CemerlangMedia.Com — Kebutuhan hidup saat ini benar-benar menguras isi dompet. Bagaimana tidak? Harga pangan makin menggila. Biaya pendidikan dan kesehatan pun terus merangkak naik. Belum lagi ada wacana penghapusan pertalite dan kenaikan pajak kendaraan bermotor.
Di tengah kebutuhan hidup yang ‘ugal-ugalan’, bagi sebagian rakyat, hadirnya bansos (bantuan sosial) bak setetes air bagi musafir yang kehausan di tengah padang pasir. Pada 2023, pemerintah telah menggelontorkan triliunan rupiah untuk program ini. Bansos yang sudah tersalurkan berupa beras 10 kg untuk setiap 21,3 juta keluarga pada Maret—Mei dan September—November 2023. Selain beras, pemerintah juga menyalurkan Rp7,52 triliun untuk 18,8 keluarga atau Rp400 ribu per keluarga per dua bulan (BBC.com, 30-01-2024).
Belakangan ini, penyaluran bansos ramai dilakukan oleh pejabat negara, bahkan yang sedang mencalonkan diri sebagai capres. Penyalurannya pun kian masif di musim pemilu ini. Bahkan, ada pejabat negara yang blak-blakkan mengarahkan rakyat untuk mendukung paslon tertentu setelah menyalurkan bansos.
Politisasi bansos adalah sebuah keniscayaan ketika kekuasaan menjadi tujuan. Seseorang akan melakukan berbagai macam cara untuk meraihnya. Mereka tidak lagi memedulikan apakah cara tersebut halal ataukah haram, yang penting dapat tahta. Sistem sekularisme telah melahirkan politisi yang jauh dari hukum Islam.
Di sisi lain, penguasa seolah memanfaatkan kondisi rakyat yang mayoritas berada di bawah garis kemiskinan. Rakyat dibius dengan janji-janji kampanye untuk memperoleh suara mereka. Sementara ketika sudah naik tahta, penguasa abai akan hajat hidup rakyat. Penguasa cenderung sibuk membalas budi para kapitalis yang membiayai “kursi” mereka.
Jampi-jampi bahwa demokrasi adalah sistem yang terbaik juga terus ditanamkan dalam benak rakyat. Padahal, sudah nyata, atas nama demokrasi, aneka aturan yang menyengsarakan mereka diketuk palu. Atas nama demokrasi, penguasa yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan memimpin bangsa bisa naik tahta. Hal ini berulang tahun demi tahun. Nasib rakyat tiada berubah. Mereka dininabobokan dengan bansos yang tak seberapa sehingga lupa bahwa sejatinya merekalah pemilik SDA yang melimpah ruah.
Oleh karena itu, sudah saatnya rakyat bangkit, mengubah pola pikir mereka dengan pola pikir Islam. Mengapa Islam? Karena Islam adalah aturan hidup yang diturunkan dari Allah Al Khaliq. Dengan sistem Islam rakyat mulia. Tidak ada lagi politisasi bansos. Ini karena rakyat telah terpenuhi hajat hidupnya dengan pengelolaan SDA yang baik dan pemasukan lain oleh negara. Wallahu a’lam.
Ummu Arrosyidah
Aktivis Muslimah [CM/NA]