Oleh. Rizki Ika Sahana
(Aktivis Muslimah)
CemerlangMedia.Com — Ras manusia terancam punah kini menjadi realita di depan mata. Bukan karena serangan makhluk luar angkasa sebagaimana diceritakan dalam film, tapi karena perilaku manusia yang ke luar dari fitrah dan sunnatullah penciptaannya.
Populasi Singapura contohnya, menyusut 4,1% antara tahun 2020-2021 menjadi 5,45 juta jiwa pada Juni tahun ini. Meski penurunan tersebut diklaim disebabkan karena pandemi, yakni banyak penduduk Singapura yang menetap di luar negeri secara terus-menerus bahkan ada yang tidak kembali ke Singapura selama 12 bulan atau lebih karena pembatasan perjalanan Covid-19, populasi warga yang terus menua, banyaknya lajang yang enggan menikah sehingga menurunkan angka kelahiran, adalah realita penyumbang angka depopulasi yang tak terbantahkan. (cnbcindonesia.com, 28/9/2001)
Depopulasi bukan hanya mengancam negara maju seperti Singapura, Jepang, Korsel, tapi juga banyak negara lainnya yang menjadikan capaian ekonomi sebagai orientasi tertinggi. Bahkan China yang selama ini menjadi negara berpenduduk terbesar dunia, mengalami penurunan drastis angka kelahiran dalam waktu kurang dari satu dekade. (kompas.id, 3/5/2003)
Salah satu penyebab paling vital dari menurunnya angka kelahiran karena perempuan terdorong untuk menghasilkan pundi-pundi materi bahkan seringkali dieksploitasi ketimbang disupport untuk menjalankan perannya sebagai ibu dan pendidik generasi. Kehidupan yang serba materialistis dipadu paham individualisme dan liberalisme juga menyumbang andil mengantarkan para perempuan mengutamakan karir dan kemapanan finansial sebagai tujuan. Wajar jika menjadi ibu rumah tangga yang melahirkan anak dan menjaga keluarga dipandang sebagai profesi rendah sekaligus mengekang.
Bukan hanya Singapura, negeri-negeri muslim pun kini mengalami geliat yang serupa. Arus liberalisasi di sektor ekonomi ditambah serangan ide kesetaraan dan keadilan gender terus menggedor pintu pertahanan kaum perempuan. Mereka yang bertahan memerankan amanah utamanya justru diberondong dengan berbagai stigma negatif yang menyesakkan dada.
Berharap memperbaiki kondisi kepada sistem kapitalisme sekular yang eksploitatif sekaligus melahirkan beragam kecenderungan melawan fitrah seperti L687 dan childfree adalah hal yang mustahil. Depopulasi justru buah penerapan sistem batil ini. Lalu bagaimana mungkin berharap perubahan kepada sumber masalah? Absurd!
Satu-satunya cara untuk menghentikan laju depopulasi adalah kembali kepada Islam kafah. Kenapa? Karena hanya Islam aturan kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia sekaligus melahirkan harmoni yang hakiki. Sebab Islam berasal dari Zat Yang Maha Mengetahui manusia, Maha Mengetahui yang baik dan yang buruk bagi manusia, Maha Adil lagi Maha Sempurna.
Islam memelihara fitrah keibuan dengan memberikan seperangkat aturan yang wajib dilaksanakan oleh para ibu, wajib dilaksanakan para ayah, maupun wajib ditegakkan oleh negara sebagai support system. Islam misalnya, memerintahkan ibu menyusui anaknya hingga dua tahun lamanya, memerintahkannya untuk menjaga dan memberikan pendidikan terbaik selama anak dalam masa hadhanah. Islam memerintahkan para ayah memberikan nafkah yang makruf kepada istri dan anak, hingga mereka merasa tenteram dan fokus menjalankan peran sebagai ibu tanpa dipusingkan urusan finansial keluarga.
Islam juga mewajibkan negara mengadopsi sistem ekonomi Islam yang mampu menyelenggarakan sistem kesehatan dan pendidikan terbaik untuk ibu dan anak tanpa pandang bulu dan dengan biaya terjangkau bahkan gratis. Islam pun mewajibkan negara menyediakan lapangan kerja yang luas bagi para ayah yang di pundaknya ada amanah nafkah. Islam memerintahkan negara untuk menyantuni ibu dan anak yang tidak memiliki wali karena berbagai sebab: meninggal dalam kecelakaan, sebatang kara, jalur perwalian sudah renta tak sanggup bekerja, dan seterusnya.
Selain itu, Islam melarang berbagai pemikiran dan ajaran yang menyesatkan terkait peran ibu dan pemberdayaannya yang keliru termasuk turunan liberalisme seperti L687 dan childfree yang tersebar di tengah-tengah kehidupan umat. Islam memerintahkan negara untuk menyelenggarakan sekaligus megontrol media dengan ketat. Media hanya ditujukan untuk menebar edukasi, informasi, dan hiburan yang mampu menambah keimanan.
Masyaallah, dengan itu semua, niscaya depopulasi mampu dicegah sekaligus dihentikan. Tak ada lagi kekhawatiran tentang punahnya peradaban manusia, padahal manusia adalah satu-satunya makhluk berakal yang mendapat amanah memakmurkan bumi Allah. Wallahu a’lam.[] [CM/NA]