Oleh. Rina Herlina
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Kembali mencuat adanya dugaan pelecehan seksual oleh oknum dosen terhadap mahasiswi di Universitas Andalas. Dosen berinisial Z diduga telah melecehkan sejumlah mahasiswi yang diampunya. Kejadian ini terungkap setelah salah satu korban yaitu S mengungkapkan lewat cuitannya di sosial media. Menurut keterangan dari S, terduga Z telah melecehkan sejumlah mahasiswi terutama yang mengambil mata kuliah yang diampunya. Bahkan korban S mengaku sudah dilecehkan sejak awal semester genap tahun 2023.@infounand, Senin (12-6-2023).
Miris, inilah kata yang tepat untuk kondisi figur pendidik kita saat ini. Bagaimana tidak, rasanya hampir setiap hari kita disuguhi tontonan berita terkait adanya pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum-oknum yang notabene berpendidikan tinggi yang seharusnya mengayomi dan menjadi teladan.
Adanya kejadian-kejadian ini tentu tidak terlepas dari beberapa faktor pemicu salah satunya adalah adanya campur baur antara laki-laki dan perempuan sehingga menyebabkan terjadinya beberapa pelanggaran syariat seperti berkhalwat atau bermudah- mudah dengan lawan jenis. Parahnya lagi tidak adanya peran negara untuk mengatur dan meriayah umat, makin menambah kebobrokan dari sistem yang di adopsi saat ini.
Pada kenyataannya, sekolah, pondok pesantren, atau bahkan perguruan tinggi sekalipun tidak bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi buah hati kita dalam upayanya menuntut ilmu. Adanya para oknum pendidik yang mempunyai perilaku menyimpang sungguh menjadi momok yang menakutkan bagi para orang tua terlebih bagi anak-anak kita.
Tujuan kita menyekolahkan mereka adalah agar mendapatkan pendidikan yang layak dan bimbingan dari para pengajar yang berkompeten, bukan justru sebaliknya disuguhi realitas yang tak pantas yakni pelecehan dan kebejatan moral dari para pendidik yang seharusnya menjadi teladan dan bahkan pelindung bagi mereka.
Kalau sudah seperti ini, harus ke mana lagi para orang tua menggantungkan harapannya mengenai nasib pendidikan buah hatinya? Parahnya lagi, seandainya ada pelaporan pun dari korban kepada pihak berwajib, sanksi yang dijatuhkan cenderung ringan dan tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku. Apalagi jika ternyata para pelaku merupakan orang-orang penting dan cenderung punya banyak uang, maka jangan pernah berharap bahwa hukum akan tegak. Pasalnya, di negara yang menganut sistem kapitalisme sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) adalah yang beruang yang berkuasa dan hukum akan lebih tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Inilah realitas yang harus kita hadapi saat ini, tidak akan pernah ada kata adil bagi yang tak beruang.
Keadilan merupakan sebuah impian yang harus dibayar mahal, keadaan ini diperparah dengan adanya pihak-pihak terkait yang justru tidak berpihak kepada rakyat kecil. Sungguh malang nasib masyarakat saat ini, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin istilah itu sangat tepat menggambarkan kondisi sekarang ini. Rakyat miskin yang tertimpa masalah tidak mampu berbuat apa-apa selain hanya pasrah menerima kondisi yang ada. Mengadu kepada siapa pun seperti tidak ada yang peduli karena semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.
Semua umat menyadari bahwasanya saat ini butuh adanya sistem yang memberikan solusi secara menyeluruh. Namun, jika kapitalisme masih bercokol dan rakyat masih belum menyadari kebobrokan dari sistem yang ada, maka jangan harap solusi yang hakiki bisa kita dapati.
Untuk itu, marilah sama-sama berusaha dan berupaya memahamkan umat tentang perlu adanya sistem yang mampu memberikan solusi yang menyeluruh bagi problematika umat saat ini, yaitu wajib adanya sistem Islam yang mampu mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia.Tentu saja hal itu tidak mudah meraihnya jika hanya berdiam diri dan berpangku tangan menunggu sistem Islam tegak dengan sendirinya. Semua pihak harus berperan dan punya andil, mengambil bagian dalam rangka memperjuangkan tegaknya hukum-hukum Allah Swt. di muka bumi ini. Sikap kita saat ini akan menentukan posisi kita di hadapan Allah Swt. Wallahu a’lam. [CM/NA]