Sekularisme Pencetak Generasi Sadis, Islam Solusi Sistematis

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Siti Rima Sarinah

Aturan Islam yang sempurna dan paripurna memiliki mekanisme menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindakan kriminal, baik secara individu, keluarga, masyarakat, dan negara. Islam memberikan sanksi tegas bagi siapa pun yang melakukan tindakan kriminal dan pelanggaran terhadap syariat. Sanksi ini bersifat zawajir dan jawabir.

CemerlangMedia.Com — Kita tentu masih ingat dengan kisah legenda Si Malin Kundang. Kisah anak durhaka yang pergi merantau dan meninggalkan ibunya hingga ia menjadi kaya raya. Kekayaannya inilah yang membuat ia menjadi sombong dan tidak mau mengakui ibunya yang miskin. Akibatnya, Ibu Malin Kundang murka dan mengutuknya menjadi batu. Kisah ini memberi pengaruh besar kepada anak-anak untuk tidak boleh durhaka atau menjadi anak durhaka yang bersikap zalim kepada orang tua.

Malin Kundang dikutuk karena tidak mau mengakui ibunya yang miskin. Zaman now, kisah Malin Kundang lebih dari sekadar itu. Malin Kundang dahulu tidak sampai membunuh ataupun menganiaya orang tuanya. Akan tetapi sekarang, Malin Kundang modern menjadi lebih sadis dan kejam karena tega menghilangkan nyawa orang tuanya yang telah susah payah melahirkan, mendidik, dan membesarkannya, seperti yang baru-baru ini terjadi.

Seorang anak membvnvh ibu kandungnya (61 tahun) yang terjadi di Cileungsi, Kabupaten Bogor. Sang pelaku yang notabene anak korban merupakan anggota Polres Metro Bekasi. Akibat perbuatan sang anak, sang ibu meninggal dunia. Pihak keluarga mengatakan, pelaku mengalami gangguan kejiwaan selama tiga bulan terakhir (kompas.com, 05-12-2024).

Anak Kehilangan Fitrahnya

Fakta anak membvnvh ibunya bukanlah hal baru. Sebelumnya juga telah terjadi kasus remaja 14 tahun yang tega menghabisi nyawa ayah dan neneknya, serta men1k*m ibu kandungnya. Pelaku melakukan perbuatan keji tersebut disinyalir karena marah sering disuruh belajar oleh orang tuanya.

Fenomena tren anak membvnvh orang tua/parisida berawal dari konflik keluarga yang akhir-akhir ini makin marak terjadi. Bahkan, tren parisida ini menjadi marak berawal pada masa pandemi Covid-19 hingga kini.

Menanggapi fenomena sosial ini, Ketua Himpunan Psikolog Indonesia (HIMSI) wilayah Aceh, Barmawi, S.Ag, M.Si, menyatakan pelaku pembvnvhan tersebut memiliki beragam latar belakang. Secara ilmiah mungkin karena pelaku mengalami gangguan mental atau masalah emosional, depresi, kesedihan, dan rasa putus asa sehingga menyebabkan traumatis.

Kondisi ini menghambat perkembangan empati anak dan membahayakan sisi emosional mereka. Salah satu bentuk ekspresinya adalah dengan kekerasan yang berujung pada pembvnvhan.

Fenomena ini sangatlah miris, seorang anak yang seharusnya menghormati, menyayangi, dan melindungi orang tuanya, justru melenyapkan nyawa mereka. Fakta ini menunjukkan bahwa generasi saat ini kehilangan fitrahnya sebagai seorang anak.

Dampak Sistem Rusak

Hal ini terjadi bukanlah tanpa sebab. Fenomena ini sejatinya bersumber dari sistem yang memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme) yang diterapkan dalam kehidupan kita hari ini. Sistem ini melahirkan generasi bermental sadis dan hanya menuruti hawa nafsu. Oleh karena sakit hati, mereka tega melakukan tindakan yang sangat keji dan sadis.

Sekularisme melupakan bahwa seorang anak memiliki kewajiban birrul walidain (berbakti kepada orang tua). Sekularisme telah berhasil mencetak generasi sadis dan keji, membvnvh, bahkan memperk*sa orang tua untuk memenuhi hawa nafsunya.

Sistem buatan akal manusia ini pada akhirnya menghasilkan generasi miskin iman yang tidak mampu mengontrol emosinya, bahkan rapuh dan kosong jiwanya. Kehidupan sekularisme telah menyemai mereka menjadi generasi rusak sejak dini akibat dijauhkannya dari Allah.

Pendidikan dengan kurikulum berbasis sekularisme hanya mampu mencetak generasi pintar di atas kertas, tetapi tidak mampu menyelesaikan persoalan kehidupannya dengan cara yang benar. Orientasi kehidupannya adalah kemanfaatan dan terpenuhinya hawa nafsu mereka.

Alhasil, orang tua ketika sudah tidak ada manfaatnya bagi mereka, dianggap sebagai beban dan menjadi penghalang untuk memenuhi hawa nafsunya, kemudian akan dihilangkan dari kehidupan. Sungguh, sistem ini menghasilkan anak yang abai dan sadis kepada orang tuanya.

Kewajiban Birrul Walidain

Fakta di atas sangat jauh bertolak belakang dengan sistem pendidikan Islam yang mampu menghasilkan generasi bermental kuat dengan fondasi iman dan takwa serta menjunjung tinggi kewajiban birrul walidain sebagai aktivitas mulia yang akan mengantarkan menuju surga. Sistem pendidikan Islam dengan kurikulum berbasis akidah Islam mampu melahirkan generasi yang memiliki kepribadian Islam (syahsiah islamiah). Ini meliputi pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan syariat Islam, termasuk berbakti dan hormat terhadap orang tua. Rasulullah saw bersabda,

”Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR at Tirmidzi).

Selain itu, output dari sistem pendidikan Islam bukan hanya mencetak anak-anak pintar secara akademik, tetapi mampu menyelesaikan setiap persoalan sesuai standar syariat Islam. Mereka pun mampu mengendalikan emosi dan tetap bersikap baik dan lemah lembut tatkala berkonflik dengan orang tua. Fitrah akal mereka senantiasa terpelihara karena dinaungi oleh sistem yang sahih sehingga menyuburkan ketaatan dan amal saleh.

Bukan hanya itu, aturan Islam yang sempurna dan paripurna memiliki mekanisme menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindakan kriminal, baik secara individu, keluarga, masyarakat, dan negara. Islam memberikan sanksi tegas bagi siapa pun yang melakukan tindakan kriminal dan pelanggaran terhadap syariat. Sanksi ini bersifat zawajir dan jawabir.

Tentu hal ini tidak akan terlaksana dengan sempurna apabila tidak ada penerapan aturan Islam. Aturan Islam bukan hanya mengatur terkait kasus Malin Kundang modern, melainkan juga mampu mengatasi semua persoalan kehidupan manusia yang terjadi di muka bumi ini. Wallahu a’lam bisshawab. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *