Header_Cemerlang_Media

Menyibak Bahayanya Kecerdasan Buatan (AI)

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Rina Herlina
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.com)

CemerlangMedia.Com — Tak dapat dimungkiri, seiring kemajuan zaman maka makin canggih pula teknologi yang diciptakan oleh para ilmuan saat ini. Seperti hadirnya teknologi artificial intelligence (AI) yang diprediksi memiliki potensi cukup besar untuk mengubah kehidupan manusia di masa yang akan datang. Benarkah demikian?

Secara umum, Al merujuk kepada program komputer yang memang dirancang untuk meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan karakteristik kecerdasan yang lainnya. Konsep AI sendiri diperkenalkan oleh seorang tokoh di bidang ilmu komputer yang bernama Professor John McCarthy pada 1956.

Hingga saat ini, AI sudah banyak digunakan di berbagai aplikasi, misal asisten virtual seperti Siri, search engine, Google Assistant, dan Cortana. Bukan itu saja, pengembangan AI sudah mencapai tingkat yang mengagumkan, contohnya saja adalah penggunaan dalam kendaraan otonom (self-drive) yang memungkinkan sebuah kendaraan dapat melaju dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia.

Seperti dilansir (www.detik.com, 10-09-2023) perusahaan Meta telah memberikan akses kepada seorang peneliti ke dalam sebuah artificial intelligence atau kecerdasan buatan (AI) yang sangat hebat. Sang peneliti menemukan hal yang tidak terduga terkait bagaimana AI akan berkembang di masa depan. Terkait temuan ini, jelas menjadi masalah penting dan membuat khawatir peneliti. Apa lagi bagi para peneliti yang dahulu pernah menjadi bagian dari tim integritas dan kebijakan kecerdasan buatan Meta. Pihak peneliti menjelaskan bagaimana kebocoran pada (AI) ini bisa mengancam keamanan teknologi kecerdasan buatan serta apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapinya.

Pencipta AI dan Penyesalannya

Bahkan pencipta AI sendiri, Geoffrey Hinton mengaku menyesal karena telah mengembangkan teknologi kecerdasan buatan tersebut. Ia mengatakan Chatbot AI begitu menakutkan karena bisa jadi lebih cerdas daripada manusia, dan dapat juga dieksploitasi oleh pelaku kejahatan (enamplus.liputan6.com, 04-05-2023).

Rishi Sunak selaku Perdana Menteri Inggris pun ikut berbicara tentang kecerdasan buatan atau AI. Menurut Sunak, ada beberapa bahaya pada teknologi AI tersebut, yakni kecerdasan buatan bisa membantu mempermudah pembuatan senjata kimia dan biologi oleh kaum kriminal. Bahkan dalam skenario terburuknya, masyarakat dapat kehilangan kendali atas AI sehingga teknologi itu tidak dapat dimatikan (inet.detik.com, 29-10-2023).

Berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari teknologi AI, di antaranya akan meningkatkan angka pengangguran, privasi dan keamanan data rentan, membuat ketergantungan, kehilangan keterampilan, dan yang terpenting adalah yang namanya kecerdasan buatan pasti tidak selalu akurat. Lantas langkah apa saja yang dilakukan berbagai negara untuk “melindungi” rakyatnya dari potensi bahaya kecerdasan buatan (AI)?

Seperti dikutip dari (cnnindonesia.com, 28-05-2023) salah satu langkah pemerintah Amerika Serikat adalah dengan menghadirkan kebijakan yang membentuk bagaimana agar badan-badan federal menggunakan dan mendapatkan sistem AI. Tujuan dari langkah tersebut adalah agar dapat secara signifikan memengaruhi pasar untuk produk AI juga mengontrol bagaimana warga AS berinteraksi dengan AI di situs web pemerintah, di pos pemeriksaan keamanan, juga di berbagai situasi lainnya.

Sementara Indonesia, melalui Usman Kansong selaku Dirjen informasi dan komunikasi publik menyebut bahwa pengawasan penggunaan AI untuk saat ini akan menggunakan aturan yang sudah ada, misalnya Undang-Undang data pribadi dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Kemudian terkait edukasi, Kominfo akan menggunakan program literasi digital yang dimilikinya untuk memberikan edukasi terkait AI. Pertanyaannya, apakah upaya tersebut bisa menjadi solusi yang menyeluruh untuk problem AI saat ini?

Dan kabar terbaru menyebutkan, bahwa Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Australia, dan Cina sudah sepakat bahwa kecerdasan buatan tersebut sangat berpotensi menimbulkan risiko bencana bagi umat manusia. Bahkan sekretaris teknologi Inggris, Michelle Donelan mengatakan kepada wartawan bahwa untuk pertama kalinya negara-negara menyetujui bahwa memang ada risiko terkait AI tersebut. Hal ini disampaikan dalam deklarasi internasional pertama yang membahas teknologi yang saat ini berkembang sangat pesat. Sebab, frontier AI mengacu kepada sistem yang paling mutakhir yang menurut beberapa ahli bisa menjadi lebih cerdas dari pada manusia dalam mengerjakan berbagai tugas (www.kompas.com, 02-11-2024). Mengerikan bukan?

Islam Memandang Artificial Intelligence (AI)

Sejatinya, sebagai agama yang salih wa likulli zaman wa makan, tentu Islam tidak akan membatasi bagaimana teknologi berkembang. Justru Islam akan senantiasa mendukung perkembangan teknologi tersebut. Sebab pastinya perkembangan teknologi AI bisa sangat membantu syi’ar agama Islam ke depannya. Islam tidak akan menutup dirinya dari perkembangan zaman karena hal itu merupakan awal dari kemunduran. Firman Allah Swt. dalam sura Al-Hadid ayat 25,
“Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Menurut tafsir Al-Azhar yang dijelaskan oleh Hamka, bahwasanya penggalan ayat mengenai besi tersebut mengisyaratkan bahwa Allah tidak menghalangi teknologi. Justru ayat tersebut menjelaskan mengenai manfaat besi yang begitu banyak, termasuk teknologi (Hamka, juz 9, 1989:7192)

Apa lagi sekitar tiga tahun yang lalu, Dubai yang merupakan negara Emirat Islam yang sangat modern sudah menggunakan AI untuk urusan fatwa berbasis aplikasi. Hal itu tentu saja digunakan dalam rangka memudahkan muslim dalam mengakses fatwa, keislaman, pendidikan, dan keuangan syari’ah. Tentu saja hal tersebut menjadi gebrakan baru dan baik bagi dunia Islam.

Namun, meskipun begitu, penggunaanya harus tetap bijak dan dalam kontrol agar nantinya tidak lantas menimbulkan mudharat bagi umat Islam. Hal itu karena jika berada di tangan yang salah, AI justru bisa menjadi senjata yang sangat mematikan. Ia bisa menjadi sebuah media penyebaran kemurtadan, atau mungkin sebuah ajaran radikal, dan masih banyak lagi kemungkinan lainnya. Maka dari itu, adanya kemajuan teknologi yang pesat saat ini, harus didukung dengan kemampuan berteknologi dengan cerdas dan bijaksana, dengan tetap berlandaskan pada akidah Islam. Wallahu a’llam.

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru

Badan Wakaf Al Qur'an