Penulis. Aulia Hafidzah
Kelas 4 SD Negeri 2 Parenggean
(Penulis Cilik CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Assalamu’alaikum, Hai teman-teman ketemu lagi nih dengan Aulia, yang episode kemaren gak sempat ikutan nulis bareng teman-teman di karenakan banyak kesibukan, jadinya gak sempat deh nubarnya. Kali ini Aulia mau nulis cerita yang berjudul “Ramadan yang Kurindukan”
Ramadan adalah bulan yang sangat aku rindukan, karena beberapa tahun lalu aku sudah full puasanya, karena dari TK memang sudah diajarkan mamah untuk selalu ikut berpuasa ketika Ramadan, dan tau gak teman-teman apa yang membuat aku selalu merindukan Ramadan? Itu lho … Saat berbuka puasanya, hi…hi… Wuiiih… masyaallah, seugeeeeerrrrr banget ketika meneguk segelas es buatan mamah aku, tadarusan bareng teman-teman setelah salat Tarawih, pesantren kilat, juga hidupin kembang api dan yang buat aku senang juga ketika lebarannya, cihuiiii… bisa dapetin angpao … upsss … tapi itu bukan tujuan utamanya ya, karena kata mamah aku, jangan terlalu berharap dengan pemberian orang lain, yang bagus itu malah kita yang memberi ke orang lain, tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah, hehe… Karena kalau di bulan-bulan lain gak ada kaya beginian. Pokoknya, seruuuu deh…
Nah, teman- teman. Di hari pertama puasa, aku gak terlalu merasakan haus dan lapar karena memang cuacanya tidak terlalu panas dan waktu itu juga sekolah libur, jadi bisa sambil santai dan tiduran di rumah. Di hari ketiga masyaallah aku rasanya hampir gak kuat teman-teman, harinya panas, membuat aku haus dan lemah rasanya, tapi sabarrrr sampai nunggu bedug, akhirnya kesampaian juga.
Di minggu kedua Ramadan, di sekolah kami mengadakan pembagian takjil, aku dan teman-teman sekolah dari kelas 1 sampai 6, semua ikut berpartisipasi untuk mengumpulkan sumbangan yang uangnya dijadikan takjil berupa makanan, minuman, kurma, dan lain-lain, sorenya dibagikan ke orang-orang yang lewat di jalan sekitar sekolah kami. Waktu itu aku semangat banget pengen ikutan membagikan takjilnya, tapiii … aku agak sedih teman-teman, karena jadwal kami pesantren kilat juga barengan dengan waktu pembagian takjil dan itu adalah hari pertama kami masuk pesantren kilat, tapi ya udah deh. Kata mamah aku dan bu guru agama di sekolah kami, gak apa-apa gak ikutan membagi takjil, siapa tau nanti sore setelah pulang sanlat masih sempat ikutan membagikan takjilnya bareng teman-teman. Akupun jadi bersemangat lagi ikutan pesantren kilatnya.
Hari pertama pesantren kilat aku masih malu-malu di antar mamah ke musala tempat kami sanlat, jadi aku janjian dulu dengan teman-teman di sekolah, dan kalau sudah kumpul, baru barengan berangkatnya ke tempat tujuan. Sampainya di sekolah, teman aku sudah nunggu, ada si Zulfa dan Ara, si Khaylila masih belum datang.
“Ra, cepat telepon Khaylila, sudah jam setengah 3 nih, kita nanti terlambat.” Ara pun nelepon Khaylila, tapi gak ada jawaban.
“Duh, Khaylila mana nih, online tapi gak diangkat.” Akupun minta mamah aku nelepon lagi, dan akhirnya diangkat, “Apa Au…” kata Khaylila.
“Khay… cepat dong, kami dah nunggu nih! kita nanti telat ke musala.”
“Iya, ini aku lagi nunggu jemputan, soalnya belum ada yang ngantarin, tunggu bentar ya…”
“Ok,” kata aku dan teman-teman. Setelah di tunggu beberapa menit gak muncul juga, kami pun mulai gelisah, “Teman-teman, gimana kalau kita berangkat duluan aja, nanti kita tungguin di musala.”
