Oleh: Neni Nurlaelasari
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Tindakan kekerasan yang terjadi pada para siswa kian mengkhawatirkan. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan pada siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Bekasi untuk mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar, yaitu dengan meluncurkan aplikasi Si Getak (Sistem Cegah dan Tangani Kekerasan).
Si Getak adalah sebuah sistem pelaporan antara siswa dan guru jika terjadi tindakan kekerasan di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Pj Bupati Bekasi Dani Ramdan mengharapkan aplikasi Si Getak dapat mencegah tindakan kekerasan di dunia pendidikan sehingga guru maupun siswa bisa saling menegur dan mengawasi agar tidak melakukan tindakan kekerasan tersebut (wartakotalive.com, 03-05-2024).
Peluncuran aplikasi Si Getak patut diapresiasi, mengingat maraknya kasus kekerasan di kalangan siswa yang kian mengkhawatirkan. Namun, apakah aplikasi tersebut bisa efektif dalam mencegah terjadinya kasus kekerasan siswa di Bekasi?
Sistem Rusak Lahirkan Generasi Minus Akhlak
Jika kita cermati, kekerasan yang dilakukan siswa disebabkan beberapa faktor, seperti lemahnya akidah, minimnya perhatian orang tua, buruknya lingkungan pergaulan, hingga dampak buruk dari media sosial. Lemahnya akidah para pelajar ini disebabkan sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Hal ini menjadikan individu tidak memiliki idrak silah billah (kesadaran akan hubungannya dengan Allah) sehingga tidak ada rasa takut ketika melakukan sebuah perbuatan yang melanggar hukum syarak.
Sementara itu, minimnya perhatian orang tua dalam mendidik anak-anaknya membuat mereka cenderung mencari perhatian di luar rumah. Hal ini disebabkan kekeliruan pandangan sebagian orang tua yang merasa tanggung jawab pendidikan anak ada pada pihak sekolah semata. Tidak hanya itu, anak korban kekerasan dalam keluarga pun bisa menjadi pelaku kekerasan terhadap temannya lantaran menganggap kekerasan sebagai hal biasa. Untuk itu, peran orang tua sesungguhnya sangat penting dalam mendidik anak-anaknya.
Selain itu, lingkungan pergaulan dan dampak media sosial turut memengaruhi perilaku para pelajar. Lingkungan pergaulan yang positif akan mendorong akhlak yang baik. Pun lingkungan negatif dan pergaulan bebas akan mendorong para pelajar berakhlak buruk.
Sementara itu, media sosial yang bebas diakses oleh siapa pun menjadikan konten-konten negatif lebih banyak berseliweran daripada konten positif. Tontonan inilah yang ikut memengaruhi perilaku siswa sehingga berani melakukan kekerasan.
Di sisi lain, sistem pendidikan berasaskan sekularisme terbukti tidak mampu menciptakan generasi berkepribadian baik. Sebab, pendidikan berfungsi sebatas transfer ilmu dan lebih berorientasi pada pencapaian materi sebagai tujuan. Keringnya ruh agama di kalangan pelajar ini mendorong siswa berperilaku semaunya tanpa peduli standar halal dan haram sebuah perbuatan.
Sementara itu, peran negara dalam menciptakan generasi berakhlak baik masih minim. Hal ini terlihat ketika merumuskan akar penyebab kekerasan yang kurang tepat. Oleh karenanya, kebijakan yang diambil lebih fokus pada upaya penanganan saat terjadi kasus kekerasan.
Sementara pencegahan tindak kekerasan, berupa pelaporan, teguran, dan pengawasan masih jauh dari harapan sehingga rasa takut masih mengintai para korban yang melaporkan tindak kekerasan. Hal ini terjadi karena tidak adanya rasa aman dalam sistem kehidupan sekularisme saat ini.
Solusi Islam Menangani Tindak Kekerasan
Islam sebagai agama yang sempurna tentu memiliki seperangkat aturan yang mampu mengatasi persoalan tindak kekerasan. Dalam Islam, kekerasan merupakan sebuah perbuatan dosa. Untuk itu, menjauhi perbuatan dosa adalah hal yang wajib sebagai bukti ketakwaan manusia. Dalam sistem Islam, upaya pencegahan tindak kekerasan di lingkungan pendidikan, yaitu dengan menetapkan kurikulum pendidikan berlandaskan akidah Islam.
Penguatan akidah pada peserta didik paling diutamakan agar pelajar mempunyai iman yang kokoh, pemikiran Islam, serta kepribadian Islam yang terpancar dengan akhlak yang baik. Sistem pendidikan dalam Islam tidak sebatas mentransfer ilmu pengetahuan semata, tetapi lebih menitikberatkan pada mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam.
Di sisi lain, sistem Islam mendorong peran orang tua dalam mendidik anaknya sehingga bisa meminimalkan terjadinya kasus kekerasan. Selain itu, masyarakat pun berperan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak agar tindakan kekerasan bisa diminimalkan di luar lingkungan sekolah.
Sementara itu, negara dalam sistem Islam berperan mengatur kurikulum pendidikan agar sesuai dengan syariat Islam, memblokir konten-konten negatif di media sosial, memberikan sanksi tegas sesuai jenis pelanggaran yang dilakukan, serta mendorong amar makruf di tengah masyarakat. Sebab, amar makruf nahi mungkar merupakan kewajiban setiap muslim. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt.,
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali ‘Imran: 104).
Dengan demikian, sudah saatnya kita meninggalkan sistem sekularisme yang terbukti merusak akhlak generasi. Kemudian beralih menerapkan sistem Islam secara menyeluruh (kafah) agar upaya menangani kasus kekerasan bisa diselesaikan hingga akarnya. Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]