Oleh. Rina Herlina
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Baru-baru ini ada kabar mengejutkan terkait masalah anak stunting di Pesisir Selatan, Sumbar. Sekitar 80 persen anak stunting justru berasal dari keluarga mampu. Pemicunya adalah akibat pola asuh yang salah, seperti orang tua yang terlalu sibuk dengan rutinitas kerja dan ketidakharmonisan dalam keluarga, juga pemberian ASI yang tidak cukup, membiarkan anak bermain gadget tanpa batas waktu, dan kurangnya perhatian terhadap tumbuh kembang buah hati (antaranews.com, 8-6-2023).
Fenomena kasus anak stunting sebetulnya bukan hal baru di negeri ini. Hampir setiap hari kita di suguhi berita mengenai problem stunting dari setiap wilayah di Indonesia. Dari hasil survei nasional menunjukkan anak penderita stunting di Pesisir Selatan pada 2023 mencapai 2.314 kasus yakni 29,8 persen dari total anak yang berada di daerah tersebut. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 4,6 persen jika dibandingkan 2022 yang berkisar di angka 25,2 persen. Sekitar 470 kasus adalah anak dari keluarga yang tidak mampu dan sisanya berasal dari keluarga mampu.
Padahal pemerintah pusat telah melakukan berbagai upaya, seperti adanya Peraturan Presiden (Perpres) no 72 Tahun 2021 yang menargetkan angka stunting secara nasional pada 2024 sekitar 14 persen. Kemudian pemerintah kabupaten juga berusaha menyusun strategi untuk menekan angka stunting melalui Bapak Angkat Asuh Stunting (BAAS) bahkan melibatkan pejabat perangkat daerah.
Namun, pada kenyataannya berbagai upaya yang dilakukan belum mampu mengatasi problem ini karena sebetulnya hal pertama yang harus dibenahi adalah beberapa faktor pemicunya bukan hanya fokus pada satu akar masalahnya saja. Misalnya terkait pola asuh yang tidak maksimal dari orang tua atau pemberian ASI yang tidak mencapai batas maksimal usia sang anak. Adanya para orang tua yang kurang memperhatikan tumbuh kembang buah hatinya karena mereka sibuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya di tengah ekonomi yang makin sulit. Adanya propaganda kesetaraan gender membuat para ibu yang seharusnya merawat anak-anaknya, memberikan ASI eksklusif, dan tidak menggantinya dengan susu formula justru malah lebih memilih menjadi wanita karir dengan segudang kesibukannya.
Di sinilah perlu adanya peran negara karena sejatinya akar permasalahan yang paling mendasar dari problem ini adalah akibat dari sistem yang di terapkan. Negara yang seharusnya mensejahterakan rakyatnya dengan menghadirkan lapangan pekerjaan yang banyak untuk para laki-laki sehingga kaum perempuan tak harus menjadi tulang punggung keluarga. Justru yang terjadi adalah sedikitnya lapangan pekerjaan, PHK besar-besaran, yang lebih tragis adalah adanya TKA yang makin membludak.
Sungguh rakyat dibuat susah di negerinya sendiri. Inilah buah dari sistem yang hanya berasaskan materi. Setiap kebijakan yang diambil oleh penguasa belum ada yang menguntungkan rakyat tetapi cenderung menguntungkan bagi para kapitalis. Maka menjadi wajar jika banyak terjadi problem tak berkesudahan akibat dari bercokolnya kapitalisme.
Negara sepatutnya hadir untuk menjamin kebutuhan pokok rakyat. Sejatinya seorang pemimpin tidak akan membiarkan masyarakatnya hidup dalam kesusahan, kelaparan bahkan sampai kekurangan gizi. Semestinya para pemimpin mencontoh kepemimpinan Nabi saw. dan para sahabat, misalnya sahabat Umar bin Khatab yang senantiasa memastikan perut rakyatnya tidak kelaparan dan rela setiap malam berkeliling untuk memastikan seluruh kebutuhan umat terpenuhi. Beliau paham betul bahwasanya kelak jabatan yang diembannya akan ada pertanggungjawaban, maka sahabat Umar berusaha sebaik mungkin agar amanah yang dipikulnya dijalankan sebaik mungkin dan tidak membuatnya tergelincir ke dalam kenistaan yang menjadikan Allah murka terhadapnya.
Sistem Islam adalah sistem yang paling hakiki untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, sudah saatnya umat menyadari bahwa negara wajib menerapkan sistem Islam. Untuk itu marilah sama-sama memahamkan umat dengan Islam karena solusi dari seluruh permasalahan yang ada saat ini adalah kembali kepada aturan Islam yakni aturan yang berasal dari Allah Swt. Wallahu a’lam.