Oleh. Nilma Fitri S. Si.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Baru-baru ini, polisi berhasil meringkus 12 remaja Bekasi beserta barang bukti berupa 3 buah senjata tajam dan sebuah stik golf. Mereka akan melakukan aksi tawuran dengan kelompok lain di Jalan Dewi Sartika, Bekasi Timur, Kota Bekasi. Penangkapan bermula dari aduan masyarakat kepada tim Presisi Polres Metro Bekasi terhadap sekelompok remaja yang diduga akan melakukan aksi tawuran (radarbekasi.id, 14-08-2023).
Tidak hanya itu, kasus begal juga telah merambah di kalangan generasi muda Bekasi. Aksi remaja komplotan begal motor yang terjadi beberapa bulan lalu menyasar korbannya dengan senjata tajam di Jalan Raya CBL, Kampung Wangkal, Desa Sukajaya, Cibitung. Pelaku berjumlah 8 orang dengan mengendarai 3 sepeda motor mengejar korban sambil mengacungkan senjata tajam. Dari aksi ini, polisi berhasil meringkus lima pelaku begal yang semuanya adalah remaja berusia masih belasan tahun (iNewsBekasi.id, 24-03-2023).
Berbagai aksi kriminalitas remaja Bekasi ini menimbulkan keresahan dan rasa khawatir yang tinggi terhadap masa depan generasi muda Bekasi. Sebab, banyaknya tindak kriminal yang mereka lakukan adalah indikasi kenakalan dan kejahatan remaja yang makin merajalela, bahkan kasusnya kerap memenuhi warta. Inikah potret generasi Bekasi masa kini yang diinginkan Ibu Pertiwi?
Pemicu Kriminalitas Remaja
Faktor ekonomi merupakan salah satu pemicu kejahatan remaja terjadi. Tingkat kemiskinan yang tinggi di masyarakat telah meyebabkan banyak anak putus sekolah. Kemiskinan juga yang memaksa para ibu turut berjibaku menopang ekonomi sehingga melalaikan kewajiban sebagai pendidik generasi. Semestinya peran orang tua layaknya seorang agen sosial menjadi contoh dan teladan dalam pembentukan karakter anak. Akan tetapi, peran ini telah hilang karena mereka sibuk bekerja demi lepas dari himpitan ekonomi.
Remaja pun tumbuh tanpa teladan yang baik, serta tanpa benteng batas aturan perbuatan yang benar. Hal ini pun makin dipertajam dengan sekularisme liberalisme sebagai asas sistem negara saat ini, menghasilkan perilaku remaja yang bebas tanpa batas. Agama hanya dipakai pada ranah ibadah, dan tidak boleh dipakai pada ranah kehidupan bermayarakat atau sosial. Oleh karenanya, aturan kehidupan dalam masyarakat bukan dari agama, tetapi dibuat berdasarkan standar pemikiran dan perasaan manusia itu sendiri.
Padahal akal pemikiran manusia yang lemah dan serba terbatas tidak akan mampu menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia sehingga aturan yang dihasilkan pun tidak akan membawa solusi bagi setiap permasalahan yang dialami manusia. Bahkan dapat menimbulkan permasalahan baru yang lebih besar dan sulit ditangani, permasalahan ekonomi ini contohnya. Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem ekonomi bukan dari Pencipta sehingga tidak mampu memberikan solusi serta mendongkrak taraf ekonomi masyarakat. Bahkan kemiskinan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat menimbulkan permasalahan baru yang lebih pelik pada akhlak serta dekadensi moral generasi yang melanda kehidupan generasi.
Selain itu, gempuran perang pemikiran neo-imperialisme sangat deras dikampanyekan dalam setiap media teknologi yang sangat akrab dengan kehidupan remaja. Mengubah gaya hidup remaja menjadi konsumtif, hedonis, ketergantungan pada gim online hingga judi online dapat menghancurkan pemikiran kaum pemuda secara perlahan, tetapi pasti dan tanpa disadari akan menyebabkan kerusakan mental kaum remaja.
Salah Kaprah Tolok Ukur Bahagia
Belum lagi negara yang seolah acuh tak acuh, menyuarakan pentingnya membentuk generasi rabbani, tapi tidak didukung dengan langkah pasti. Regulasi ditetapkan hanya sebagai legislasi bahwa negara tampak peduli. Akan tetapi, pada faktanya, sistem kapitalisme yang sampai saat ini masih dipercaya oleh pengampu negeri hanya membuat remaja makin lupa diri akan eksistensinya sebagai tonggak perubahan dan aset suatu peradaban. Remaja pun kian terhipnotis dengan mantra sakti kapitalisme sekularisme, bahwa tolok ukur kebahagiaan adalah materi.
Tak ayal lagi, remaja tumbuh menjadi sosok yang berambisi mengejar materi sebagai kebahagiaan sejati. Akhlak bukan lagi sebuah standar budi pekerti yang harus dimiliki, tetapi mendapatkan materilah menjadi cita-cita tertinggi. Mereka tak segan melakukan tindak kejahatan dengan alasan materi dan menyakiti kawan hanya karena terusik oleh gengsi.
Bahkan saat ini, hobi “clubbing” juga telah merambah kehidupan remaja Bekasi. Dengan dalih melepaskan penat setelah beraktivitas, tempat-tempat “clubbing” pun ramai dikunjungi oleh para remaja. Seperti yang diberitakan dalam bekasi.pojoksatu.id (06-08-2023) bahwa wilayah Bekasi mempunyai 5 tempat “clubbing” yang hit dan digemari oleh anak muda Bekasi.
Miris, suatu pergeseran nilai masyarakat yang dianggap modern, tetapi menghempaskan moral remaja pada titik nadir kritisnya. “Clubbing” adalah aktivitas yang penuh dengan hal-hal yang diharamkan agama. Minuman keras, campur baur hingga pamer aurat yang mengundang maksiat, sangat kentara akan membawa efek pada kerusakan remaja. Namun, negara seakan diam bergeming. Tempat hiburan malam penunjang “clubbing” dibiarkan berdiri dan berkembang tanpa larangan tegas.
Minimnya Peran Negara
Sejatinya, pemerintah adalah penanggung jawab pendidik akhlak generasi. Harus berkonsentrasi penuh dan optimal dalam menjalankan perannya agar para generasi muda mempunyai kualitas dan kuantitas yang cemerlang. Akan tetapi, pada faktanya, pemerintah seolah lepas tangan dan tidak ambil peduli. Sistem ekonomi kapitalisme menyebabkan sektor pendidikan ikut terkapitalisasi. Terlebih lagi kurikulum pendidikan yang sering berubah tidak pasti merupakan indikasi negara tak serius terhadap pendidikan generasi. Belum lagi skema toleransi beragama yang salah kaprah turut disosialisasilan dalam buku panduan pendidikan. Bahkan propaganda kaum pelangi ikut campur tangan merasuki dunia pendidikan Indonesia.
Berita dari media online republika.co.id (26-07-2023) mengutip website isbn.perpusnas.go.id, bahwa terdapat beberapa buku dari Perkumpulan Arus Pelangi telah mendapatkan International Standard Book Number (ISBN) Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Selain itu juga, konten L687 telah mewarnai beberapa buku di Perpusnas yang berasal dari beberapa penerbit terkenal di Indonesia. Bayangkan, propaganda yang tidak hanya mampu merusak pemikiran dan akhlak generasi bangsa, tetapi juga mampu menghentikan keberlanjutan rumpun manusia telah menyusup dalam dunia pendidikan. Apa jadinya generasi muda kita jika pemikiran mereka telah tercemar dengan pemikiran kaum pelangi ini atas nama hak asasi manusia yang menentang kodrat Ilahi.
Sungguh, sistem kapitalisme telah sangat jelas dan nyata membawa dampak kerusakan pada generasi muda, bahkan merusak fitrah manusia sebagai makhluk dari Yang Maha Pencipta. Inilah bukti betapa kompleksnya permasalahan generasi yang harus segera ditangani akibat mengadopsi sistem kapitalisme sekularisme.
Wajib Mencari Solusi
Sudah saatnya masyarakat berfikir lebih jeli. Kerusakan akhlak remaja dan anak muda yang kini sedang dihadapi harus segera diperbaiki. Karena sistem kapitalisme sekularisme makin menjerumuskan generasi ke dalam liang kehancuran moral. Banyaknya tindak kriminalitas remaja di Bekasi adalah bukti nyata kehancuran moral remaja sebagai potret buram generasi Bekasi masa kini.
Seandainya masyarakat mau mengambil Islam sebagai sistem kehidupan, maka masyarakat akan menyadari bahwa mereka telah terjajah oleh pemikiran Barat. Kebobrokan mental dan moral yang menjangkiti remaja adalah akibat cengkeraman paham sekularisme kapitalisme di banyak negeri kaum muslimin, salah satunya adalah Indonesia. Maka harus ada upaya keras dan tekad yang kuat dari mssyarakat serta para pemuda melepaskan diri dari penjajahan ini.
Ya, melepaskan pemikiran Barat yang sudah terlanjur mewarnai kehidupan remaja dapat diatasi dengan perjuangan kebangkitan Islam hakiki yang telah hilang dari Bumi Pertiwi. Perang pemikiran dari Barat pun harus dilawan dengan pemikiran juga. Dan hanya dengan pemikiran Islam cemerlang dan penerapan Islam kafah sebagaimana yang pernah dicontohkan Rasulullah saw. akan mampu membendung dahsyatnya gempuran pemikiran Barat sekaligus mengatasi permasalahan pelik para pemuda sebagai ujung tombak perubahan dan aset peradaban. Wallahu a’lam bisshawwab.[] [CM/NA]