan ketahanan pangan atau (DPKP) DIY, antraks pernah muncul pada Mei dan Desember 2009, Januari 2020, Januari 2022 dan Juni 2023. Sayangnya, pemerintah kabupaten Gunungkidul tidak segera memberi penanganan yang serius atas musibah yang luar biasa ini.
Kementerian Pertanian menyebut tradisi brandu atau purak menjadi salah satu faktor meningkatnya risiko penularan antraks di sana, yakni tradisi pemotongan sapi dan kambing sakit yang dipotong paksa lalu dagingnya diperjualbelikan ke tetangga dengan harga di bawah standar. Yang bertujuan membantu para pemilik ternak agar tidak mengalami banyak kerugian.
Tradisi brandu merupakan tradisi berbahaya. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya tidak membiarkan tradisi tersebut terus-menerus berlangsung di tengah-tengah masyarakat, mengingat sangat berbahayanya penyakit antraks yang menular melalui hewan ke manusia, yakni melalui konsumsi hewan yang terinfeksi bakteri. Seharusnya pemerintah bertindak cepat untuk menyelesaikan kasus ini sebelum makin menyebar luas dan makin banyak memakan korban.
Terjadinya masalah yang serius di Gunungkidul ini menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan dan perhatian pemerintah terhadap rakyatnya. Baik dari sosialisasi terhadap kebiasaan yang membahayakan dan penanganan yang terkesan lamban.
Tidak dapat dielakkan bahwa hari ini harga daging segar dan sehat memang mahal dan hanya bisa dijangkau oleh kalangan tertentu, Oleh karena itu, ketika ada harga daging yang murah, masyarakat tertarik untuk membelinya meski mereka tahu jika mengonsumsi daging murah tersebut berbahaya bagi mereka.
Di sisi lain kapitalisme membuat cara berpikir masyarakat rendah, sebab mindset kapitalis membuat manusia harus meraih kepuasan materi dengan cara apa pun. Masyarakat miskin yang ingin mengonsumsi daging, akhirnya menjadi terbiasa mengonsumsi binatang yang sudah sakit. Hal ini menggambarkan lalainya penguasa dalam sistem kapitalisme dalam mengurus rakyatnya dan terbukti negara seolah tidak serius dalam menghilangkan budaya brandu sehingga tradisi yang membahayakan itu tetap berlangsung, padahal budaya tersebut selain membahayakan kesehatan juga melanggar aturan agama yang mengharamkan memakan bangkai.
Sangat berbeda dengan negara Islam yang menerapkan aturan Islam yang berdiri di atas akidah Islam. Keberadaannya dalam wujud praktis dari syariat Islam. Syariat menetapkan negara memiliki tugas riayah yakni sebagai pengurus umat yang kelak pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Dalam Islam, tradisi brandu tidak akan dibiarkan berkembang karena budaya tersebut membahayakan nyawa manusia dan syariat mengatakan tidak boleh melakukan perbuatan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Negara akan mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan memakan makanan halal dan tayyib yakni sesuatu yang diperbolehkan oleh syarak.
Selain itu, daging adalah salah satu sumber protein yang dibutuhkan warga untuk mencukupi kebutuhan gizinya, maka negara akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang akan menjamin setiap warganya mampu menjangkau harga kebutuhan pokok termasuk membeli daging. Seorang pemimpin dalam Islam (khalifah) sangat peduli kepada warganya. Seorang pemimpin akan melakukan dan menetapkan kebijakan yang terbaik untuk masyarakat sehingga mereka mendapatkan kehidupan yang layak dan kesejahteraan. Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]