CemerlangMedia.Com — Betapa mirisnya kejadian-kejadian kelam di dalam lingkungan pendidikan. Kasus perundungan yang terbaru terjadi di lingkungan sekolah menengah kejuruan di Tangerang berakhir tragis akibat ejekan temannya. Padahal sekolah seharusnya menjadi tempat aman dan mendukung untuk belajar anak, tetapi tercoreng dengan kejadian-kejadian tragis. Meskipun gerakan antiperundungan telah dikampanyekan dengan gencar, kenyataannya, perundungan masih marak terjadi di lembaga pendidikan (14-10-2023).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) jauh hari telah mengingatkan betapa pentingnya upaya untuk menciptakan lingkungan sekolah ramah anak. Dari data KPAI, terdapat 2.355 pelanggaran terhadap perlindungan anak yang dilaporkan hingga Agustus 2023. Fakta membuktikan, tidak hanya perundungan, tetapi juga kekerasan fisik, kekerasan seksual, pelecehan verbal, dan berbagai bentuk pelanggaran lainnya. Hal ini menjadi indikasi bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem pendidikan kita.
Berbagai faktor yang menjadi pemicu perundungan termasuk sakit hati, pengaruh lingkaran pertemanan, pengaruh tontonan, persaingan, dan pola asuh keluarga. Sesungguhnya, sekolah ramah anak bukan hanya tentang melindungi anak dari kasus perundungan, tetapi juga melibatkan aspek perlindungan anak secara menyeluruh. Data yang disampaikan oleh KPAI bisa menjadi rujukan dalam mengevaluasi kebijakan sistem pendidikan pada upaya pencegahan dan penanganan pelanggaran terhadap perlindungan anak di dalam lingkungan sekolah.
Maka untuk memutus rantai persoalan, dibutuhkan peran kurikulum yang komprehensif dalam membentuk kepribadian anak didik dan melindungi mereka dari perundungan. Tentunya kurikulum yang dapat membentuk pola pikir dan pola sikap untuk membentuk kepribadian anak. Selain itu, evaluasi kebijakan pendidikan juga menjadi hal yang penting dalam upaya mencegah perilaku negatif dan membentuk anak-anak menjadi individu yang terdidik.
Islam memiliki pandangan khas terhadap pendidikan dengan menekankan pentingnya penanaman akidah dan pembentukan kepribadian islami. Sistem pendidikan Islam memahami bahwa kesadaran akan hubungan manusia dengan Allah adalah kendali terbaik dalam tindakan manusia. Dalam Islam, tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian yang taat kepada Allah dalam berinteraksi dengan diri sendiri, sesama, dan Sang Khalik. Untuk mencapai tujuan ini, penting untuk mengembangkan kurikulum yang berorientasi pada nilai-nilai Islam.
Sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan tidak dapat mencapai karakteristik khas ini sehingga perjuangan untuk menghidupkan kembali sistem pendidikan Islam menjadi prioritas utama. Dengan terwujudnya sistem pendidikan Islam yang kokoh, permasalahan seperti perundungan dan hambatan lainnya dapat diatasi dengan lebih efektif.
Ummu Fahri
Padang Panjang, Sumatra Barat [CM/NA]