Oleh. Umi Nadifah
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Berbagai krisis melanda di negeri Indonesia bak air bah yang tak kunjung usai. Seperti inilah sebuah potret buram pendidikan yang saat ini menjadi sorotan. Tawuran antar remaja pun menambah daftar panjang masalah bangsa ini.
Sebuah video aksi tawuran pelajar beredar di media sosial, terlihat seorang pemuda tergeletak di atas tanah karena terkena sabetan senjata tajam. Aksi ini terjadi di wilayah Kecamatan Teluknasa, Kabupaten Tangerang. Peristiwa ini pun dibenarkan oleh Kapolsek Teluknasa AKP Zuhri Mustopa, pada Sabtu (TangerangNews.com. 22-7-2023).
Aksi tawuran juga terjadi di Jalan Mustikasari, Pengasinan, Bekasi Timur. Tawuran pun menewaskan 1 orang yang berinisial (RP), pelakunya merupakan anak dibawah umur yang diduga mengeroyok korban sehingga tewas. Hal itu disampaikan oleh Kepala Kepolisian Resor Bekasi Kota Kombes Dani Hamdani. Senin (Kompas.com. 24-7-2023).
Dua kasus di atas hanya sebagian kecil dari sekian kasus tawuran yang melibatkan remaja. Bahkan dari sebagian mereka membawa senjata tajam yang memang sudah disiapkan untuk melawan atau menyerang musuh yang berakibat menghilangkan nyawa manusia. Sungguh miris!
Tawuran berulang kembali, kasus ini pun terus-menerus menjerat anak- anak muda usia belasan tahun yang seharusnya di usia mereka sedang bersinar layaknya berlian yang menjadi kebanggaan bangsa. Akan tetapi sebagian remaja saat ini banyak menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, bahkan bisa merusak nama baik orang tua dan masa depannya.
Ironis memang, persoalan tawuran yang terjadi di negeri ini seakan sudah menjadi tradisi, bahkan seperti diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Kasus tawuran pun terjadi sudah puluhan tahun, seolah tak pernah padam di negeri ini. Seperti yang terjadi dibeberapa daerah dan beritanya pun terus saja muncul diberbagai media massa. Fenomena tawuran ini pun menimbulkan keresahan di tengah- tengah masyarakat. Mereka tak peduli meski tubuh rawan terluka, nama baik dan masa depan dikorbankan, karena mereka bisa saja tertangkap polisi dan masuk penjara. Resiko terbesarnya kehilangan nyawa. Itu pun tak membuat jera, padahal sudah menelan korban yang tidak sedikit.
Sekularisme Akar Masalah
Maraknya tawuran yang terjadi saat ini karena dampak dari paham sekularisme yang telah menjangkiti negeri dan menyebar ke semua elemen masyarakat. Sebuah ide yang tanpa disadari telah melekat pada setiap jiwa sehingga umat Islam makin jauh dari pemahaman agamanya. Ide sekularisme menyebar secara sistematis melalui pendidikan, yakni tempat menimba ilmu sebagai tempat mencetak generasi yang berakhlak karimah dan budi pekerti yang luhur, cerdas, sukses di masa depan.
Dari penerapan ide-ide ini bisa dilihat minimnya pendidikan agama untuk siswa, yakni sekitar dua jam dalam sepekan bagi yang belajar di sekolah umum. Ini tak sebanding dengan waktu yang digunakan untuk mengkaji ilmu-ilmu umum atau melakukan aktivitas lainnya. Maka dari itu, siswa atau siswi yang tidak mendapatkan pendidikan agama di dalam keluarga dan aspek pembentukan kepribadian yang kuat pada akidah, akan terabaikan.
Begitu juga dalam dunia pendidikan saat ini, tujuannya lebih berorientasi pada dunia yang fana. Sementara dengan urusan akhirat atau keagamaan cenderung diambaikan. Setelah lulus mereka lebih mengedepankan sukses dunia dari pada sukses akhirat. Demi cuan tak sedikit dari mereka mengorbankan harga diri, tak melihat lagi apakah itu halal ataukah haram.
Melihat fenomena seperti ini menjadi catatan besar bagi kita semua. Sesungguhnya apa yang terjadi pada remaja saat ini?
Moral dan akhlak mereka sangat begitu rapuh. Bahkan sudah berulang kali kurikulum berganti, tetapi tak kunjung ada perubahan yang berarti.
Islam Adalah Solusi
Terjadinya tawuran antar pelajar sudah pasti ada sebab dan akibat. Ketika ditelaah yang menjadi penyebabnya bisa dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang ada dalam diri adalah hilangnya identitas Islam dalam diri remaja saat ini. Sistem sekuler dalam kehidupan mengikis identitas anak remaja jauh dari agama. Oleh karenanya, tidak sedikit dari remaja saat ini yang melihat kehidupan sekadar tempat bersenang-senang. Inilah sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, menjadikan jiwa remaja terombang-ambing dan rentan berbuat maksiat.
Padahal Islam melarang umatnya berbuat hal yang mendatangkan mudharat. Dari Abu Sa’aid bin Sinan Al-Khudri ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain.” (Hadis hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni).
Akidah sekuler membius dan meracuni generasi remaja saat ini. Jadi tidak heran jika yang dikejar hanya eksistensi, kepuasan materi, sedangkan nilai-nilai Islam dalam jiwanya kosong. Hal ini akan menimbulkan remaja yang mudah tersinggung, gundah-gulana sehingga merasa insecure.
Adapun dalam faktor eksternal bisa dilihat dari peran keluarga, lingkungan, dan negara. Faktor keluarga bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya. Jika mendidik dengan cara sekuler kapitalistik ini sudah tentu yang menjadi orientasi kesuksesan hanya pada duniawi dan materi semata.
Sedangkan faktor lingkungan sangat memengaruhi kepribadian remaja, sebab lingkungan yang baik akan memengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Ketika lingkungan berorientasi pada agama, maka yang akan dihasilkan pun anak-anak yang terdidik dengan Islam, ia lebih mengutamakan akhirat. Begitu juga sebaliknya, ketika lingkungan tempat tinggal adalah sekuler, maka nilai-nilai Islam bukan lagi menjadi standar baik buruknya suatu perbuatan.
Begitu juga dengan peran negara, di sini negara wajib menyediakan pendidikan yang berbasis akidah Islam. Maka dari lembaga pendidikan inilah yang akan melahirkan generasi bersyahsiah Islam, yakni setiap pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan syariat Islam.
Pendidikan dalam Islam mampu dan telah terbukti mencetak generasi yang tangguh, cerdas, kuat, dan paham akan ilmu agama dan dunia sehingga menjadi anak yang saleh salihah. Oleh karena itu, untuk memiliki remaja sabagai generasi yang paham agama, hebat dan bisa di andalkan, solusinya hanya satu, yaitu dengan diterapkannya Islam ke seluruh aspek kehidupan. Tawuran antar remaja pun akan terselesaikan. Hanya Islam yang mampu mencegah segala bentuk kenakalan yang dilakukan para remaja karena Islam satu-satunya solusi.
Wallahua’lam [CM/NA]