CemerlangMedia.Com — Ade Marfuddin, salah seorang pengamat haji dari UIN Syarif Hidayatullah menyatakan bahwa fasilitas yang diterima oleh jemaah haji 2024 tidak sebanding dengan biaya mahal yang dikeluarkan jemaah. Ade juga mengungkapkan belum adanya manajemen pelayanan haji secara komprehensif menyebabkan penyelenggaraan haji selalu ada kekurangan dan terus berulang setiap tahun (20-06-2024).
Walaupun permasalahan pelayanan haji ini telah menjadi rutinitas setiap tahun, tetapi umat Islam tetap saja berjuang sekuat tenaga untuk dapat menunaikan rukun Islam yang kelima. Hal ini berakibat mengularnya antrean keberangkatan haji, bahkan di beberapa daerah sampai puluhan tahun lamanya.
Sayangnya, kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengeruk keuntungan secara materi. Fasilitas yang disebut-sebut tidak sesuai dengan dana yang dikeluarkan jemaah haji menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan dana haji tersebut tidak benar. Hal ini patut dipertanyakan, sebab selama ini tidak ada transparansi pengelolaan dana haji.
Lebih jauh, ONH yang naik setiap tahunnya dengan dalih memperbaiki kualitas pelayanan nyatanya hanya membuat umat Islam, terutama yang hidup dalam impitan ekonomi saat ini makin memiliki harapan tipis untuk dapat menunaikan ibadah haji. Antrean panjang, ONH yang terus naik, serta pelayanan yang tidak sesuai harapan adalah PR yang harus segera diselesaikan oleh penyelenggara haji untuk dapat memudahkan umat Islam melaksanakan ibadahnya.
Di samping itu, penambahan kuota haji oleh pemerintah Arab Saudi hanya menjadi ironi bagi sebagian umat Islam. Pasalnya, biaya yang dikenakan kepada jemaah terus meningkat dan nyaris tidak terjangkau. Oleh karena itu, tidak heran ketika ada spekulasi bahwa penambahan kuota haji bukan untuk kenyamanan beribadah umat Islam, melainkan untuk mengisi kantong-kantong para pemilik hotel yang menjamur di sekitar Haramain.
Di sisi lain, kebijakan untuk mengurus visa haji sebagai persyaratan berhaji juga tidak kalah merepotkan calon jemaah. Dengan visa haji ini, calon jemaah yang mempunyai kemampuan berangkat mandiri tidak dapat melaksanakan ibadah haji, sebab tidak memiliki visa haji. Kebijakan ini membuat umat Islam menjadi sulit untuk beribadah.
Ini akibat sekat nasionalisme. Sekat yang sengaja dibuat kaum kafir untuk memecah belah kaum muslimin. Sekat ini tumbuh subur dalam sistem kapitalisme yang menjerat dunia saat ini. Begitu pula hegemoni kaum bermodal (kapitalis) yang mampu mempengaruhi kebijakan yang menyusahkan umat Islam.
Oleh karena itu, sudah selayaknya sistem kapitalisme ini ditinggalkan. Sistem yang hanya merusak dunia, khususnya umat Islam. Sistem yang menjadikan sesuatu dinilai dari materi, misalnya pada pelaksanaan haji, mereka yang mempunyai uang berlimpah akan mendapatkan fasilitas yang lebih baik.
Sejatinya, pelayanan antara sesama muslim tidak boleh dibedakan karena tujuan pelayanan adalah menjamu tamu Allah untuk beribadah dengan aman dan nyaman. Bukan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil bisnis dalam pelaksanaan ibadah haji.
Sekat nasionalisme akan hancur seiring dengan hancurnya sistem kapitalisme sehingga berhaji menjadi lebih mudah dan murah. Sebab, negara muslim akan menjadi satu kesatuan utuh. Jadi, tidak ada lagi perbedaan antara Indonesia dan Arab Saudi karena berada dalam satu negara.
Semua ini hanya akan terwujud jika sistem Islam diterapkan secara kafah di muka bumi. Sistem inilah satu-satunya yang akan mengatur hidup secara sempurna sehingga kesemrawutan hidup akan terurai, termasuk sengkarut pelayanan ibadah haji. Wallahu a’lam.
Hessy Elviyah, S.S.
Bekasi, Jawa Barat [CM/NA]