CemerlangMedia.Com — Belum lama ini ditemukan kembali seorang anak mengonsumsi obat sirup yang disinyalir menjadi penyebab ginjalnya bermasalah. Kasubdit I Dittipidter Bareskrim Polri Indra Lutrianto Amstono menyampaikan, pihaknya telah menerbitkan surat perintah dimulainya penyidikan (sprindik) yang artinya akan ada tersangka baru. Ia juga menambahkan, diduga ada kaitannya dengan prosedur penerbitan izin edar oleh BPOM yang dinilai tidak sesuai standar (21-12-2023).
Resah pastinya yang dirasakan oleh orang tua ketika anaknya sakit. Ditambah lagi dengan beredarnya obat yang mengandung racun. Alih-alih anak sehat setelah diberi obat, justru malah tambah sakit. Belum lagi, jika obat tersebut didapat dengan cara dibeli, bukan gratis.
Namun tampaknya, jaminan obat yang aman dalam sistem kapitalisme saat ini sangatlah sulit didapat. Sistem kapitalisme yang memiliki asas meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dan meminimalkan kerugian adalah hal yang biasa bagi perusahaan. Bahkan semua bisa diloloskan asalkan administrasi lancar, seperti beredarnya obat dari suatu perusahan dan lolos BPOM.
Tentu, seluruh masyarakat menginginkan jaminan kesehatan berupa obat-obatan yang aman dan berkualitas. Akan tetapi, hal tersebut ternyata tidak bisa dirasakan oleh semua masyarakat. Padahal negara wajib menjamin dan memberi fasilitas kesehatan yang terbaik untuk seluruh warganya. Sebagaimana yang terjadi di era kekhilafahan Islam, saat itu, negara Islam membangun konsep kesehatan yang ideal, seperti konsep bimaristan (kerumahsakitan) yang menjadi model bagi kerumahsakitan di zaman ini.
Bimaristan memberikan beberapa layanan prima, mulai dari infrastruktur, layanan medis, hingga pemulihan. Sampai-sampai, pada era kejayaan Daulah Islam, rakyat sehat pun berbondong-bondong ingin merasakan kenyamanan fasilitas di bimaristan.
Bahkan, untuk rakyat yang ada di pelosok, rumah sakit keliling pun disediakan oleh negara, yakni berupa kafilah unta yang membawa dokter dan alkes untuk melayani orang sakit di tempat tinggalnya. Dengan begitu, semua rakyat, miskin atau kaya, bisa mendapatkan haknya dengan sebaik-baiknya, tanpa biaya.
Maka, pantaslah di masa Kekhilafahan Islam terlahir banyak ilmuwan muslim di bidang kesehatan. Ini membuktikan support system negara terhadap jaminan kesehatan rakyat, yakni benar-benar diurusi sepenuh hati. Negara juga mendirikan lembaga-lembaga riset dan universitas yang didirikan sejalan dengan optimasi layanan kesehatan. Semua pendanaannya diambil dari kas negara, sama sekali tanpa berhitung soal untung rugi.
Begitu indah bukan, jaminan kesehatan di bawah Kekhilafahan Islam? Yang pasti menjadi dambaan semua orang pada saat ini. Hanya ketika sistem Islam diterapkan secara kafah dalam setiap aspek kehidupan, sudah pasti mampu menjadikan seluruh masyarakat dapat menikmati jaminan kesehatan yang layak dan mumpuni.
Eyi
Cikampek, Karawang [CM/NA]