“Okelah, setuju,” kata teman-teman aku, “Tapi tunggu bentar,” kata Ara, “Aku masih nungguin mamah aku nganterin mukena, karena mukenaku ketinggalan di rumah.”
Tidak lama datang mamahnya Ara. “Kalian masih nunggu siapa?” kata mamah Ara.
“Khaylila … Dia bilang ke kami, dia masih nunggu jemputan.”
“Ya sudah, biar Mamah yang jemput,” kata mamah Ara, dan kami pun berangkat ke musala, dan kami tunggu Khaylila di sana.
Hari pertama kami mengikuti sanlat diawali dengan salat berjemaah, pembacaan aqidatul awam, dilanjutkan dengan pemberian materi tentang tajwid yang diajarkan oleh kakak-kakak yang pintar-pintar, saleh-salihah lulusan dari pondok pesantren yang membuat kami semakin bersemangat mengikutinya. Setelah pulang sanlat, kami buru-buru ke sekolah lagi, siapa tau sempat ikut pembagian takjilnya, eh ternyata sampai sekolah takjilnya dah terbagi semua. Ehmmm… Ya udah deh gak sempat ikutan, yang penting kita sudah ikut berbagi meskipun tidak ikut membagikannya, dan sudah terwakilkan teman- teman yang tidak mengikuti kegiatan pesantren kilat, semoga semuanya jadi berkah, aamiin.
Di hari kedua dan ketiga kami masih mengikuti materi tentang salat dan puasa. Di sana banyak ilmu kami dapat, sesekali kakaknya memberikan permainan dan kuis di sela-sela pemberian materi agar kami tidak merasakan bosan. Sebelum pulang kami biasanya setor hafalan surah.
Tidak berapa lama setelah pulang pesantren kilat, waktu berbuka tiba, jadinya gak terlalu lama dan begitu terasa puasanya, karena diisi dengan kegiatan-kegiatan selama bukan Ramadan.
Hari ke empat kami mengadakan lomba, ada lomba azan, lomba salat fardhu, dan lain-lain. Aku mengikuti lomba salat Subuh. Alhamdulillah setelah diumumkan ternyata aku dapat juara 2, dan aku senang sekali karena bisa lebih semangat dan memotivasi aku agar salatnya bisa menjadi lebih baik lagi. Teman-teman, taukan salat itu tiang agama? Jadi jangan sampai ketinggalan ya… Ehmm … Meskipun aku tidak dapat juara 1 tapi harus disyukurin, karena ikut lomba pasti ada yang menang dan kalah, yang penting kita sudah menampilkan yang terbaik.
Di hari terakhir pesantren kilat kami mengadakan bukber bersama. Nah, ini waktu yang sangat kami tunggu teman-teman, makan-makan hehehe….
Masyaallah luar biasa nikmatnya selain dapat ilmu, kita juga dapat teman-teman baru dari sekolah-sekolah lain yang ikutan bergabung. Dan ini adalah moment-moment Ramadan yang pastinya tidak terlupakan dan selalu dirindukan.
Eh … Teman-teman, kalian lihat gak di hari Jumat itu, ada fenomena alam yaitu matahari cincin, sungguh luar biasa ya, kekuasaan Allah yang menciptakan segalanya di muka bumi, belum lagi di Ramadan kali ini ada Gerhana Matahari juga, masyaallah… (Upss… kok malah ceritanya ke fenomena alam sih, gak nyambung ya, hihi…)
Libur telah tiba, aku dan keluargaku mudik pulang kampung ke rumah kakek dan nenek, karena setiap puasa kami biasanya pulang kampung, berkumpul bersama keluarga yang jauh sampai tiba lebaran. Aku sangat senang bisa ketemu kakek, nenek, julak, aunty saat liburan, bisa puasa, Tarawih dan salat Ied bareng mereka.
Nah, inilah teman-teman yang menjadikan bulan Ramadan adalah bulan yang sangat aku rindukan. Semoga kita bisa bertemu lagi di Ramadan berikutnya dan bisa meningkatkan amal dan ketakwaan kita kepada Allah Swt.. Aamiin. (Parenggean, 19 April 2023). [CM/NA]
One thought on “Ramadan yang Kurindukan”
Keren sekali..😍🥰 terus semangat menulisnya ya..☺️