CemerlangMedia.Com — Fenomena bunuh diri pada usia remaja atau usia dewasa dini sering terjadi saat ini. Bahkan kasus terakhir bunuh diri dilakukan seorang mahasiswi karena tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tua (15-10-2023).
Suicide atau bunuh diri tengah menjadi trending di kalangan generasi muda, seolah dianggap sebagai solusi terbaik untuk menyelesaikan semua permasalahan hidup yang mereka hadapi. Banyak faktor yang mendorong mereka melakukan suicide, misal karena masalah hubungan asmara, prestasi pendidikan, biaya hidup hingga gaya hidup. Permasalahan demi permasalahan datang tanpa ada kejelasan solusi yang solutif untuk mereka. Alhasil, muncullah mental breakdown hingga suicide menjadi jalan satu-satunya agar bebas dari permasalahan hidup. Pola pikir demikian cukup membuat miris, sebab mereka telah tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang lemah dan bahkan tidak mampu berpikir cemerlang dalam menjalani kehidupan.
Meningkatnya angka suicide adalah gambaran buruknya kesehatan mental generasi muda. Mereka dituntut untuk menjadi manusia yang perfect dan strong sesuai target yang ditentukan. Akan tetapi, sarana yang mereka dapat tidaklah sesuai dengan tuntutan yang harus mereka penuhi. Katakanlah, selama ini pembangunan selalu difokuskan pada pembangunan secara fisik, yakni terarah pada pembangunan secara materi dan gizi masyarakat semata, bukan pada kesehatan mental masyarakat. Oleh karenanya, bukan hal aneh jika generasi tumbuh menjadi generasi yang lemah akibat berpegang pada sistem kapitalisme sekularisme.
Sejatinya, baik masyarakat maupum negara bertanggung jawab terhadap segala permasalahan yang terjadi di negeri ini. Akan tetapi, bagaimana bisa mereka sadar bahwa kasus suicide sudah cukup darurat di kalangan generasi muda sedangkan aturan dan kebijakan dalam negara masih menganut sistem kapitalisme sekularisme. Kapitalisme telah membuat manusia hidup hanya fokus pada materi, sedangkan sekularisme telah menjadikan masyarakat jauh dari aturan agama. Jika dua hal ini masih dipegang teguh, maka sukar untuk bisa mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan mencetak generasi muda yang tangguh serta kompeten.
Lain halnya degan Islam. Islam menanamkan sikap tawakal kepada Allah Swt. sebagai fondasi membangun mental generasi. Menyandarkan segala sesuatu hanya pada Allah Swt., terbangunnya komunikasi dua arah dengan rasa kasih sayang, menciptakan rasa nyaman sehingga generasi muda tidak merasa sendiri dalam berjuang menjalani kehidupan. Selain itu, sebagai orang tua harus bisa menjadi pribadi yang layak dicontoh dan negara wajib memyediakan sarana serta prasarana yang membangun baik dalam segi pendidikan dan juga ekonomi agar kehidupan yang makmur dan sejahtera terwujud.
Suyatminingsih, S.Sos.I.
Surabaya, Jawa Timur [CM/NA]